4 research outputs found
Respons Imun dan Kinerja Pertumbuhan Ikan Lele, Clarias Gariepinus (Burchell 1822) pada Budi Daya Sistem Bioflok dengan Sumber Karbon Berbeda Serta Diinfeksi Aeromonas Hydrophila
Salah satu penyakit yang sering menyerang ikan lele adalah Motil Aeromonad Septicemia yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi respon imun dan kinerja pertumbuhan ikan lele yang dibudidayakan pada sistem bioflok dengan sumber karbon yang berbeda serta diinfeksi oleh A. hydrophila. Peneli- tian dilakukan selama 30 hari, menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri atas lima perlakuan dengan tiga ulangan yaitu penambahan sumber karbon molase (A), tepung tapioka (B), tepung terigu (C), kontrol positif (D), dan kontrol negatif (E). Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon imun seperti total eritrosit, hematokrit, kadar hemoglo- bin, jumlah leukosit, aktivitas fagositosis, dan ledakan pernapasan pada perlakuan molase (A), tepung tapioka (B), dan tepung terigu (C) menunjukkan hasil yang lebih baik daripada kontrol. Sumber karbon molase, tapioka, dan terigu mampu meningkatkan total bakteri dan menekan pertumbuhan A. hydrophila di air dan organ ikan lele. Kinerja pertum- buhan ikan lele di sistem bioflok dengan sumber karbon tepung tapioka memberikan laju pertumbuhan harian yang le- bih tinggi dan berbeda nyata (P <0,05) dibandingkan kontrol. Sistem bioflok dengan sumber karbon molase, tapioka, dan terigu dapat menurunkan nisbah konversi pakan dan meningkatkan retensi protein. Retensi lemak dalam sistem bio- flok dengan sumber karbon molase menunjukkan hasil tertinggi. Penambahan sumber karbon molase, tapioka, dan teri- gu dalam sistem bioflok dapat menurunkan kelimpahan A. hydrophila dan meningkatkan respon imun dan kinerja per- tumbuhan ikan lele
Induksi Pematangan Gonad Ikan Patin Siam Pangasianodon Hypopthalmus (Sauvage, 1878) Jantan Dengan Pemberian Ekstrak Cabe Jawa Piper Retrofractum Vahl. Melalui Pakan [Induction on Gonadal Maturation of Male Striped Catfish Pangasianodon Hypopthalmus (Sauvage, 1878) Using Javanese Long Pepper Extract Piper Retrofractum Vahl. Enriched Feed]
Cabe jawa merupakan salah satu tanaman yang memiliki efek hormonal sebagai afrodisiak. Penelitian ini bertujuan un-tuk mengevaluasi pemberian ekstrak cabe jawa (ECJ) melalui pakan terhadap akselerasi pematangan gonad ikan patin siam jantan. Perlakuan yang diberikan meliputi ECJ dengan dosis 37,5 dan 187,5 mg kg ikan-1 hari-1, dibandingkan dengan 17-a Metiltestosteron (50 ^g kg ikan-1 minggu-1) dan kontrol selama 8 minggu. Perlakuan ECJ menunjukkan in-deks kematangan gonad lebih tinggi dibandingkan kontrol sejak minggu ke-2 (p0,05). Perlakuan ECJ 187,5 mg kg ikan'1 hari-1 meningkatkan performa reproduksi dan kualitas sperma ikan patin siam jantan
Produksi Yuwana Ikan Patin Pangasianodon Hypophthtalmus (Sauvage 1878) pada Sistem Budi Daya Berbasis Bioflok dengan Penambahan Sumber Karbon Berbeda [Pangasianodon Hypophthalmus (Sauvage 1878) Juvenile Production Using Biofloc Technology With Different Carbon Sources]
Sistem budi daya intensif menurunkan kualitas air melalui peningkatan produk sisa metabolisme seperti nitrogen or-ganik. Penerapan teknologi bioflok adalah solusi alternatif untuk menghindari dampak buruk pembuangan nutrisi tinggi dalam sistem produksi akuakultur. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh teknologi bioflok yang menggunakan sumber karbon berbeda pada kinerja produksi yuwana ikan patin (Pangasianodon hypophthal-mus). Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan (tiga kali ulang-an) yaitu: (A) sumber karbon molase, (B) sumber karbon terigu, (C) sumber karbon tapioka, dan (D) tanpa penam-bahan karbon. Yuwana ikan patin berukuran panjang awal 2,26±0,12 cm ekor-1 dan bobot rata-rata awal 0,17±0,05 g ekor-1 dipelihara selama 30 hari. Dua belas akuarium (60 cm x 30 cm x 40 cm) diisi dengan air 36 L digunakan seba-gai unit percobaan budi daya. Ikan diberi makan tiga kali sehari dengan pakan komersial mengandung protein 27%. Penambahan karbon dilakukan setiap hari 2 jam setelah makan dengan estimasi rasio C/N 15. Parameter pengamatan meliputi: profil flok, kandungan nutrisi tepung flok, kualitas air, kelangsungan hidup, pertumbuhan panjang baku, la-ju pertumbuhan harian, rasio konversi pakan, retensi protein, dan retensi lemak. Perlakuan dengan penambahan sumber karbon molase menunjukkan kelangsungan hidup tertinggi (97,41±0,16 %), pertumbuhan panjang baku (2,84±0,1 cm), dan menurunkan rasio konversi pakan (0,36±0,04)