232 research outputs found

    Analysis of Genotype by Environment Interaction on Cocoa Hybrids (Theobroma Cacao L.) Resistance to Phytophthora Pod Rot

    Get PDF
    Phenomenon of genotype by environment interaction was able to influence the stability performance of cocoa resistance to Phytophthora pod rot (PPR). This research had an objective to evaluate the effect of genotype by environment interaction on resistance of cocoa hybrids to PPR. The tested hybrids were F1 crosses between selected clones of TSH 858, Sulawesi 1, Sulawesi 2, NIC 7, ICS 13, KEE 2 and KW 165. There were 14 tested hybrids and an open pollinated hybrid of ICS 60 x Sca 12 was used as control in multilocation trials at four different agroclimatic locations, namely Jatirono Estate ((highland-wet climate), Kalitelepak Estate (lowland-wet climate), Kaliwining Experimental Station (low land-dry climate) and Sumber Asin Experimental Station (highland-dry climate). Trials were established in the randomized complete block design with four replications. Resistance to PPR were evaluated based on the percentage of infected pod for the years during wet climate of 2010 in Jatirono, Kalitelepak and Kaliwining followed in dry climate of 2011–2015 in Kaliwining and Sumber Asin. Variance of data were analyzed for detecting the effect of genotype by environment interaction (GxE) then visualized with a graph of genotype main effect and genotype by environment interaction (a graph of GGE) biplot. There was consistently no interaction effect between hybrid and location to PPR incidence which was affected by single factor of hybrid, year, location and interaction between year and location. The effect of year indicated yearly change of weather was more important to PPR incidence than location difference. A graph of GGE biplot indicated a stable performance of the tested hybrids among locations

    The Influence of Drying Temperature of E7018 Electrode on the Hardness Value and Porosity Parameters on the SMAW of A36 Steel

    Get PDF
    Drying of electrodes on the mechanical properties of ASTM A36 steel concerns toughness and hardness value. This research used the experimental method. The tests conducted include a test without damage using radiography and a destructive test using hardness test. As many as 12 samples were divided into four variations in the temperature of drying electrodes, using low carbon steel, ASTM A36. The results showed that the electrode drying of the E 7018 without being opened had many welding defects on the inside in the form of Porosity Ø 1mm, elongated 5 mm. The highest hardness test results on a metal base found on ASTM A36 steel plate SMAW joints which was carried out by electrode drying process with a drying temperature of 230∘C, with a hardness value of 158 VHN. Violence test on the highest weld metal found in the ASTM A36 steel plate SMAW joins the electrode drying process with drying temperatures of 260∘C, with a hardness value of 162.6 VHN.     Keywords: drying temperature, E 7018, radiography, hardnes

    Kompatibilitas Batang Bawah dengan Batang Atas pada Metode Grafting Tanaman Durian (Durio Zibethinus Murr)

    Full text link
    Durian menjadi salah satu buah yang memberikan nilai investasi tinggi bagi Indonesia. Namun, di Indonesia sendiri sedikit buah durian lokal yang bermutu tinggi yang dijual di pasaran. Salah satu faktor yang mempengaruhi ialah kurangnya penyediaan bibit varietas unggul yang ada. Oleh karena itu perlu cara perbanyakan durian yang dapat menghasilkan bibit varietas unggul untuk menghasilkan produksi tinggi.Beberapa teknik perbanyakan yang disarankan dalam budidaya durian secara vegetatif, salah satunya menggunakan metode grafting. Grafting adalah menggabungkan batang bawah dan batang atas dari tanaman yang berbeda menjadi tanaman baru. Tujuan penelitian ini adalahMenghasilkan bibit durian unggul lokal Kabupaten Kediri yang berpotensi tumbuh dengan baik dengan metode sambung (grafting) dan Mendapatkan informasi kompatibilitas batang bawah dengan batang atas dalam kaitan dengan sifat unggul bibit dan tanaman yang dihasilkan. Pada penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) factorial. Parameter pengamatan meliputi Hubungan jumlah daun dengan panjang tunas, persentase keberhasilan grafting, Kandungan Peotein bagian tanaman,dan titik pertautan sambungan.Dari hasil penelitian Perlakuan varietas kelud dengan panjang entres 10 cm memberikan persentase keberhasilan grafting durian yang lebih tinggi dibandingka dengan perlakuan lainya

    Pariwisata Heritage Sebagai Hasil Reinkarnasi Kawasan Pecinan Surabaya

    Full text link
    Surabaya sebagai kota besar dan tertua di Indonesia memiliki kawasan Pecinan yang khas. Daya tarik Surabaya sebagai kota pelabuhan dan perdagangan wilayah Timur menarik para imigran, khususnya etnis Tiongkok untuk mendiami kawasan kota tua Surabaya. Aktivitas masyarakat Tiongkok sebagai zona permukiman-perdagangan sampai saat ini masih utuh. Namun, terdapat aspek yang mulai hilang seiring proses perbaikan dan pengembangan, yaitu arsitektur Cina yang sangat kental sebagai ciri khas kawasan Pecinan. Bertahannya elemen arsitektur yang ada seharusnya mampu menjadi potensi untuk lebih mengembangkan kawasan Pecinan Surabaya. Namun, munculnya moderninsasi di sisi lain kota menjadi ancaman bagi kelestarian kawasan ini. Kondisi ini membuat kawasan Pecinan Surabaya perlahan mati dan kehilangan eksistensinya sebagai kota lama Surabaya. Langkah pembangunan kembali eksistensi kota lama Surabaya merupakan strategi budaya dimana karakter Tiongkok yang merupakan jiwa dan perwujudan identitas kota Pecinan dapat diolah menjadi kawasan pariwisata heritage. Metoda architectural programming milik Donna P Duerk merupakan metoda yang tepat untuk menjabarkan alur penyelesaian hingga menghasilkan sebuah konsep rancangan yang jelas. Metoda ini berangkat dari permasalahan yang ada di lokasi yang kemudian dikategorikan untuk diproses menjadi sebuah penyelesaian

    Elemen Arsitektur Sebagai Perantara Komunikasi Antar Manusia

    Full text link
    Dalam suatu keluarga yang beranggotakan orang tua dan anak, komunikasi menjadi hal yang penting dalam mengaplikasikan kontrol orang tua terhadap anak demi masa depannya yang lebih baik. Arsitektur sebagai ruang bagi seseorang dalam berkomunikasi, memiliki pengaruh terhadap komunikasinya. Komunikasi yang kurang harmonis dalam suatu keluarga bisa jadi disebabkan atas faktor arsitektur di lingkungannya, baik atas pola ruang maupun suasananya. Penulis merespon ketidakharmonisan komunikasi orang tua-anak tersebut dengan merancang sarana edukasi pola asuh orang tua terhadap anak, yang dapat menjadi ruang baru bagi keduanya dalam berkomunikasi. Dalam obyek rancang ini, penulis menghadirkan beberapa elemen arsitektur yang ditentukan dengan melakukan studi terlebih dahulu atas literatur yang telah ada. Sehingga dengan adanya elemen tersebut, arsitektur dapat menjadi media maupun perantara bagi orang tua-anak dalam berkomunikasi yang baik

    Arsitektur Untuk Membantu Menyembuhkan Kerusakan Psikis Pada Manusia (Kekerasan Pada Anak)

    Full text link
    Kekerasan terhadap anak di dalam kehidupan berumah tangga seakin meningkat setiap tahunnya. Sering sekali penyelesain masalah terhenti pada tahapan pengobatan fisik saja tanpa mempertimbangkan segi psikis anak selaku korban. Oleh karena itu, terjadi perputaran dari korban terdahulu menjadi pelaku di masa depannya dikarenakan tidak adanya penanganan psikis. Untuk itu diperlukan rehabilitasi untuk anak menyembuhkan masalah psikis dampak kekerasan yang dialaminya. Selain memberikan terapi penyembuhan, tingkat Kenyamanan sangat diperlukan untuk menunjang penyembuhan anak. Tingkat privasi anak juga mempengaruhi proses penyembuhan sang anak. Dengan menggabungkan beberapa unsur arsitektural maka terciptalah suatu desain yang dapat membantu memenuhi kebutuhan anak akan Kenyamanan. Unsur yang dipilih memiliki kemampuan healing dan menenangkan dari segi psikis untuk anak, beserta pengguna lainnya, disela kegiatan terapi. Dengan menggunakan metode desain Scientific Problem Solving

    Chromatographic Identification of Leaf Color Characteristics on Fine-flavor and Bulk Cacao as Selection Indicator

    Get PDF
    A problem encountered in plant breeding process to determine bean color quality of fine-flavor cocoa is a long selection period. Preliminary results indicatedthat the fine-flavor cocoa has a low color reflectance than bulk cocoa. The objectiveof this study is to find more applicable and easier method to do the early detectionof fine-flavor cocoa on the breeding population. Detection of the leaf color haracteristics was done by chromatographic and spectrophotometry analysis. hromatographic analysis was carried out in Kaliwining Experimental Station, IndonesianCoffee and Cocoa Research Institute using complete random design consistedof two types of cocoa; fine-flavor (10 clones) and bulk cocoa (10 clones). pectrophotometric analysis was conducted at Ma Chung University, Malang, East Java.Four clones of bulk cocoa and six clones of fine flavor cocoa were used in thisanalysis. The results of the study showed that the flush color characteristics of thefine-flavor cocoa were different from the bulk cocoa characteristics as shown bythe differences in the value of L*, b* and anthocyanin content. Flush characteristic s ofthe fine-flavor cocoa had brighter color, more toward green with higher yellowlevel, while the bulk cocoa had darker flush, red and lower yellow level. Thecolor parameter of L* and b* had a higher genetic variation compared with theenvironment variation. However, the parameter a* had a higher environmental variation compared with genetic variation. Grouping of fine-flavor cocoa and bulk cocoacould be done through the detection of flush anthocyanin content, when tendencyof flush anthocyanin content on fine-flavor cocoa was lower than bulk cocoa.The detection of flush color particularly L* and b* parameters through hromatographic analysis and anthocyanin content through spectrophotometric analysismay be used as a criteria for selection the fine flavor cocoa on seedling phase
    • …
    corecore