3 research outputs found

    Pemetaan Kerapatan Mangrove Berbasis NDVI (Normalized Difference Vegetation Index) Menggunakan Citra PlanetScope Pada Sebagian Wilayah Konsesi PT. Kandelia Alam

    Get PDF
    Hutan mangrove merupakan ekosistem unik yang memiliki peran penting bagi kehidupan makhluk hidup, sehingga menjadi objek menarik untuk dikaji. Namun eksplorasi terhadap ekosistem mangrove pada umumnya relative sulit dilakukan terutama oleh karena sulitnya keterjangkauan medan terutama pada ekosistem mangrove primer. Sehingga penggunaan penginderaan jauh dapat menjawab tantangan teresebut dimana teknologi tersebut dapat menderivasi berbagai informasi biofisik mangrove tanpa kontak langsung dengan objek. Salah satu informasi biofisik mangrove utama yang diderivasi melalui penginderaan jauh adalah kerapatan vegetasi yang merupakan salah satu indicator kondisi kesehatan, produktivitas, jumlah individu, maupun cadangan biomassa. Informasi tersebut dapat diperoleh dengan transformasi berbagai indeks vegetasi, termasuk NDVI (Normalized Difference Vegetation Index). Transformasi NDVI pada penelitian diterapkan terhadap citra PlanetScope beresolusi spasial 3 meter pada sebagian wilayah konsesi PT. Kandelia Alam. Hasil analisis indeks NDVI yang mengindikasikan vegetasi mangrove pada wilayah kajian tersebut berkisar antara 0.5 hingga 0.9, dimana semakin tinggi nilai indeks menunjukkan semakin tinggi pula kerapatan mangrove. Verifikasi hasil transformasi NDVI dilakukan secara kualitatif dengan membandingkan langsung menggunakan citra komposit warna asli dan semu. Berdasarkan rangkaian proses yang dilakukan, diketahui bahwa mayoritas mangrove pada wilayah kajian memiliki tingkat kerapatan sedang hingga tinggi.

    PENGARUH PASANG SURUT TERHADAP DINAMIKA PERUBAHAN HUTAN MANGROVE DI KAWASAN TELUK BANTEN

    Get PDF
    Luas hutan mangrove Indonesia menurun sekitar 4,5 juta ha menjadi 1,9 juta ha. Penurunan luas hutan mangrove paling dominan disebabkan oleh faktor manusia. Pemantauan tingkat kerusakan hutan mangrove dengan menggunakan metode konvensional memakan waktu lama dan mahal. Pemantauan tingkat kerusakan ini sangat penting bagi para stakeholder dalam mengelola kawasan hutan mangrove. Pemanfaatan data spasial dapat memudahkan dan mempercepat interaksi dengan benda-benda di permukaan bumi. Tahapan dalam penelitian ini meliputi tiga bagian, yaitu tahap pre-field, field dan post-field. Tahap pre-field termasuk pengumpulan data, pengolahan gambar, dan identifikasi tutupan lahan di daerah penelitian untuk setiap tahunnya. Data tutupan ekstraksi dari data citra penginderaan jauh di setiap tahun kemudian dipisahkan dari data tutupan lahan mangrove. Data tutupan lahan mangrove untuk tahun pencatatan 2017 digunakan sebagai unit analisis yang digunakan sebagai basis referensi untuk pengambilan informasi di lapangan. Tahap post-field dimaksudkan untuk memproses data yang dikumpulkan, analisis statistik, menguji keakuratan hasil perubahan dan menilai kemampuan gambar penginderaan jauh dalam mengidentifikasi hutan mangrove dan transfer fungsi utilitas mereka. Luas hutan mangrove di Kabupaten Banten sekitar 681,86 Ha. Penyebaran hutan mangrove terbesar adalah di kecamatan Tirtayasa dan Pontang. Kedua kawasan tersebut memiliki nilai persentase 29,75% dan 28,46% dari total luas hutan mangrove di Teluk Banten. Tingkat distribusi terkecil adalah Kabupaten Kramatwatu yang hanya sekitar 3,11% atau 21,19 Ha dari total luas hutan mangrove di Teluk Banten.Kata kunci: Mangrove, Dinamika perubahan mangrove, Data Spasial, Pasang SurutABSTRACTThe extent of Indonesia's mangrove forest declines from the initial area of about 4.5 million ha to 1.9 million ha. The decline in the area of mangrove forest is most dominant due to the damage caused by human factors. Monitoring the extent of mangrove forest destruction by using conventional methods takes a long time and is expensive. Monitoring this level of damage is very important for the stakeholders in managing the mangrove forest area. Utilization of spatial data can facilitate and accelerate in interacting with objects found on the surface of the earth. Stages in this research outline include three parts, namely pre-field stage, field stage and post-field stage. The pre-field stage includes data collection to be used, image processing, and land cover identification in the research area for each year of image recording. The cover data of the extraction from remote sensing image data in each recording year is then separated from mangrove land cover data. The mangrove land cover data for the recording year 2017 is then used as the unit of analysis used as the reference base for information retrieval in the field by using the sample. The post-field stage is intended to process the data collected, statistical analysis, test the accuracy of the results of changes and assess the capabilities of remote sensing images in identifying mangrove forests and transfer of their utility functions. The mangrove forest in Banten regency is about 681.86 Ha. The largest spread of mangrove forest is in Tirtayasa and Pontang sub-districts. The two sub-districts have a percentage value of 29.75% and 28.46% of the total mangrove forest area in Banten Bay. The smallest extent of distribution is in Kramatwatu District which is only about 3.11% or 21.19 Ha of the total area of mangrove forest in Banten Bay.Keywords: Mangrove, Dynamics of mangrove changes, Spatial Data, Tidal</p

    PEMETAAN HIDROGEOLOGI WILAYAH BARAT DAYA KABUPATEN SERANG, BANTEN, INDONESIA

    No full text
    Perkembangan wilayah Kota Serang sebagai pusat pemerintahan Provinsi Banten menyebabkan semakin banyaknya kebutuhan air bersih di lokasi tersebut dan wilayah sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan hidrogeologi wilayah di bagian barat daya Kabupaten Serang. Keempat wiayah ini selain menjadi sumber air bersih bagi Kota Serang juga menjadi wilayah penyangga yang direncanakan sebagai wilayah pengembangan perikanan air tawar dan pertanian lahan basah. Lokasi penelitian meliputi empat kecamatan yaitu Kecamatan Baros, Kecamatan Padarincang, Kecamatan Pabuaran dan Kecamatan Ciomas. Pemetaan hidrogeologi di lokasi kajian diharapkan dapat menjadi salah satu masukan dalam perencanaan penggunaan sumberdaya air. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan analisis data bor, hasil pengukuran geofisika, hasil penelitian sebelumnya, peta hidrogeologi skala 1:250.000, analisis geologi skala 1:100.000, pemetaan geomorfologi dan survei lapangan. Hasil penelitian menghasilkan enam kelas satuan hidrogeologi yang meliputi wilayah dengan produktivitas airtanah langka sampai dengan wilayah dengan produktivitas airtanah tinggi
    corecore