854 research outputs found

    Perbandingan Metode Relaksasi Dan Mental Imagery Terhadap Kecemasan Atlet Futsal Klub Bina Remaja Muda Jakarta

    Get PDF
    ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Perbandingan Metode Relaksasi Dan Mental Imagery Terhadap Kecemasan Atlet Futsal Bina Remaja Muda Jakarta. Metode penelitian ini menggunakan kuantitatif komparatif. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan metode purposive sampling. Data diperoleh menggunakan kuesioner dan instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat kecemasan menggunakan zsas yang terdiri atas 20 butir pernyataan. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan statistika deskriptif dan statistika inferensial, yaitu uji t two sampel dan t paired sample. Hasil uji normalitas menyatakan bahwa empat kelompok data berdistribusi normal. Lhitung < Ltabel. Pretest relaksasi 0,165 < 0,258, Pre Test Mental Imaginary 0,225 < 0,258, Post Test Relaksasi 0,174< 0,258, Post Test Mental Imaginary 0,122 < 0,258. Hasil uji homogenitas Fhitung < Ftabel 2,252 < 3,179 hal ini menyatakan bahwa data bersifat homogen. Dilakukan uji T, two-sample untuk melihat perbedaan kelompok relaksasi dengan kelompok imagery. berdasarkan uji tersebut diketahui perbedaan yang dilihat dari nilai rata rata kelompok relaksasi sebesar 42,2 dan kelompok imagery sebesar 36,4. Hal ini berarti terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah perlakuan. Berdasarkan ujidata tersebut diperoleh kesimpulan bahwa metode relaksasi dan metode imagery dapat menurunkan kecemasan atlet. Dibandingkan metode relaksasi, metode imagery lebih efektif dalam menurunkan kecemasan atlet. Kata Kunci: Kecemasan, Mental Imagery, Relaksasi ABSTRACT This study aims to analyze the Comparison of Relaxation Methods and Mental Imagery Against the Anxiety of Young Futsal Athletes in Jakarta. This research method uses comparative quantitative. The samples were selected using purposive sampling. The data was obtained using questionnaires and instruments used to measure the level of anxiety using zsas consisting of 20 statements. Data is processed and analyzed using descriptive statistics and inferential statistics, i.e. t two sample and t paired sample tests. The results of the normality test showed that four groups of data were distributed normally. Calculate the table. Pretest relaxation 0.165 < 0.258, Pre Test Mental Imaginary 0.225 < 0.0258, Post Test Relaxation 0.174< 0.258. The results of the homogeneity test Calculation < Ftable 2,252 < 3,179 this indicates that the data is homogenous. Tested T, two-sample to see the difference between the relaxation group and the imagery group. based on the test, the difference was seen from the average value of the relaxing group of 42,2 and the image group of 36,4. This means there is a difference between before and after treatment. Based on the data, it was concluded that relaxation methods and imaging methods can reduce anxiety in athletes. Compared to relaxation methods, imaging methods are more effective in reducing anxiety in athletes.  Keywords: Anxiety, Mental Imagery, Relaxatio

    Batu Teong di Pegunungan Kota Ambon, Kepulauan Ambon Lease

    Get PDF
    This paper discusses the traces of prehistoric communities in the mountainous region of the Ambon island. This study is more directed to archaeological findings in the form of material culture that is dolmen in expressing their cosmology. Cosmology discussion in this paper is about understanding and views of people in the mountain region of the city of Ambon, Ambon Island on settlement patterns and understanding symbols dolmen. The purpose of writing is to know the and understand the views and understanding of the people in the mountainous region of Ambon City in  Ambon Island on settlement patterns and understanding symbols based on material culture dolmen. Methods ethnoarchaeology the basis for the reviewers' problems referred to with reference to the interview data collection techniques, survey and literature study. The results showed that 1) people in the mountainous region of the city of Ambon, Ambon Island know as stone dolmen Teong, the stone which symbolizes about grouping integrated community. 2) The settlement pattern of people in the mountainous region of the city of Ambon, Ambon Island based cultural material of stone dolmen Teong characterized micro settlements, ie settlements which focuses on the center of the stone dolmen Teong as central settlement. Macro-economic settlement of people in the mountainous region of the city of Ambon, Ambon Island has a characteristic orientation (cosmos) coastal settlement - the mountain. The orientation can be seen in the forms of settlement which extends linearly follow the directions north south and cosmos them about splitting the island, or in other words do not follow geographical settlements length of the island.Tulisan ini membahas tentang bagaimana jejak-jejak prasejarah orang-orang pegunungan di wilayah Pulau Ambon. Kajian ini lebih mengarah kepada temuan arkeologi berupa budaya material yaitu dolmen dalam mengungkapkan kosmologi mereka. Pembahasan kosmologi dalam tulisan ini adalah mengenai pemahaman dan pandangan orang-orang di wilayah pegunungan Kota Ambon, Pulau Ambon tentang pola permukiman dan pemaknaan simbol dolmen. Tujuan penulisan adalah untuk mengatahui dan memahami pandangan dan pemahaman orang-orang di wilayah pegunungan Kota Ambon, Pulau Ambon tentang pola permukiman dan pemaknaan simbol berdasarkan budaya bendawi dolmen. Metode etnoarkeologi menjadi dasar dalam penelaah permasalahan dimaksud dengan mengacu pada teknik pengumpulan data wawancara, survei dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) orang-orang di wilayah pegunungan Kota Ambon, Pulau Ambon mengenal dolmen dengan sebutan batu teong, yaitu batu yang melambangkan tentang pengelompokkan masyarakat yang terintegrasi. 2) Pola permukiman orang-orang di wilayah pegunungan Kota Ambon, Pulau Ambon berdasarkan budaya bendawi dolmen batu teong memiliki ciri permukiman mikro, yaitu permukiman yang menitik beratkan pusat dolmen batu teong sebagai sentral permukiman. Permukiman makro yaitu orang-orang di wilayah pegunungan Kota Ambon, Pulau Ambon memiliki ciri orientasi (kosmos) permukiman pantai–gunung. Orientasi tersebut dapat dilihat pada bentuk-bentuk permukiman yang linear memanjang mengikuti arah utara selatan serta kosmos mereka tentang membelah pulau, atau kata lain permukiman tidak mengikuti geografis panjang pulau

    Motivasi Perempuan Berkontrasepsi

    Full text link
    The success of female contraceptive use in Indonesia is connected with their motivation. Therelation of care to the family and conformity with motivation were quantitively studied. It wasshown that both factors were positively and significantly related, in which care was moreinfluencing than conformitity. The focus towards care to the family played an important rolein womens contraceptive use. These results can be applied in Family Planning Promotion

    Analisis Pendapatan Usahatani Dusung Di Desa Hutumuri Kota Ambon

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan di Desa Hutumuri Kota Ambon. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, sampel diambil sebanyak 45 petani.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui besarnya biaya dan pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani dusung, mengetahui tingkat kemiskinan petani yang mengusahakan usahatani dusung dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi usahatani dusung. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis pendapatan usahatani, tingkat kemiskinan menurut Sayogyo, berdasarkan konsep Bank Dunia dan menurut Upah Minimum Provinsi Maluku serta analisis regresi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani dusung di Desa Hutumuri Kota Ambon masih produktif sebagai sumber pendapatan karena memberikan kontribusi yang tinggi bagi petani dibandingkan dengan UMP yang ditetapkan Pemerintah Provinsi Maluku. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan petani dari usahatani dusung adalah luas lahan, umur, penyusutan peralatan, jumlah tanggungan keluarga, lamanya berusahatani dusung, pendidikan dan dummy. Pendapatan usahatani dusung berada di atas tingkat kemiskinan disebabkan pendapatan petani dari usahatani dusung per tahun disetarakan dengan kilogram beras di atas 480 kg berdasarkan kriteria Sayogyo, bahkan di atas tingkat kemiskinan menurut Bank Dunia dan di atas Upah Minimum Provinsi Maluku. Ini menunjukkan bahwa petani dusung sejahtera karena pendapatan usahatani dusung masih memberikan peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan rumah tangga petani di daerah penelitian.Â

    Lukisan Cadas: Simbolis Orang Maluku

    Get PDF
    Rock paintings in Moluccas has a core meaning and symbols in the life cycle of Moluccans in the past, present and future-future. Archaeological remains of rock paintings is a cultural interpretation of the past, where the construction of the values contained therein are an integral part of the social system of human culture the people of Moluccas. The values contained is the value of kinship, religion, grouping, knowledge, survival (survival strategy). Rock paintings in Ohoidertawun, Wamkana and Gulf Saleman have hinted that there are phases of any future development of human society. Research on how the rock paintings as archaeological remains, as the impact of the cultural value system and the structure of the rock painting itself. Performed in order to determine the value of the cultural and social system structure Moluccans rock paintings. The study of literature become the main reference of the study, with emphasis on past and present the data. From the research results prove that the archaeological remains of rock paintings have been contributing to the sociocultural meaning people of Moluccas, including the meaning of identity, culture and plurality or diversity.Lukisan cadas di Maluku memiliki inti makna dan simbol dalam siklus hidup Orang Maluku pada masa lampau, sekarang dan masa-masa yang akan datang. Tinggalan arkeologi lukisan cadas merupakan interprestasi kebudayaan masa lampau, dimana konstruksi nilai yang terkandung didalamnya adalah bagian integral dari sistim sosial budaya manusia masyarakat Maluku. Nilai-nilai yang terkandung adalah nilai kekerabatan, religi, pengelompokkan, pengetahuan, bertahan hidup (survival strategy). Lukisan cadas yang ada di Ohoidertawun, Wamkana dan Teluk Saleman telah memberikan petunjuk bahwa ada fase-fase perkembangan masyarakat manusia setiap masa. Penelitian tentang bagaimana lukisan cadas sebagai tinggalan arkeologis, sebagai dampak sistem nilai budaya dan struktur lukisan cadas itu sendiri. Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sistem sosial nilai budaya dan struktur lukisan cadas Orang Maluku. Studi literatur menjadi acuan utama penelitian tersebut, dengan mengutamakan data terdahulu dan kini. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa tinggalan arkeologis lukisan cadas telah memberikan kontribusi makna bagi sosial budaya Orang Maluku, diantaranya makna identitas, peradaban dan pluralitas atau kemajemukan

    PERBANDINGAN METODE LATIHAN VISUALISASI DAN RELAKSASI TERHADAP PENINGKATAN SKOR JARAK 10 METER PADA ATLET PANAHAN TINGKAT PEMULA

    Get PDF
    ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan antara metode visualisasi dan relaksasi terhadap peningkatan skor jarak 10 meter pada atlet panahan tingkat pemula. Sejumlah 34 mahasiswa Fakultas Ilmu Olahraga Universitas Negeri Jakarta yang menjadi subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Pengukuran hasil penelitian menggunakan instrument menembakan 3 anak panah sebanyak 5 seri dengan total skor tertinggi 150. Analisis data penelitian menggunakan teknik analisis uji T. Berdasarkan hasil penelitian 1) Perbandingan data awal dan akhir pada metode visualisasi diperoleh nilai thitung 5,100 dan ttabel sebesar 2,119, berarti terjadi peningkatan yang signifikan hasil metode visualisasi terhadap kemampuan memanah jarak 10 meter. 2) Perbandingan data awal dan akhir pada metode relaksasi diperoleh nilai thitung 5,442 dan t tabel sebesar 2,119, berarti terjadi peningkatan yang signifikan hasil metode relaksasi terhadap kemampuan memanah jarak 10 meter. 3) Perbandingan data tes akhir antara metode visualisasi dan relaksasi terhadap kemampuan memanah jarak 10 meter, rata-rata metode visualisasi sebesar 32,36 standar deviasi 18,12 dan varian 328,51. Rata-rata metode relaksasi sebesar 28,95, standar deviasi 17,81 dan varian 317,37. Kemudian diperoleh nilai thitung 0,553, sedangkan nilai ttabel sebesar  0,203. Jadi thitung > ttabel. Sehingga dapat disimpulkan, metode visualisasi lebih efektif dibanding metode relaksasi terhadap peningkatan kemampuan memanah jarak 10 meter pada mahasiswa Fakultas Ilmu olahraga Universitas Negeri Jakarta.  Kata Kunci          : Panahan, Visualisasi, Relaksasi ABSTRACT The purpose of this study was to determine the comparison between visualization and relaxation methods to an increase in the 10 meter distance score for beginner archery athletes. A total of 34 students of the Faculty of Sports Science, State University of Jakarta are the research subjects. This research is using experimental method. Measurement of research results using the instrument shooting 3 arrows as many as 5 series with the highest total score of 150. Analysis of research data using the T test analysis technique. There was a significant increase in the results of the visualization method on the 10 meter distance archery ability. 2) Comparison of the initial and final data on the relaxation method, the t-count value is 5.442 and the t table is 2.119, which means that there is a significant increase in the results of the relaxation method on the ability to shoot at 10 meters distance. 3) Comparison of final test data between visualization and relaxation methods to archery ability at 10 meters distance, the average visualization method is 32.36 standard deviation 18.12 and variant 328.51. The average relaxation method is 28.95, the standard deviation is 17.81 and the variant is 317.37. Then the t-count value was 0.553, while the t-table value was 0.203. So tcount> ttable. So it can be concluded, the visualization method is more effective than the relaxation method in increasing the ability of 10 meters archery in students of the Faculty of Sports Science, State University of Jakarta.  Keywords: Archery, Visualization, Relaxatio

    Masyarakat Patalima di Teluk Elpaputih, Maluku*

    Get PDF
    Abstract. Patalima Community in Gulf of Elpaputih, Mollucas. This study aims to determine the patterns of Patalima community groups in the Gulf of Elpaputih, using a qualitative approach. The Patalima communities in the Gulf of Elpaputih consists of: Waraka, Tananahu, Liang, Soahuwey, Rumalait, Awaya, Hitalesia, Apisano. The results showed that each group of people in the Gulf of Elpaputih has different characteristic and background of grouping, but is an integral part of social and cultural unity sistem of Patalima community. The Grouping of people in the Gulf of Elpaputih is integrated in the soa structure but the basic structure is based on the autonomous nature of each group. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pengelompokan kelompok masyarakat Patalima di Teluk Elpaputih, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Masyarakat Patalima di Teluk Elpaputih terdiri dari: Waraka, Tananahu, Liang, Soahuwey, Rumalait, Awaya, Hitalesia,Apisano. Hasil penelitian menunjukan bahwa kelompok-kelompok masyarakat di Teluk Elpaputih memiliki ciri khas dan latar belakang pengelompokan yang berbeda-beda, tetapi menjadi bagian integral kesatuan sistem sosial budaya masyarakat Patalima. Pengelompokan masyarakat Patalimadi Teluk Elpaputih terintegrasi dalam struktur soa1 tetapi sifatnya otonom berdasarkan struktur dasar masing-masing kelompok

    Rumah Orang Huaulu, Pulau Seram Maluku Tengah

    Get PDF
    House of Huaulu, Seram Island in Central Mollucas district has several aspects related to the pattern of the building, the building materials used, as well as the pattern of worked. The purpose of this researches is to known and understand what kind of aspects are contained in the house of Huaulu People. The method uses ethnoarcheology approach, the data collection techniques interview, observation and literature study. The analysis was performed by descriptive follow aspects of ethnoarchaeology. The results showed that the House of Huaulu People, has two aspects. First aspect of knowledge covering the level of understanding in working on the house, the house view of the cosmos, as well as the art of decorative patterns that interpret the cultural social life. Second, the technological aspect is the level of knowledge and understanding of the tools and materials used for the construction of the house.Rumah Orang Huaulu, Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah memiliki beberapa aspek yang terkait dengan pola bangunan, bahan bangunan yang digunakan, serta pola pengerjaannya.Tujuan penelitian untuk mengetahui dan memahami aspek-aspek apa saja yang terdapat pada rumah Orang Huaulu. Metode menggunakan  pendekatan etnoarkeologi, dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan studi kepustakaan. Analisis dilakukan secara deskriptif mengikuti aspek-aspek dalam Etnoarkeologi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Rumah Orang Huaulu memiliki dua aspek. Pertama aspek pengetahuan meliputi tingkat pemahaman dalam mengerjakan rumah, pandangan terhadap kosmos rumah, serta seni pola hias yang menginterprestasikan kehidupan sosial budayanya. Kedua, Aspek teknologi yaitu tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang alat dan bahan yang digunakan untuk pengerjaan rumah

    KONSEP KEPELAYANAN GEREJA KEPADA PENYANDANG DISABILITAS DALAM LUKAS 12:12-14

    Get PDF
    Penyandang disabilitas sudah banyak mendapat hal ketidakadilan yang dialami, jadi mereka pantas mendapatkan perlakuan khusus agar mereka tidak rentan terhadap berbagai bentuk diskriminasi juga harus memperoleh kehidupan yang layak. Lingkungan sosial dan gereja seharusnya memperhatikan kaum penyandang disabilitas ini dan yang menjadi poin inti pada penulisan ini adalah penyandang disabilitas secara fisik. Penulisan ini dikaitkan dengan teks Lukas 14:12-14 merupakan salah satu perumpamaan yang dikatakan oleh Yesus dan menghubungkannya dengan perjamuan yang dilakukan oleh gereja juga terkait pelayanan yang dilakukan oleh gereja terhadap mereka sebagai kaum yang diistimewakan

    Pengelompokan Masyarakat Negeri Tuhaha Pulau Saparua, Maluku Tengah Tinjauan Etnoarkeologis

    Get PDF
    The Meaning of Tuhaha community’s grouping based on archaeological remains can not be separated from one another, due to the partial temporal nature. This study used a literature study, in order to examine the issue of research, how society grouping Tuhaha State, based on archaeological remains. Archaeological remains is meant here is a dolmen, menhirs and the old village/ancient settlements. The objective of this study is to know and understand the patterns of grouping Tuhaha State community based archaeological remains. The results showed that grouping State community/village Tuhaha archaeological remains contextually based culture has symbolic interaction, integration and socio-cultural systems on the basis of grouping patterns in the structure of the dolmen, menhirs(micro scale) and Old village Huhule (macro scale). Huhule as anintegral unity of the social system, in which there are parts of the system dolmen, menhirs, as well as the concepts of cultural mapping (monodualisme). Integration between the dolmen of five, symbolizing Patalima community groups, and soa of nine (patasiwa).Pemaknaan pengelompokan  masyarakat Tuhaha berdasarkan tinggalan arkeologis tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain, disebabkan oleh sifat temporal parsial. Penelitian ini menggunakan kajian kepustakaan, guna menelaah permasalahan penelitian, yaitu bagaimana pengelompokan masyarakat Negeri Tuhaha, berdasarkan tinggalan arkeologi. tinggalan arkeologis yang dimaksudkan di sini adalah dolmen, menhir serta kampung lama/permukiman kuno. Tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami pola pengelompokan masyarakat Negeri Tuhaha berdasarkan tinggalan arkeologis. Hasil penelitian menunjukan bahwa Pengelompokan masyarakat Negeri/Desa Tuhaha berdasarkan tinggalan arkeologis secara kontekstual budaya memiliki hubungan interaksi simbolik, integrasi dan sistem sosial budaya atas dasar pola pengelompokan pada struktur dolmen, menhir (skala Mikro) dan kampung Lama Huhule (skala Makro). Huhule sebagai kesatuan sistem sosial integral, yang di dalamnya terdapat bagian sistem dolmen, menhir, serta konsep-konsep pemetaan budaya (monodualisme). Integrasi antara dolmen berjumlah lima, melambangkan kelompok masyarakat patalima, dan soa berjumlah sembilan (patasiwa)
    corecore