3 research outputs found

    KAJIAN TINGKAT PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG FASILITAS PENDIDIKAN DI JAWA TIMUR

    Get PDF
    The construction of educational facilities in Indonesia, especially in East Java, are increase. However, this development has an environmental impact due to construction activities that use heavy equipment, produce material waste, and are less efficient in managing energy. To reduce this impact, it is important to implement green construction. The purpose of this research is to assess the level of green construction. The Model Assessment Green Construction (MAGC) method is used to assess the level of green construction implementation, focusing on environmentally friendly construction criteria and related indicators. The data from the questionnaire results, evaluating the weights of aspects and factors, were processed using the Analytical Hierarchy Process (AHP) method, resulting in aspect weight of 0.336 and factor weight of 0.821. These weight values become multiplier factors in the MAGC calculation. The results of the MAGC calculation obtain a percentage of 36% from 11 educational facility building construction projects in East Java that meet the NGCIdeal criteria within the baseline range of 15.47 to 21.92

    Penataan Lanskap Kawasan Wisata Pantai Cacalan dengan Konsep Natural Building di Desa Sukowidi

    No full text
    Tourism is one of the sectors that become an economic foundation of the residents of Banyuwangi Regency. Cacalan Beach is one of the natural tourist destinations on the eastern coast of Banyuwangi Regency, precisely in Sukawidi Village. Currently, the management of the Cacalan Beach tourism area is managed by the Tourism Awareness Group (Pokdarwis). In addition to operational management, Pokdarwis also has a role to develop and manage the Cacalan Beach area. The limited concept of planning and funding caused the development of Cacalan Beach not well conceptualized. Therefore, landscape planning is very important to optimize the use of tourist space. The space of the Cacalan Beach tourism area is currently divided into 3 areas, namely the front entrance area where there is a parking lot and guard post, the middle area which is the place for Micro and Small Businesses (UMK), and the inner area which is the main location for Cacalan beach tourism. Through the arrangement of the landscape of the Cacalan Beach area, the utilization of tourist space on Cacalan Beach can be increased. The concept of natural building development has become an icon so that it can increase tourist visits. Community service activities are carried out by conducting mapping surveys, landscape planning with the concept of natural construction, and making 3D mockups. The results of the arrangement of the Cacalan Beach tourism area in the form of 2D and 3D images, as well as 3D mockups that have been made, can be used as a reference for the development of the area. Hence in the future, the development of regional arrangements can be carried out with a focus in accordance with what has been agreed upon and planned.Pariwisata merupakan salah satu sektor yang menjadi tumpuan ekonomi masyarakat Kabupaten Banyuwangi. Pantai Cacalan merupakan salah satu destinasi wisata alam di pesisir pantai bagian timur Kabupaten Banyuwangi tepatnya di Desa Sukawidi. Saat ini, pengelolaan kawasan wisata Pantai Cacalan dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Selain pengelolaan operasional, pokdarwis juga memiliki peran untuk mengembangkan dan menata kawasan Pantai Cacalan. Konsep perencanaan dan pembiayaan yang terbatas sehingga pengembangan Pantai Cacalan menjadi tidak terkonsep dengan baik. Perencanaan penataan lanskap sangat penting untuk mengoptimalkan pemanfaatan ruang wisata. Ruang kawasan wisata Pantai Cacalan saat ini terbagi menjadi 3 area, yaitu area depan pintu masuk terdapat tempat parkir dan pos jaga, area tengah merupakan tempat Usaha Mikro Kecil (UMK), dan area dalam yaitu lokasi utama wisata pantai cacalan. Melalui penataan lanskap kawasan Pantai Cacalan dapat meningkatkan pemanfaatan ruang wisata di Pantai Cacalan. Konsep pembangunan natural building menjadi ikon sehingga dapat meningkatkan kunjungan wisata. Pelaksanaan pengabdian dilakukan dengan melakukan survey pemetaan, perencanaan lanskap dengan konsep natural buliding, pembuatan maket 3D. Hasil penataan kawasan wisata Pantai Cacalan berupa gambar 2D dan 3D, serta maket 3D yang telah dibuat dapat dijadikan rujukan pengembangan dikawasan tersebut. Sehingga kedepan pengambangan penataan kawasan dapat fokus sesuai dengan yang telah disepakati dan direncanakan

    Pembuatan Jembatan Kayu Tipe Deck arch dengan Sistem Knockdown untuk Mempermudah Akses Jalan Kelompok Tani Randu Agung Desa Tambong

    No full text
    Tambong merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi. Sebanyak 63% penduduk di Desa Tambong bermatapencaharian sebagai petani. Sawah yang dikelola oleh kelompok usaha Tani Randu Agung memiliki luas 40 ha yang terpisahkan oleh sungai selebar 6 meter dan panjang 2,5 km. Sepanjang sungai tersebut hanya terdapat satu jembatan yang kondisinya tidak layak. Padahal para petani sangat membutuhkan jembatan sebagai akses jalan peralatan mesin pertanian, distribusi pupuk, akses hasil panen, dan lainnya. Saat ini, jembatan tidak dapat dilalui oleh kano untuk wisata susur sungai dikarenakan tinggi muka air dengan jembatan hanya 40 cm. Sehingga solusi yang diberikan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah membuat 1 buah jembatan kayu tipe deck arch dengan knockdown system yang memiliki panjang 6 m, lebar 1,3 m dan tinggi pelengkung 1 m dengan beban jembatan maksimal 600 kg. Pembuatan jembatan dilakukan mulai dari fabrikasi jembatan, pembuatan abutment, pemasangan jembatan, pengecatan jembatan, dan pelatihan dan serah terima. Selain dimanfaatkan sebagai akses penyeberangan, jembatan juga dapat dimanfaatkan untuk lokasi susur sungai oleh pihak pengelola wisata Desa Tambong.Tambong merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi. Sebanyak 63% penduduk di Desa Tambong bermatapencaharian sebagai petani. Sawah yang dikelola oleh kelompok usaha Tani Randu Agung memiliki luas 40 ha yang terpisahkan oleh sungai selebar 6 meter dan panjang 2,5 km. Sepanjang sungai tersebut hanya terdapat satu jembatan yang kondisinya tidak layak. Padahal para petani sangat membutuhkan jembatan sebagai akses jalan peralatan mesin pertanian, distribusi pupuk, akses hasil panen, dan lainnya. Saat ini, jembatan tidak dapat dilalui oleh kano untuk wisata susur sungai dikarenakan tinggi muka air dengan jembatan hanya 40 cm. Sehingga solusi yang diberikan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah membuat 1 buah jembatan kayu tipe deck arch dengan knockdown system yang memiliki panjang 6 m, lebar 1,3 m dan tinggi pelengkung 1 m dengan beban jembatan maksimal 600 kg. Pembuatan jembatan dilakukan mulai dari fabrikasi jembatan, pembuatan abutment, pemasangan jembatan, pengecatan jembatan, dan pelatihan dan serah terima. Selain dimanfaatkan sebagai akses penyeberangan, jembatan juga dapat dimanfaatkan untuk lokasi susur sungai oleh pihak pengelola wisata Desa Tambong
    corecore