5 research outputs found

    Minimasi Waste Defect di PT Eksonindo Multi Product Industry dengan Pendekatan Lean Six Sigma

    Full text link
    PT Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu Perusahaan manufaktur yang memproduksi tas. Jenis tas yang diteliti dalam penelitian ini fokus pada jenis tas exsport. Dalam proses produksi ditemukan waste defect yang mempengaruhi waktu produksi pencapaian target produksi. Berdasarkan data Perusahaan, rata-rata defect rate pada bulan Januari-Desember tahun 2012 berada diatas batas toleransi Perusahaan yaitu diatas 8%. Oleh karena itu, perlu dirancang suatu perbaikan terhadap proses produksi tas dalam upaya meminimasi waste defect. Dalam upaya meminimasi waste defect, digunakan metode lean six sigma. Tahapan yang dilakukan mengikuti tahap DMAIC (define, measure, analyze, improve) serta menggunakan tools lean untuk melakukan perbaikan proses. Tahap define, dilakukan pengGambaran diagram SIPOC dan VSM. Tahap measure, dilakukan penentuan CTQ, KPI's waste defect, pengukuran stabilitas dan kapabilitas proses. Tahap analyze, menentukan akar penyebab masalah dengan fishbone chart, 5 Why, dan FMEA. Tahap improve diberikan usulan perbaikan dari hasil FMEA untuk meningkatkan kualitas proses produksi tas.  Berdasarkan hasil tahap analyze diketahui bahwa defect dominan yang ditemukan adalah Kejiret/terlipat, Stelan kurang dalam, Stelan keriput/kerut, kotor, dan Pasang pongpok terbalik. Selanjutnya di tahap improve, diberikan usulan dalam mengatasi akar penyebab masalah untuk meminimasi waste defect diantaranya, pengadaan display, pemeriksaan kondisi part secara rutin di awal persiapan proses produksi, penggantian part pada interval waktu tertentu, pengarahan pada operator, dll

    Perancangan Standard Operating Procedure untuk Menyusun Rpjmd Kabupaten Bandung dengan Memenuhi Peraturan Menteri dalam Negeri dan Iso 9001:2008 Klausul 7.3 Berdasarkan Metode Business Process Improvement

    Full text link
    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan salah satu rencana pembangunan pemerintah yang dibuat untuk perencanaan selama lima tahun. Badan teknis pemerintahan yang bertanggung jawab membuat rencana pembangunan termasuk RPJMD adalah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda). Pemerintah telah memiliki kebijakan yang mengatur mengenai tahapan-tahapan untuk menyusun perencanaan pembangunan, termasuk RPJMD yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010. Peraturan Menteri Dalam Negeri merupakan panduan umum dalam menyusun perencanaan pembangunan untuk seluruh daerah, salah satunya adalah Kabupaten Bandung. Dalam hal ini, Kabupaten Bandung memiliki beberapa masalah untuk menyusun RPJMD, yaitu tidak adanya pedoman teknis dan ketidakmerataan pekerjaan antar pegawai dalam merancang RPJMD. Hal ini berdampak dengan terjadinya revisi RPJMD Kabupaten Bandung pada periode 2011-2015 pada tahun 2013. Pada penelitian ini akan dibuat Standard Operating Procedure (SOP) dalam menyusun RPJMD Kabupaten Bandung yang memenuhi requirement Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2010 berdasarkan metode Business Process Improvement (BPI) untuk meminimasi dan mengeliminasi masalah yang terjadi. Selain Peraturan Menteri Dalam Negeri, SOP yang dibuat memenuhi requirement ISO 9001:2008 Klausul 7.3. Peran ISO 9001:2008 Klausul 7.3 dalam menyusun RPJMD adalah memastikan bahwa output yang dihasilkan dalam sebuah perancangan dapat sesuai dengan input requirement dan stakeholders requirement. Metode BPI digunakan untuk memperbaiki bisnis proses yang akan menjadi urutan proses dalam SOP dengan dilakukan analisis aktivitas dan analisis streamlining. Penelitian ini menghasilkan model konseptual untuk memperbaiki proses bisnis penyusunan RPJMD

    Usulan Perbaikan Sistem Customer Relationship Management (CRM) CV. XYZ Berdasarkan Pertimbangan ISO 9001:2015 Klausul 8.2.1 dengan Metode Business Process Improvement

    Get PDF
    CV. XYZ adalah salah satu produsen sandal gunung travelling handmade yang berdomisili di Bandung. Agar dapat bersaing di pasar, CV. XYZ harus selalu memperhatikan kualitasnya dari segi produk dan juga layanan. Pada saat ini CV. XYZ sudah menerapkan Customer Relationship Management (CRM) sebagai upaya untuk menjaga loyalitas pelanggan. Sosial media digunakan sebagai penunjang CRM yang termasuk ke dalam Customer Interface Management yang mengacu pada pengelolaan pertukaran informasi. Meskipun sistem CRM sudah terlaksana, namun belum semua terlaksana dengan baik sesuai dengan konseptual yang ada. Pada penelitian ini, digunakan pertimbangan persyaratan ISO 9001:2015 klausul 8.2.1 komunikasi pelanggan dan konsep CRM untuk mendapatkan hasil analisis Gap yang baik dan lengkap. Metode yang digunakan yaitu business process improvement dengan menggunakan langkah apply techniques improvement. Hasil dari penelitian ini adalah rancangan untuk merealisasikan produk custom dan juga beberapa perbaikan seperti pembuatan database dan penambahan opsi pada website

    Minimasi Waste Defect pada Workstation Cutting dan Sewing di PT Eksonindo Multi Product Industry dengan Pendekatan Lean Six Sigma

    Full text link
    PT Eksonindo Multi Product Industry (EMPI) merupakan salah satu Perusahaan yang memproduksi tas. Secara keseluruhan, terdapat jumlah produksi yang belum mencapai target produksi Perusahaan. Masalah tersebut diteliti lebih lanjut dengan menggunakan pendekatan lean six sigma untuk mengidentifikasi penyebab target produksi yang tidak tercapai. Tahapan pada penelitian ini menggunakan tahap define, measure, analyze dan improve (DMAI). Pada tahap define diketahui tujuh type waste yang terdapat pada proses produksi, yaitu waiting, defect, overproduction, unnecessary inventory, inappropriate processing, transportation, dan unnecessary motion. Dari ketujuh waste tersebut, terdapat empat waste yang paling berpengaruh yaitu waste defect (23.62%), waste transportation (21.32%), waste inventory (19.54%), dan waste unnecessary motion (17.76%). Penelitian ini hanya difokuskan untuk membahas waste unnecessary motion. Waste ini teridentifikasi di workstation cutting dan sewing, yaitu pada ws cutting area pon, ws sewing area distributor dan ws sewing area penjahitan. Waste unnecessary motion ini diidentifikasi melalui gerakan non value added (NVA) yang terjadi pada lantai produksi. Rekomendasi untuk mengurangi waste unnecessary motion adalah dengan penerapan 5S pada area cutting pon, pembuatan tempat penyimpanan alat bantu, dan pengaturan penataan komponen pada meja penjahitan melalui identifikasi peta tangan kiri dan tangan kanan. Berdasarkan rekomendasi untuk mengurangi waste motion tersebut maka diharapkan kegiatan proses produksi dapat berjalan dengan efektif dan waktu siklus yang dibutuhkan menjadi lebih optimal. &nbsp
    corecore