20 research outputs found
Coastal Urban Community Knowledge of Coastal Hazard and Conservation in Semarang towards Sustainable Development Region
Coastal is the most vulnerable area in climate change, with no exception in Coastal Java island. Reveal, 65% of the Java island population is to be vulnerable to coastal hazards such as tidal flood. The northern Java coastal area has a significant position in logistic connectivity throughout areas in the entire Java island. Abrasion and sedimentation are the most frequent effect were impacted to the coastal land cover (i.e. ponds, mangrove forest, and settlement). However, there is a lack of awareness among local communities, although they directly impact of those hazards. This study aims to identify local community knowledge of coastal disaster mitigation in Mangunharjo, Tugu sub-district Semarang, by using quantitative methods. Field observation and a simple descriptive statistic were used to analyze. The result showed that the majority of the respondents has high vulnerability on coastal hazard and disaster since they are living very close to the coastal water body
ANALISIS POTENSI RAWAN BENCANA KEKERINGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
Bencana kekeringan merupakan bencana yang sangat serius. Kelangkaan air akan sangat berdampak terhadap semua kehidupan makhluk hidup. Penelitian ini akan membahas terkait proses menganalisis potensi rawan bencana kekeringan dengan menggunakan metode literature riview. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi faktor penyebab bencana kekeringan khususnya kondisi fisik alam. Penggunaan Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat membantu dalam melakukan analisis dengan metode skoring dan overlay. Berdasarkan hasil analisis, rawan bencana kekeringan dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelas (rendah sedang tinggi), 4 kelas (rawan, cukup rawan, sedang, sangat rawan) dan 5 kelas (sangat rendah, rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi)
Studi Literatur : Analisis Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Urban
ABSTRACTGreen open space is one of the noteworthy lists in development planning and implementation. The existence of green open space will increase the quality of urban ecology. In accordance with Minister of Public Works Regulation No. 05 / PRT / M / 2008 concerning Guidelines for Provision and Utilization of Green Open Space in Urban Areas, the ideal area of green open space in urban areas is 30% consisting of 10% private green open space and 20% public open green space from the city area. The effort to make this happen is by determining and revitalizing public green open space. Damaged green open space needs to be a concern of the government because it can reduce the aesthetics and function of the environment. The use of the method for writing this research is a method of literature study obtained from books and journals with locations : Kartasura District, Martapura, East Palu District,. The outputs of this study conclude that the requisite and existence of green open space in several cities that still do not meet the broad percentage contained in the regulations so that development planning needs to optimize areas that have the potential for the determination of green open space.Keywords : Provision, Green Open Space, Urban. ABSTRAKRuang terbuka hijau merupakan salah satu daftar penting dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Adanya ruang terbuka hijau akan meningkatkan kualitas ekologi perkotaan. Sesuai Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, luasan ideal RTH di perkotaan adalah 30 % yang terdiri dari 10 % RTH privat dan 20 % RTH publik dari luas kota. Usaha untuk mewujudkannya adalah dengan cara penetapan dan revitalisasi RTH publik. Ruang terbuka hijau yang rusak perlu menjadi perhatian pemerintah karena dapat mengurangi estetika dan fungsi lingkungan. Penggunaan metode untuk penulisan penelitian ini adalah metode studi literatur yang diperoleh dari buku dan jurnal dengan lokasi di Kecamatan Kartasura, Martapura, dan Kecamatan Palu Timur. Hasil dari kajian ini menyimpulkan bahwa kebutuhan dan keberadaan RTH di beberapa kawasan kota yang ada masih belum memenuhi presentase luas yang terdapat dalam peraturan sehinngga perencanaan pembangunan perlu mengoptimalkan wilayah yang memiliki potensi untuk penetapan RTH.Kata kunci : Penyediaan, Ruang Terbuka Hijau, Urban
MITIGASI BENCANA BERDASARKAN TINGKAT RISIKO BENCANA TANAH LONGSOR
Bencana Tanah longsor merupakan jenis bencana dengan intensitas kejadian tertinggi ke tiga di Indonesia pada tahun 2020. Longsor yang terjadi membawa dampak timbulnya korban jiwa meninggal, hilang dan terluka serta kerugian dari kerusakan bangunan milik pribadi maupun fasilitas umum dan sosial. Salah satu bentuk upaya pengurangan risiko bencana longsor dapat dilakukan melalui perencanaan mitigasi bencana longsor untuk meminimalkan ancaman dan kerentanan serta mengoptimalkan kapasitas. Mitigasi longsor dapat didasarkan atas urgensi atau kebutuhan kawasan berdasarkan tingkat risiko bencana longsor. Metode dalam tulisan ini menggunakan kajian studi kasus mitigasi berdasarkan tingkat risiko longsornya dari beberapa wilayah. Hasil dari tulisan ini menunjukan berbagai bentuk upaya mitigasi bencana longsor baik secara struktural maupun non struktural berdasarkan urgensi yang harus diterapkan sesuai klasifikasi tingkat risiko bencana longsor. Hasil dalam tulisan ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam perencanaan mitigasi bencana baik secara struktural maupun non struktural yang tepat dengan kebutuhan kawasan.Kata kunci: mitigasi bencana, risiko bencana, tanah longso
EVALUASI PENERAPAN KATEGORI DAN TUJUAN KOTA TANGGUH PADA DOKUMEN KEBIJAKAN STRATEGI KETAHANAN KOTA 100 RESILIENT CITY
Abstract100 Resilient City is an activity program pioneered by the Rockefeller Foundation which is intended to help cities become strong cities in the face of physical, social, and economic shocks and battles that developed in the 21st century. Cities that have been chosen as 100 Resilient City has a resilient city resilience strategy policy document. 100 Resilient City is indicated not to apply the theory/concept of the category and the purpose of 100 Resilient City. The purpose of this study is to examine and allocate the theory/concept of categories and strong city goals in the strategic policy document of 100 Resilient City. The method used is a qualitative rationalistic deductive method. After evaluating the policy documents of 100 Resilient City, it was found that it did not apply the tough city category and purpose. This can occur because of the situation of the city with different shocks and challenges so that it can influence the application of theory/concept categories and city goals.Keywords: Evaluation, Resilient City, Strategy Policy Document of 100 Resilient City, 100 Resilient CityAbstrakKota 100 Resilient City adalah program kegiatan yang dipelopori oleh Yayasan Rockefeller yang bertujuan untuk membantu kota-kota agar menjadi kota yang tangguh dalam menghadapi guncangan dan tantangan fisik, sosial, dan ekonomi yang berkembang pada abad ke 21. Kota yang telah terpilih sebagai 100 Resilient City mempunyai dokumen kebijakan strategi ketahanan kota tangguh. Namun pada dokumen kebijakan strategi ketahanan yang dimiliki Kota 100 Resilient City terindikasi tidak menerapkan teori/konsep kategori dan tujuan kota tangguh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan mengalisis teori/konsep kategori kota tangguh dan tujuan kota tangguh pada dokumen kebijakan strategi Kota 100 Resilient City. Metode yang digunakan adalah metode deduktif kualitatif rasionalistik. Setelah melakukan evaluasi pada dokumen kebijakan strategi ketahanan 100 Resilient City ditemukannya tindakan tidak menerapkan kategori dan tujuan kota tangguh. Hal ini dapat terjadi dikarenakan kondisi kota dengan guncangan dan tantangan yang berbeda-beda sehingga dapat mempengaruhi penerapan teori/konsep kategori dan tujuan kota tangguh.Kata Kunci: Evaluasi, Kota Tangguh, Dokumen Kebijakan Strategi Ketahanan, Kota 100 Resilient Cit
ANALISIS PERUBAHAN LAHAN Studi Kasus : Kecamatan Mijen Kota Semarang, Kota Malang, dan Bali
Penutup lahan mengacu pada karakteristik biofisik permukaan bumi,termasuk distribusi vegetasi, air, tanah, dan lain-lain ciri fisik tanah. Sedangkan penggunaan lahan adalah kegiatan campur tangan oleh manusia terhadap lingkungan, biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia sehari-hari. Pada studi kasus tersebut yaitu Kecamatan Mijen, Semarang, Malang, dan Bali memiliki kesamaan yaitu perubahan perubahan lahan yaitu pertumbuhan penduduk dengan upaya untuk memenuhi kehidupan seperti rumah, sarana, dan prasarana. Lahan yang memiliki perubahan paling banyak yaitu lahan terbangun atau permukiman. Sedangkan lahan yang berkurang adalah lahan vegetasi. Pengurangan lahan vegetasi memiliki dampak yang buruk yaitu menjadi salah satu pendorong perubahan lingkungan global, perubahan air permukaan, dan penurunan muka air tanah
EVALUASI KONSEP GREEN OPEN SPACE TERHADAP KUALITAS TAMAN PADA PROGRAM PENGEMBANGAN KOTA HIJAU (P2KH) KECAMATAN KENDAL (STUDI KASUS: TAMAN STADION UTAMA, LANGENHARJO, GAJAH MADA)
Green Open Space is an urban expanse covered by some of the trees as a shade area of the city and as the fulfillment of the needs public spaces for the community in activities and social. Efforts continue to be undertaken by the Green Open Space embodiment of Government, one that is by pioneering the implementation of ‘Program Pengembangan Kota Hijau’(P2KH) in improving the quantity and quality of Green Open Space in the area of the county or city. One form of Green Open Space i.e. the garden city that serves to improve the quality of urban and support the needs of the community in getting space to relax and leisure. The condition of children in district Kendal based on information from the community a lot of damage to either the environment or the facilities therein. This study aims to evaluate the application of Green Open Space on quality Grounds in the ‘Program Pengembangan Kota Hijau’(P2KH) sub district of Kendal which consists of the Stadion Utama, Langenharjo and Gajah Mada Parks. The method used was qualitative with deductive approach to rationalistic Unitarians. The analysis used a descriptive analysis i.e. qualitative and verification. Results from the study found that: 1) implementation evaluation results of Green Open Space in the gardens of the town Kendal not optimal, particularly on the Stadion Utama and Langenharjo Parks is still passive because it has not been supported with supporting facilities ; 2) evaluation results applying the Green Community is not optimal because there hasn't been an active ongoing activities so that it can not realize the active role of the community as a community in realizing the green city in district of Kendal; 3) factors that influence the application of optimal yet Green Open Space that is the location of the parks are not on the main road, the spread of vegetation are not optimal in improving microclimate because the settings are less noticed aspects of the function and benefits, passive Parks conditions due to lack of support facilities and the lack of appeal on the parks because the Setup and the pattern of plants that don't meet aesthetic; 4) factors that influence has not been optimal application of the Green Community that is constrained funds and lack of public awareness in maintaining and safeguarding the environment
Outdoor thermal performance simulation in campus area during the dry season, Yogyakarta
The outdoor thermal performance reflects the microclimate condition in any significant area. This study simulated the thermal performance with measured and modeled three meteorological parameters, air temperature (Ta), relative humidity (RH), and wind speed in the dry season tropical city. The research focused on thermal performance simulation and distribution, here, we were neglecting anthropogenic activities as the heat source. The result showed that there were different ranges between a measured and simulated value of Ta, RH, and wind speed. The highest Ta difference between measure and simulation occurred at 11 AM, which was 1.97⸰C. The highest difference of RH occurred at 13 PM (26.75%), and the highest different of wind speed was at 11 AM (0.37 m/s) respectively. The heat distribution in the focus area was influenced by the solar direction which impacted the ground and near-surface air temperature.
Studi Literatur: Strategi Penanganan Permukiman Kumuh di Perkotaan
Proses pertumbuhan kota dapat dilihat dari adanya perubahan kondisi lingkungan perkotaan. Fenomena urbanisasi memberikan pengaruh bagi perkembangan suatu kota khususnya di kota-kota besar. Dampak dari peristiwa urbanisasi cukup dirasakan oleh masyarakat bermukim khususnya masyarakat yang tinggal di lingkungan perkotaan. Apabila perilaku masyarakat bermukim sulit untuk dikendalikan dan terus mengarah pada kemerosotan lingkungan maka seiring berjalannya waktu, kondisi permukiman di wilayah tersebut akan condong dan mengarah pada kondisi lingkungan permukiman yang kumuh. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan melakukan manajemen pengendalian permukiman menuju kota tanpa kumuh dan difokuskan pada strategi penanganan permukiman kumuh di perkotaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur review. Wilayah yang menjadi kajian dalam studi literatur ini yaitu Kota Semarang, Kota Jakarta, Kota Malang, Kota Depok. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa upaya penanganan permukiman kumuh di perkotaan perlu diimplementasikan melalui penyusunan rencana program-program kreatif dari pemerintah setempat dengan melakukan pola penanganan yang tepat sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dalam rangka mengurangi tingkat kekumuhan di lingkungan permukiman perkotaan
PREFERENSI GENERASI MILENIAL DALAM MEMILIH HUNIAN STUDI KASUS: DKI JAKARTA, JAKARTA BARAT, DAN YOGYAKARTA
Generasi milenial ialah generasi dengan populasi terbanyak di Indonesia, Generasi milenial dapat dikatakan penduduk yang lahir tenggang waktu tahun 1980 sampai tahun 2000. Berdasarkan data Survei Susenas yang bersumber dari data BPS jumlah penduduk milenial di Indonesia yaitu sebesar 33,75% dari jumlah penduduk Indonesia. Hal ini tentu saja mempengaruhi permintaan hunian. Pada penelitian ini penulis membahas mengenai preferensi generasi milenial dalam memilih hunian serta faktor-faktor apa saja yang menjadi acuan bagi generasi milenial dalam memilih hunian. Penyusunan artikel ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari jurnal, literatur serta data terkait. Berdasarkan kajian literatur yang telah dilakukan preferensi generasi milenial dalam memilih hunian untuk studi kasus yang ada di DKI Jakarta bentuk hunian perumahan maupun apartemen secara garis besar belum sesuai dengan preferensi generasi milenial. Sedangkan untuk studi kasus yang berada di Yogyakarta dalam memilih hunian Generasi Y melihat dari ketersediaan lahan parkir, kualitas bahan bangunan, ruang privat, interior dan eksterio