100 research outputs found
Pendugaan Efisiensi Teknis dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Broiler di Kabupaten Manokwari
Usaha peternakan ayam pedaging adalah salah satu usaha yang sangat menjanjikan dan menguntungkan dan untuk meningkatkan keuntungan dibutuhkan penggunaan sumberdaya input secara efektif dan efisien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor input terhadap produksi, mengetahui tingkat efisiensi teknis, dan untuk mengetahui keadaan skala produksi ayam pedaging di Kabupaten Manokwari. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei kepada 30 responden yang dipilih secara sengaja. Variabel yang diamati yaitu jumlah produksi, bibit ayam/day old chick (DOC), pakan, obat vitamin dan vaksin, listrik, tenaga kerja, dan luas kandang. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan Maximum Likelihood Estimation (MLE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor DOC, pakan, obat vaksin dan vitamin, listrik, tenaga kerja, dan luas kandang secara bersama-sama mampu menjelaskan 96 persen (R-Sq = 96,00) dari variasi produksi dan berpengaruh terhadap produksi ayam pedaging yaitu nilai F-hitung > F-tabel α = 0,05, db = 5, dbgalat = 24 (90,972 > 2,621). Secara terpisah bahwa faktor bibit (DOC) memilki pengaruh nyata dengan arah positif terhadap produksi. Faktor pakan dan luas kandang tidak berpengaruh namun memiliki arah yang sesuai dengan produksi, sedangkan faktor obat vaksin dan vitamin, listrik, dan tenaga kerja tidak berpengaruh dan arahnya negatif terhadap produksi ayam pedaging. Rata-rata peternak telah cukup efisien secara teknis dalam melakukan usaha (TE=0,9044) dan masih memiliki kesempatan untuk ditingkatkan sebesar 0,0956 persen. Disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi produksi ayam pedaging adalah day old chick (DOC) dan peternak telah efisien secara teknis. Usaha peternakan ayam pedaging di Kabupaten Manokwari dalam keadaan decreasing return to scale
Perioperative mortality after hemiarthroplasty related to fixation method: A study based on the Australian Orthopaedic Association National Joint Replacement Registry
Background and purpose: The appropriate fixation method for hemiarthroplasty of the hip as it relates to implant survivorship and patient mortality is a matter of ongoing debate. We examined the influence of fixation method on revision rate and mortality.----- ----- Methods: We analyzed approximately 25,000 hemiarthroplasty cases from the AOA National Joint Replacement Registry. Deaths at 1 day, 1 week, 1 month, and 1 year were compared for all patients and among subgroups based on implant type.----- ----- Results: Patients treated with cemented monoblock hemiarthroplasty had a 1.7-times higher day-1 mortality compared to uncemented monoblock components (p < 0.001). This finding was reversed by 1 week, 1 month, and 1 year after surgery (p < 0.001). Modular hemiarthroplasties did not reveal a difference in mortality between fixation methods at any time point.----- ----- Interpretation: This study shows lower (or similar) overall mortality with cemented hemiarthroplasty of the hip
Tracking the X-ray Polarization of the Black Hole Transient Swift J1727.8-1613 during a State Transition
We report on a campaign on the bright black hole X-ray binary Swift
J1727.81613 centered around five observations by the Imaging X-ray
Polarimetry Explorer (IXPE). This is the first time it has been possible to
trace the evolution of the X-ray polarization of a black hole X-ray binary
across a hard to soft state transition. The 2--8 keV polarization degree slowly
decreased from 4\% to 3\% across the five observations, but
remained in the North-South direction throughout. Using the Australia Telescope
Compact Array (ATCA), we measure the intrinsic 7.25 GHz radio polarization to
align in the same direction. Assuming the radio polarization aligns with the
jet direction (which can be tested in the future with resolved jet images),
this implies that the X-ray corona is extended in the disk plane, rather than
along the jet axis, for the entire hard intermediate state. This in turn
implies that the long (10 ms) soft lags that we measure with the
Neutron star Interior Composition ExploreR (NICER) are dominated by processes
other than pure light-crossing delays. Moreover, we find that the evolution of
the soft lag amplitude with spectral state differs from the common trend seen
for other sources, implying that Swift J1727.81613 is a member of a hitherto
under-sampled sub-population.Comment: Submitted to ApJ. 20 pages, 8 figure
Root-emitted volatile organic compounds: can they mediate belowground plant-plant interactions?
peer reviewedBackground
Aboveground, plants release volatile organic compounds (VOCs) that act as chemical
signals between neighbouring plants. It is now well documented that VOCs emitted by
the roots in the plant rhizosphere also play important ecological roles in the soil
ecosystem, notably in plant defence because they are involved in interactions between
plants, phytophagous pests and organisms of the third trophic level. The roles played
by root-emitted VOCs in between- and within-plant signalling, however, are still poorly
documented in the scientific literature.
Scope
Given that (1) plants release volatile cues mediating plant-plant interactions
aboveground, (2) roots can detect the chemical signals originating from their
neighbours, and (3) roots release VOCs involved in biotic interactions belowground,
the aim of this paper is to discuss the roles of VOCs in between- and within-plant
signalling belowground. We also highlight the technical challenges associated with the
analysis of root-emitted VOCs and the design of experiments targeting volatile-mediated
root-root interactions.
Conclusions
We conclude that root-root interactions mediated by volatile cues deserve more
research attention and that both the analytical tools and methods developed to study
the ecological roles played by VOCs in interplant signalling aboveground can be
adapted to focus on the roles played by root-emitted VOCs in between- and within-plant
signalling
Pendugaan Efisiensi Teknis dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Broiler di Kabupaten Manokwari
Usaha peternakan ayam pedaging adalah salah satu usaha yang sangat menjanjikan dan menguntungkan dan untuk meningkatkan keuntungan dibutuhkan penggunaan sumberdaya input secara efektif dan efisien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor input terhadap produksi, mengetahui tingkat efisiensi teknis, dan untuk mengetahui keadaan skala produksi ayam pedaging di Kabupaten Manokwari. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei kepada 30 responden yang dipilih secara sengaja. Variabel yang diamati yaitu jumlah produksi, bibit ayam/day old chick (DOC), pakan, obat vitamin dan vaksin, listrik, tenaga kerja, dan luas kandang. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan Maximum Likelihood Estimation (MLE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor DOC, pakan, obat vaksin dan vitamin, listrik, tenaga kerja, dan luas kandang secara bersama-sama mampu menjelaskan 96 persen (R-Sq = 96,00) dari variasi produksi dan berpengaruh terhadap produksi ayam pedaging yaitu nilai F-hitung > F-tabel α = 0,05, db = 5, dbgalat = 24 (90,972 > 2,621). Secara terpisah bahwa faktor bibit (DOC) memilki pengaruh nyata dengan arah positif terhadap produksi. Faktor pakan dan luas kandang tidak berpengaruh namun memiliki arah yang sesuai dengan produksi, sedangkan faktor obat vaksin dan vitamin, listrik, dan tenaga kerja tidak berpengaruh dan arahnya negatif terhadap produksi ayam pedaging. Rata-rata peternak telah cukup efisien secara teknis dalam melakukan usaha (TE=0,9044) dan masih memiliki kesempatan untuk ditingkatkan sebesar 0,0956 persen. Disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi produksi ayam pedaging adalah day old chick (DOC) dan peternak telah efisien secara teknis. Usaha peternakan ayam pedaging di Kabupaten Manokwari dalam keadaan decreasing return to scale
- …