65 research outputs found

    MENGEMBANGKAN PROFESIONALISME PENDIDIK GURU (Kajian Konseptual Dan Operasional)

    Get PDF
    The role of teacher educators is becoming more and more important in fulfilling the need of profesional teachers as stated in the Indonesian Republic Law #14/2005 on Teacher and Lecturer. In order to be able to educate profesional teachers and teacher candidates, the teacher educators alone should be profesional, and have willingness to continuously develop profesionalism. Developing profesionalism is a must for teacher educators, due to four reasons: (1) the nature of profesionalism, (2) the rapid development of science, technology and arts, (3) the life-long learning paradigm, and (4) the demand of Law # 14/2005 on Teacher and Lecturer. But the data on teacher educators from several Teacher Education Institutions indicate that not all of teacher educators show willingness to develop profesionalism. Therefore, profesionalism development should be encouraged by all parties related to teachers and teacher educators. There are many activities that can be undergone by teacher educators in order to develop profesionalism, some of which are: taking further study, taking relevant courses, regular self reflection, joining academic activities (seminar, workshop, training,etc.), school familiarization, conducting research, and publishing scientific article. Peran pendidik guru menjadi lebih dan lebih penting dalam memenuhi kebutuhan guru profesional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia # 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Agar dapat mendidik guru profesional dan calon guru, pendidik guru sendiri harus profesional, dan memiliki kemauan untuk terus mengembangkan profesionalisme. Mengembangkan profesionalisme adalah suatu keharusan bagi pendidik guru, karena empat alasan: (1) sifat profesionalisme, (2) perkembangan pesat ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, (3) paradigma pembelajaran seumur hidup, dan (4) permintaan Hukum # 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Namun data pada pendidik guru dari Lembaga Pendidikan Guru beberapa menunjukkan bahwa tidak semua pendidik guru menunjukkan kesediaan untuk mengembangkan profesionalisme. Oleh karena itu, pengembangan profesionalisme harus didorong oleh semua pihak yang terkait dengan guru dan pendidik guru. Ada banyak kegiatan yang dapat dialami oleh pendidik guru dalam rangka mengembangkan profesionalisme, beberapa diantaranya adalah: mengambil studi lebih lanjut, mengambil kursus yang relevan, refleksi diri secara teratur, bergabung dengan kegiatan akademik (seminar, lokakarya, pelatihan, dll), pengenalan sekolah , melakukan penelitian, dan penerbitan artikel ilmiah. &nbsp

    Niat Untuk Mengambil Chartered Accountant Dengan Theory of Planned Behavior

    Full text link
    This study aims to analyze and provide empirical evidence about the influence of perceptions and attitudes, subjective norms, and perceived behavioral control on the intention of students to take a chartered accountant. The sample in this study is undergraduate\u27s students in Faculty of Economics Department of Accounting 2015 and PPAk\u27s students class of 2014 and 2015 at Diponegoro University were 107 respondents. The method of collecting data is a survey method by distributing questionnaire to respondents either directly or electronically. The data was analyzed using logistics regression analysis. The results showed subjective norm has a significant influence on the intention of student to take a Chartered Accountant. While factors perceptions and attitudes and perceived behavioral control have no a significant influence on the intention of students to take Charetered Accountant

    EFEKTIVITAS REPELENSI SERBUK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb) TERHADAP KUTU BERAS (Sitophilus oryzae L) PADA BERAS MERAH (Oryza nivara)

    Get PDF
    Beras merupakan kebutuhan pokok sebagian besar masyarakat Indonesia. Produk pertanian seperti beras merah (Oryza nivara) yang disimpan di dalam gudang akan memperoleh gangguan hama (Sitophilus oryzae L). Beras yang terserang hama ini biasanya butirannya menjadi tidak utuh dan bisa remuk seperti tepung sehingga kualitasnya menurun. Pada umumnya pengendalian hama kutu beras (Sitophilus oryzea L) masih menggunakan pestisida kimia yang dapat menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah pencemaran lingkungan dan penurunan kualitas beras. Oleh karena itu diperlukan pengganti pestisida kimia tersebut dengan pestisida yang bahan dasarnya dihasilkan dari tanaman atau sering disebut pestisida nabati sebagai alternatif pengurangan penggunaan pestisida kimia. Salah satu tanaman tersebut adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb) yang memiliki kandungan senyawa kimia yaitu alkaloid, safonin, flavonoid, tannin, polifenol dan minyak atsiri. Kandungan senyawa tersebut dapat dijadikan alternatif untuk mengusir serangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas serbuk daun pandan wangi dalam mengendalikan kutu beras pada beras merah dan mengetahui dosis serbuk daun pandan wangi yang efektif dalam mengendalikan kutu beras pada beras merah. Penelitian ini dilakukan 2 eksperimen yaitu eksperimen I dan eksperimen II dengan perlakuan dosis serbuk daun pandan wangi yaitu 0, 50 dan 100 gram dalam waktu 6, 12 dan 18 jam. Masing – masing perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 4 kali. Perbedaan antara eksperimen I dan eksperimen II adalah pada penempatan kutu beras. Hasil penelitian pada eksperimen I di akhir pengamatan menunjukkan jumlah rata - rata kutu beras sebanyak 7,5; 55 dan 45%, sedangkan pada eksperimen II di akhir pengamatan menunjukkan jumlah rata - rata kutu beras sebanyak 5; 15 dan 27,5% untuk dosis serbuk daun pandan wangi 0, 50 dan 100 gram. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa serbuk daun pandan wangi dapat dijadikan alternatif dan efektif dalam mengendalikan kutu beras pada beras merah dan eksperimen I lebih efektif digunakan daripada eksperimen II. Serta dosis serbuk daun pandan wangi 50 gram sudah efektif digunakan untuk menolak kutu beras dengan jumlah beras merah 100 gram.&nbsp

    Strategi Pengembangan Rekam Medis Elektronik di Instalasi Rawat Jalan RSUD Gambiran Kota Kediri

    Get PDF
    Pelayanan kesehatan di Indonesia dihadapkan pada era disrupsi. Kementerian Kesehatan Indonesia dalam upaya menghadapi era disrupsi pada program pembinaan pelayanan kesehatan rujukan diantaranya dengan mentargetkan pada tahun 2024 seluruh rumah sakit di Indonesia telah menerapkan rekam medis elektronik (RME) terintegrasi serta pengembangan pertukaran resume medis online antar rumah sakit. RME merupakan bagian dari aplikasi sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) yang terus dikembangkan. RSUD Gambiran telah menggunakan SIMRS untuk RME, namun penggunaannya belum optimal. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah menganalisa strategi pengembangan SIMRS untuk RME di instalasi rawat jalan RSUD Gambiran Kota Kediri. Kegiatan dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi langsung, kemudian melakukan analisa fishbone untuk menentukan faktor-faktor penyebab masalah, menentukan prioritas penyelesaian masalah dengan analisa USG (urgency, seriousness, growth) dilanjutkan penyusunan strategi dengan analisa SWOT (strength, weakness, opportunity, threats). Faktor sumber daya manusia dan organisasi menjadi faktor utama yang mendukung keberhasilan penerimaan teknologi di rumah sakit. Manfaat dari kegiatan ini adalah dapat mengidentifikasi strategi pengembangan SIMRS untuk RME di instalasi rawat jalan RSUD Gambiran Kota Kediri. Penyusunan regulasi tatacara dan alur penggunaan SIMRS untuk RME merupakan strategi yang dapat diterapkan pada kegiatan pengabdian masyarakat saat ini

    An international survey on the pragmatic management of epistaxis

    Get PDF
    Epistaxis is one of the most common ear, nose and throat emergencies. The management of epistaxis has evolved significantly in recent years, including the use of nasal cautery and packs. However, a correct treatment requires the knowledge of nasal anatomy, potential risks, and complications of treatment. Epistaxis is often a simple and readily treatable condition, even though a significant bleed may have potentially severe consequences. At present, there are very few guidelines concerning this topic. The current Survey explored the pragmatic approach in managing epistaxis. A questionnaire, including 7 practical questions has been used. The current International Survey on epistaxis management reported a relevant prevalence (21.7%), mainly during childhood and senescence, an important hospitalization rate (11.8%), the common use of anterior packing and electrocoagulation, and the popular prescription of a vitamin supplement and intranasal creams

    Efektivitas Gel Ekstrak Bunga Kecombrang (Etlingera Elatior) Sebagai Antiinflamasi Terhadap Mencit Yang Diinduksi Karagenan

    Full text link
    Antiinflamasi merupakan obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Di Indonesia terdapat begitu banyak tanaman obat herbal yang dapat digunakan sebagai antinflamasi. Salah satu tanaman yang dipercaya secara empiris mempunyai khasiat sebagai antiinflamasi adalah tanaman kecombrang (Etlingera elatior). Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui efektivitas gel ekstrak bunga kecombrang sebagai antiinflamasi terhadap mencit yang diinduksi karagenan. Rancangan penelitian ini menggunakan Randomized Control Group Pretest Posttest Design. Mencit  betina sebanyak 25 ekor dibagi ke dalam 5 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif, kelompok ekstrak 1%,  2%, dan 3%. Telapak kaki mencit disuntikan larutan karagenan 1% sebanyak 0,1 ml pada area intraplantar. Pengukuran udem menggunakan alat pletismometer. Hasil analisis statistic dengan uji mann whitney menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok kontrol positif, kelompok ekstrak 1%, 2% dan 3 % dengan nilai signifikan secara berturut-turut 0,009; 0,008; 0,009; 0,009 (p<0,05). Pada kelompok kontrol positif dengan kelompok ekstrak 3% tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap efek antiinflamasi dengan nilai signifikan sebesar 0,750 (p>0,05). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa gel ekstrak bunga kecombrang konsentrasi 3% efektif sebagai antinflamasi pada mencit yang diinduksi karagenan dibandingkan kelompok perlakuan lainnya dalam penelitian ini

    Efektivitas Ekstrak Tongkol Jagung (Zea Mays L.) Sebagai Diuretika Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus Norvegicus)

    Full text link
    Diuretika adalah zat yang bekerja langsung pada ginjal dengan meningkatkan produksi urine. Diuretika dipakai pada pengobatan edema, hipertensi, dan batu ginjal. Tongkol jagung merupakan salah satu bahan alam yang belum dimanfaatkan secara maksimal untuk pengobatan, namun mengandung senyawa flavonoid yang dapat berfungsi sebagai diuretika. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas ekstrak tongkol jagung (Zea mays L.) sebagai diuretika pada tikus putih jantan galur wistar (Rattus Norvegicus). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan yang digunakan yaitu randomized control group post test only design, dengan menggunakan 28 ekor tikus putih jantan yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol negatif (P1) diberikan CMC - Na, kelompok kontrol positif (P2) diberikan suspensi furosemide, sedangkan kelompok perlakuan 1 (P3) diberikan suspensi ekstrak tongkol jagung 250 mg/KgBB dan kelompok perlakuan 2 (P4) diberikan ekstrak tongkol jagung 500 mg/KgBB secara oral. Data dianalisis secara statistika menggunakan SPSS ver.16, diketahui bahwa paling tidak terdapat perbedaan antara dua kelompok dengan nilai p < 0,05 yang didapat dari uji Kruskall Wallis, kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Withney untuk melihat adanya perbedaan antara tiap kelompok dan didapatkan hasil yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol negatif (CMC-Na) dengan kelompok kontrol positif (furosemide), ekstrak tongkol jagung dosis 250 mg/KgBB dan ekstrak tongkol jagung dosis 500 mg/KgBB dengan nilai p < 0,05 sedangkan kelompok kontrol positif (furosemide) tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok ekstrak tongkol jagung 500 mg/KgBB dengan nilai p > 0,05

    Efektivitas Pemberian Gel Ekstrak Etanol Bunga Kecombrang (Etlingera Elatior) Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Derajat Iia Pada Mencit Putih (Mus Musculus L.)

    Full text link
    Kulit merupakan salah satu organ yang berperan penting dalam tubuh. Organ ini berfungsi untuk melindungi jaringan yang ada di bawahnya. Luka pada kulit menyebabkan berkurang atau hilangnya fungsi-fungsi tersebut pada bagian kulit yang luka. Luka bakar dapat menyebabkan kerusakan dan peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler, serta kerusakan jaringan kulit. Pengobatan menggunakan tamanan obat atau herba juga memiliki kelebihan yaitu tidak menimbulkan efek samping yang terlalu tinggi. Bunga kecombrang adalah salah satu tanaman yang dapat menyembuhkan luka bakar karena kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam bunga kecombrang mengandung saponin, flavonoid, terpenoid dan tanin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pemberian gel ekstrak etanol bunga kecombrang (Etlingera elatior) terhadap penyembuhan luka bakar derajat IIA pada mencit putih (Mus musculus L.). Pengujian menggunakan 25 ekor mencit yang dibagi menjadi 5 kelompok. Semua mencit dilukai menggunakan paku panas dengan diameter 80 mm. Semua kelompok mendapat pemberian obat dua kali sehari. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan metode Randomized Control Group Pretest Posttest Design. Pengamatan luka dilakukan setiap hari sampai salah satu hewan coba sembuh. Semua data kuantitatif diuji secara statistik menggunakan uji normalistas, uji homogenitas, uji paired t-test, uji One Way-ANOVA dan uji post hoc test (LSD). Dari uji One Way-ANOVA didapatkan nilai p=0,001 (p<0,05). Dari rata-rata selisih diameter luka bakar pada perlakuan 3 (gel ekstrak etanol bunga kecombrang konsentrasi 25% memiliki efektivitas paling tinggi untuk menyembuhkan luka bakar derajat II A, dibandingkan kelompok lainnya dalam penelitian ini

    Program Pemberdayaan Guru

    No full text
    Although there are many aspects responsible for the quality of education, teachers are usually considered as the most responsible ones for the low students' achievement. To help the teachers perform professionally, an empowerment program for teachers should be conducted. Based on the analysis on some aspects related to teachers, an empowerment program consisting of two components is developed. The first component, competency empowerment, proposes six ideas, i.e. improve the student recruitment system, improve teachers' reading ability and reading interest, presenting models, focus the training program on teachers' needs, encourage teachers to conduct classroom action research, and develop habit of scientific discussion. The second component, teachers' welfare empowerment, proposes reasonable incentive for teacher
    • …
    corecore