159 research outputs found

    Mutu Kulit Glase Dari Kulit Domba Peranakan Merino

    Get PDF
    This research used four pieces of good quality merino descendent sheep skin and four pieces of good quality local sheep of glace leather produced from merino descendent sheep skin to that one from local sheep skin. Either merino descendent sheep skins or the local ones were processed into glase leather through the ordinary tanning method. Glace leather output from this research were visual investigated and physical tested. Statistical analysys points out that there is unsignify difference (P β‰Ό 0,05) the influence of the species either it is merino and the stretch of glaze leather. It is also unsignify difference (P β‰Ό 0,05) the influence of the species either it is merino descendent sheep skin or the local one to the quality of glaze leather.Pratical meaning of this research is that merino descendent sheep skin may be tanned into glaze leather having same quality to that one from local sheep skins

    Pengaruh Penerapan Work Preparation Job Sheet (Wpjs) Untuk Pembelajaran Praktik Pada Kompetensi Dasar Melaksanakan Teknik Pengerjaan Logam

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar praktik melaksanakan teknik pengerjaan logam pada siswa kelas X tanpa menggunakan metode pembelajaran WPJS dan yang menggunakan metode pembelajaran WPJS. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan Posttest-Only Control Design. Populasi penelitian yaitu siswa kelas X Jurusan Teknik Pemesinan di SMK Tujuh Lima 1 Purwokerto sebanyak 210 siswa, sedangkan sampel penelitian yaitu siswa kelas X M2 sebanyak 38 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas X M5 sebanyak 38 siswa sebagai kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Hasil belajar praktik pengerjaan logam tanpa menggunakan metode pembelajaran WPJS dengan rata-rata nilai sebesar 73,87 termasuk dalam kategori baik, sedangkan menggunakan metode pembelajaran WPJS dengan rata-rata nilai sebesar 81,42 termasuk dalam kategori baik. Hal tersebut menunjukkan ada perbedaan signifikan rata-rata hasil belajar praktik melaksanakan teknik pengerjaan logam antara menggunakan WPJS dan tanpa menggunakan WPJS dengan nilai t hitung sebesar 4,938 > nilai ttabel sebesar 1,67

    Apresiasi Guru IPA SMP Surabaya Terhadap Implementasi Lesson Study

    Full text link
    Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru seperti yang tercantum dalam Undang Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 adalah kompetensi pedagogik Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. Lesson study merupakan bentuk pembinaan profesi guru, agar guru dapat mengembangkan kompetensi pedagogiknya. Lesson study ini telah dikembangkan di Indonesia sejak tahun 2001, yaitu di beberapa sekolah di Bandung, di Malang dan di Yogyakarta. Pada tahun 2008, di Surabaya telah dilaksanakan lesson Study di beberapa SMP dengan sasaran guru IPA. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui a) pelaksanaan lesson study di SMP Surabaya; b) aktivitas guru model selama kegiatan lesson study; c) aktivitas guru sebagai observer selama lesson study;d) respon guru terhadap implementasi lesson study.Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Pengambilan data dilaksanakan dengan observasi untuk setiap kegiatan lesson study dan hasil observasi tersebut dituangkan dalam bentuk deskriptif. Implementasi lesson study berlangsung di 4 SMP di Surabaya, pada semester gasal dan genap TA 2009/2010. Setiap semester berlangsung 1 kali plan dan 2 kali do (open lesson). Selain itu setiap akhir lesson study tiap semester dijaring data tentang respon guru terhadap pelaksanaan lesson study melalui angket.Hasil pelaksanaan lesson study oleh guru IPA SMP Surabaya menunjukkan adanya keterlibatan aktif guru IPA sebagai guru model, guru peserta dan observer pada tahap plan, do dan see. Demikian pula prinsip kolaboratif, berkelanjutan, kolegalitas, mutual learning dan komunitas belajar sudah diterapkan dengan tepat. Model pembelajaran sangat bervariasi pada saat pelaksanaan lesson study. Sebagai observer guru sudah berperan baik sehingga hasil observasi bisa dipergunakan sebagai pertimbangan untuk open lesson berikutnya. Dengan demikian guru IPA SMP di Surabaya telah memberikan apresiasi yang positif terhadap pola pembinaan profesi melalui kegiatan lesson study dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran

    The Correlation of Psychological Counseling in Pkpr with the Ability to Problem Solving Adolescents Aged 13-15 Years at Lower Secondary School State 1 Puri Mojokerto

    Full text link
    THE CORRELATION OF PSYCHOLOGICAL COUNSELING IN PKPR WITH THE ABILITY TO PROBLEM SOLVING ADOLESCENTS AGED 13-15 YEARS AT LOWER SECONDARY SCHOOL STATE 1 PURI MOJOKERTO By: Binarti Dwi,Lutfi Wahyuni,     Abctract : This study aims to analyze correlation between the role of adolescence care services (PKPR) particular program as psychological counseling to problem solving capabilities in adolescent aged 13-15 years at lower secondary school state 1 puri Mojokerto. This study used is analytic with cross-sectional. A simple of 52 people were taken by cluster random sampling. Protap monitoring data collection using standard PKPR 3 adolescence, especcially psychological counseling program and questionnaire problem solving abilities. Spearman rho test showed that p (0,000) < α (0,05) so, H0 is rejected it means there is correlation of psychological counseling in pkpr with the ability to problem solving adolescents aged 13-15 years at lower secondary school state 1 puri Mojokerto. Whith valve r-0,474 which shows correlation moderat. To improve quality of Psychological counseling services in PKPR expected to help adolescent  choose alternative solotions to problems and improve the ability of problem solving in adolescent. &nbsp

    Perbandingan Kuat Lentur Dua Arah Plat Beton Bertulangan Bambu Rangkap Lapis Styrofoam Dengan Plat Beton Bertulangan Bambu Rangkap Tanpa Styrofoam

    Full text link
    Beton merupakan material yang sangat banyak digunakan sebagai material untuk struktur utama dalam konstruksi. Banyak keuntungan menggunakan beton sebagai material struktur utama. Selain itu, beton yang mampu dipadukan dengan tulangan baja, atau biasa yang disebut dengan beton bertulang. Pada konstrusi pembangunan, hampir seluruhnya menggunakan beton bertulang. Seiring perkembangan zaman, muncul inovasi-inovasi untuk membuat beton ringan namun juga kokoh, awet, dan murah. Salah satunya dengan cara membuat plat beton dengan lapis styrofoam bertulangan bambu. Pada penelitian ini dilakukan dengan membuat sebuah plat dimana terdapat Styrofoam yang dilapisi dengan beton, tulangan plat diganti dengan bambu yang telah dilapisi dengan cat. Plat nantinya dibandingkan dengan plat bertulangan bambu tanpa styrofoam. Kedua plat diuji lentur dengan beban terpusat dan hasil pengujian keduanya dibandingkan. Dari penelitian laboratorium diperoleh beban maksimum dari dua jenis plat tersebut, dimana beban maksimum plat beton lapis styrofoam sebesar 1779,4 kg dan untuk plat beton tanpa styrofoam 2079,4 kg. Selain itu lendutan pada kedua plat juga berbeda, dimana rata-rata lendutan yang terjadi pada plat beton tanpa styrofoam 9,715mm, sementara plat beton dengan styrofoam yang rata-ratanya sebesar 12,67mm. Keruntuhan yang dihasilkan oleh kedua panel merupakan jenis keruntuhan lentur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panel yang didalamnya diletakkan styrofoam memiliki kekuatan yang hampir sama dengan panel tanpa styrofoam

    Rancang Bangun Perajang Ubi Kayu Pisau Horizontal

    Full text link
    Cassava is an important source of food calories as well as source of other products in Indonesia. Utilization and processing potential of cassava are widely diverse. One of processed commodity of cassava is crispy chips. In crispy chips production, there need an efficiently and a good copper. The aim of this research is to design a cassava chopper powered by electrical motor and equipped with horizontal blade. Furthermore, this study aimed to identify the performance of designed chopper. The result of the design step is a chopper that has well functionally. The designed chopper has four parts; frame, transmission, hopper and cutter blade. It is powered by 0,25 kW electric motor and equipped with rotation speed control. In the design of the chopper with a horizontal blade, the cutting blades are not spinning stationary but changed into backward and forward movement. The highest specific energy as a result of performance identification is 42.50 Joules / kg. The highest working capacity is 62.550 kg / h occurs in motor rotation of 170 rpm

    Kajian Indikator-indikator Yang Mendasari Penyusunan Pedoman Fasilitas Perpindahan Antarmoda Perkotaan

    Full text link
    Salah satu kendala pengembangan pelayanan transportasi antarmoda di wilayah perkotaan adalah belum adanya pedoman/panduan yang dapat digunakan sebagai dasar acuan untuk menyelenggarakan transportasi antarmoda di wilayah tersebut. Bagaimana menjadikan kegiatan perpindahan moda yang dilakukan oleh pengguna dapat berjalan dengan lancar (seamless) sehingga mampu mereduksi waktu perjalanan dan memberikan rasa aman serta nyaman selama melakukan kegiatan tersebut merupakan hal-hal yang perlu dijawab dalam pedoman ini. Untuk itu, tahap awal yang harus dilakukan adalah merumuskan indikator-indikator pelayanan transportasi antarmoda berdasarkan persepsi masyarakat dan sensitifitasnya terhadap karakteristik pengguna transportasi antarmoda di wilayah perkotaan.. Basis data kajian ini akan dikembangkan dari hasil wawancara terhadap pengguna moda transportasi yang menggunakan 2 (dua) jenis moda transportasi berbeda pada saat melakukan satu kali perjalanan dengan tujuan tertentu. Survei akan terbagi menjadi 2 (dua) tahap yaitu: survei penentuan indikator dan survei sensitifitas (menggunakan metode stated preference). Sebagai wilayah studi adalah wilayah Jakarta sekitarnya dan Surabaya sekitarnya. Keterpaduan moda yang dijadikan objek survei adalah keterpaduan antarmoda yang ada di wilayah perkotaan atau memiliki karakteristik perjalanan di dalam kota, antara lain: 1) Bis Reguler – busway, 2) kereta api – angkutan jalan, 3) angkutan jalan - angkutan udara, 4) ASDP – angkutan jalan, 5) kereta api – ASDP, dan 6) kereta api – angkutan udara.Hasil kajian mengindikasikan bahwa secara umum ada 2 (dua) kelompok indikator utama yang mempengaruhi pelayanan transportasi antarmoda, yaitu: 1) kelompok indikator stimulan, terdiri dari: waktu tunggu dan biaya peron, 2) kelompok indikator respon terdiri dari: keamanan, keselamatan, Kenyamanan dan informasi ditempat transit. Sedangkan dari kajian sensitifitas mengindikasikan hal sebagai berikut:1) berdasar kategori moda tidak terjadi hubungan yang konklusif antara indikator pelayanan perpindahan moda dengan agregrat dan disagregat karakteristik responden, 2) tingkatan kondisi sosial ekonomi merupakan karakteristik responden yang harus diperhatikan dalam penyusunan pedoman fasilitas perpindahan moda, 3) karakteristik pengguna dengan tingkat pendapatan rendah tidak sensitif terhadap penyediaan fasilitas perpindahan moda, 4) fasilitas perpindahan moda harus mampu melayani semua kelompok pengguna (dengan keterbatasan fisik maupun tidak), 5) ketersediaan informasi merupakan variabel yang memiliki elastisitas yang setara untuk semua kategori/karakteristik pengguna, sehingga penyusunan pedoman harus merekomendasikan penyediaan informasi tanpa melihat kelompok pengguna (cross cutting isue), 6) untuk moda-moda transportasi yang mempunyai biaya transportasi tinggi, penggunanya cenderung memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap standar fasilitas perpindahan moda, 7) pengguna yang secara rutin menggunakan moda transportasi (frequent travellers) memiliki kepekaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengguna yang kadangkala (occational users) sehingga pedoman harus didasarkan pada kelompok frequent travellers, dan 8) pengguna dengan biaya transportasi yang besar akan memiliki tuntutan standar pelayanan yang lebih tinggi pula (lebih aktif menuntut haknya). Kata

    Tingkat Ketepatan Adopsi Petani Terhadap Sistem Tanam Jajar Legowo Pada Tanaman Padi Sawah (Studi Kasus Di Desa Undaan Kidul, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus)

    Full text link
    Paddy is the raw material of rice, where rice is a basic need that is important. Faltering rice self-sufficiency should be sought immediately find a way out, including technology that can answer these problems. One form of technology in the agricultural sector is to improve farming methods and the use of improved seed. The way that to do by farmers to renew farming especially in Kudus is by adopting innovation Jajar Legowo cropping system which is an integrated development concept pioneered by Centers of Agricultural Technology Research (BPTP) in Central Java. The purpose of this study were to determine the accuracy level of the farmer's adoption in Jajar Legowo cropping systems at Undaan District and to know the problems that occur in Jajar Legowo cropping systems at Undaan District. The village was used as research is Undaan Kidul village, as the village has adopted the Jajar Legowo cropping systems. Taking a sample of farmers conducted in purposive sampling (a total of 100 people who will serve as the respondents in this study). Accuracy level of innovation adoption Jajar Legowo cropping systems in all aspects of belonging to the right (89,75%). This means that most of the respondent farmers have applied as recommended from every aspect of the Jajar Legowo cropping systems in paddy plant. The problems that arise in the innovation adoption of Jajar Legowo cropping system is the aspect of inspection because the aspects of the examination requires special expertise and thoroughness of farmers to examine in detail the condition of their grain crops
    • …
    corecore