12 research outputs found

    Efek Imunostimulasi Ekstrak Etanol Tubuh Buah Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus Jacq Fr.Kumm) terhadap Aktivitas Makrofag Mencit (Swiss Webster)

    Get PDF
    Telah dikembangkan produk nutrisi medikal sebagai imunostimulan, Tubuh buah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus Jacq Fr.Kumm) dipilih untuk diteliti khasiatnya terhadap respon imun innate. Jamur tiram putih merupakan jamur terbesar ketiga sekitar 25 % dari total jamur didunia yang mudah dikembangkan, karena pembudidayaan yang sederhana. Jamur tiram putih mengandung senyawa pleuran. Pleuran adalah (1-3)-?-D-glucans yang berasal dari polisakarida, yang ditemukan berkhasiat sebagai antitumor dan sebagai imunostimulan melalui aktivasi dari sel makrofag. Tiga dosis jamur tiram yang diuji yaitu 100, 200 dan 400 mg/kg bobot badan yang diberikan secara oral 1x sehari selama 7 hari berturut-turut. Uji efek ekstrak etanol FJTP terhadap respon imun innate dilakukan melalui uji fagositik sistem retikuloendothelium (RES) dengan metode bersihan karbon dan aktivitas fagositik makrofag pada mencit Swiss Webster yang ditekan sistem imunnya dengan metil prednisolon. Ekstrak etanol tubuh buah jamur tiram putih dosis 100, 200, 400 mg/kg bb meningkatkan kecepatan eliminasi partikel karbon dengan koefisien regresi (1,187; 1,504; 1,040 vs 1,040, p<0,05) dan indeks fagositik sebesar (1,16, 1,47, 1,02 vs 1,00, p<0,05). Ekstrak etanol tubuh buah jamur tiram putih dosis 100, 200 dan 400 mg/kg meningkatkan aktivitas makrofag peritoneal untuk menelan Escherichia coli yang ditandai dengan meningkatkan rasio fagositik (95,68; 94,50; 91,85% vs 51,28%, p<0,05), indeks fagositik (3,48; 2,48; 4,06 vs 1,50, p<0,05) dan jumlah leukosit total secara bermakna (p<0,05). Namun tidak berkhasiat meningkatkan indeks organ hati, limpa dan kelenjar timus yang diberi ekstrak dibandingkan terhadap kontrol

    Pemberdayaan Pemuda dalam Optimalisasi Layanan Digital BPJS Kesehatan Melalui Edukasi dan Pelayanan Masyarakat di Wilayah Desa Citorek Tengah

    Get PDF
    Perkembangan era digitalisasi dan teknologi membuat layanan kesehatan juga mengikuti arus perkembangan teknologi. Layanan digital berbasis 4.0 menjadikan baik pembuat layanan dan pengguna harus dapat menggunakannya dengan optimal. Tingkat pengetahuan dan literasi masyarakat di Indonesia yang berbeda-beda menyebabkan kurangnya pemanfaatan layanan digital KIS. Berdasarkan hasil survey di Desa Citorek, Banten ditemukan beberapa permasalahan terkait KIS ini diantaranya kesalahan identitas, lokasi cukup jauh ke kantor BPJS, dan minimnya pengetahuan masyarakat tentang layanan digital BPJS. Tujuan kegiatan pengmas ini adalah mengoptimalisasi peran pemuda untuk dapat memanfaatkan layanan digital BPJS dan membantu masyarakat sekitar dalam memanfaatkan layanan digital tersebut. Tahapan kegiatan terdiri dari persiapan meliputi perencanaan, perizinan, dan survey lokasi. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan bimbingan para pemuda, edukasi kepada masyarakat, dan evaluasi kegiatan dari hasil pre dan post test. Hasil kegiatan pengmas menunjukkan pengetahuan pemuda tentang layanan digital BPJS meningkat menjadi 51,85%, pemanfaatan layanan digital BPJS sebanyak 86 kali penggunaan, pemanfaatan layanan meluas hingga 6 desa lainnya, dan sebanyak 189 KIS telah dibantu diperbaiki melalui program layanan oleh pemuda setempa

    Perbandingan uji diagnostik GeneXpert MTB/RIF untuk mendeteksi resistensi rifampicin Mycobacterium tuberculosis pada pasien Tb paru di RSUP dr. Moh. Hoesin Palembang

    Get PDF
    Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah global. TB menduduki peringkat kedua penyebab kematian dari seluruh penyakit infeksi di dunia. Kelemahan dalam mendiagnosis dan pengobatan cepat selain dapat berdampak pada pasien, juga terhadap perkembangan resistensi sekunder dan penyebaran dari penyakit ini. Sebagai alternatif, teknik molekuler diagnostik dapat mempercepat TAT dan meningkatkan sensitifitas dan spesifisitas. Tes GeneXpert MTB/RIF merupakan mesin otomatis dengan penggunaan mudah dan cepat yang menggunakan prinsip nested real-time PCR dan teknologi molekuler untuk mendeteksi M. tuberculosis (MTB) dan resistensi obat rifampicin (RIF). Penelitian ini merupakan studi observasional analitik di laboratorium dengan pendekatan purposive sampling. Penilaian hasil  sensitivitas dan spesifisitas GE memiliki nilai 97% dan 93% terhadap mikroskopis BTA; Sensitivitas dan spesifisitas GE memiliki nilai 97% dan 62% terhadap kultur MTBC; Persentase deteksi Rifampisin resisten pada GE sebesar 167(31%) lebih tinggi dari pada kultur MTBC sebesar 103(21.7%); Ada 3 sampel dari 5 sampel yang hasil BTA positif dan GE negatif yang memiliki gen hsp65 yang menunjukkan adanya bakteri MOT

    Potensi Pemanfaatan Jagung, Kacang Hijau dan Ubi Cilembu Sebagai Media Kultur Bakteri Escherichia Coli

    Get PDF
    Nutrient Agar merupakan media dominan yang umum digunakan untuk pemeriksaan kultur mikrobiologi. Harga media tersebut relatif mahal sehingga mendorong peneliti untuk menemukan media kultur alternatif. Bahan alam yang dapat dijadikan media pertumbuhan yaitu jagung, kacang hijau dan ubi cilembu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi ketiga bahan alam tersebut sebagai media kultur pertumbuhan bakteri yang tumbuh secara optimal. Metode penelitian yaitu eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Sampel bakteri yang diuji pada setiap media kultur alternatif ialah bakteri Escherichia coli dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan dengan menghitung koloni bakteri yang tumbuh menggunakan metode TPC (Total Plate Count). Hasil penelitian menunjukkan jumlah koloni kacang hijau yang paling banyak tumbuh sebesar 162Ă—105 CFU/ml pada konsentrasi 4,54%, pada media jagung tumbuh sebanyak 63Ă—105 CFU/ml pada konsentrasi 7,5% dan pada media ubi Cilembu sebanyak 46Ă—105 CFU/ml pada konsentrasi 30%. Ukuran koloni yang tumbuh lebih besar yaitu pada media ubi cilembu. Berdasarkan hasil penelitian media alternatif jagung, kacang hijau dan ubi Cilembu bisa dijadikan sebagai media pertumbuhan bakteri Eschericia coli. Pertumbuhan terbaik yaitu pada media kacang hijau dengan konsentrasi 4,54%. Bagi peneliti selanjutnya dapat menguji ketiga bahan tersebut dengan bakteri gram positif dan merubah komposisi formula karena ukuran koloni yang dihasilkan masih bervariasi

    Identifikasi Bakteri pada Luka Penderita Diabetes Melitus di Rumah Perawatan Luka Diabetes

    Get PDF
    Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease that occurs due to hyperglycemia. In Indonesia it self, DM has a relatively high prevalence, this is evidenced because Indonesia is in the category of the top 10 countries in the world. The type of research used is descriptive research, namely identifying bacteria and testing sensitivity on wounds of diabetics with diabetes mellitus by performing cultures that are examined macroscopically and microscopically with the number of respondents obtained by as many as 17 people in 4 weeks. The results of this study obtained the prevalence of the types of bacteria that are (82.35%) gram-negative and (17.65%) gram-positive. The gram negatives included Proteus mirabilis (17.65%), Proteus morgani (5.88%), Citrobacter diversus (23.54%), Pseudomonas aeruginosa (11.76%), Escherichia coli (5.88%), Enterobacter agglomerans (5.88%) and Enterobacter cloacae (11.76%). While the gram-positive include Staphylococcus aureus (17.65%) with antibiotic sensitivity results whose sensitivity is in the yellow zone, which is around 50-75%, namely ciprofloxacin and meropenem antibiotics are in the green zone, which is around 76-100%.Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang terjadi karena hiperglikemia. Di Indonesia sendiri, DM mempunyai prevalensi yang relatif tinggi, hal ini dibuktikan karena Indonesia masuk kategori 10 negara teratas di dunia. Jenis penelitian yang digunakan bersifat penelitian deskriptif, yaitu mengidentifikasi bakteri dan uji sensitivitas pada luka penderita diabetes melitus dengan melakukan kultur yang di periksa secara makroskopis dan mikroskopis dengan jumlah responden yang didapatkan adalah sebanyak 17 orang dalam kurun waktu 4 minggu. Hasil penelitian ini, didapatkan prevalensi jenis-jenis bakteri yaitu (82,35%) gram negatif dan (17,65%) gram positif. Adapun gram negatif nya meliputi Proteus mirabilis (17,65%), Proteus morgani (5,88%), Citrobacter diversus (23,54%), Pseudomonas aeruginosa (11,76%), Escherichia coli (5,88%), Enterobacter agglomerans (5,88%) dan Enterobacter cloacae (11,76%). Sedangkan gram positif meliputi Staphylococcus aureus (17,65%) dengan hasil sensitivitas antibiotik yang sensitivitasnya berada di zona kuning yaitu sekitar 50-75% yaitu antibiotik ciprofloxacin dan meropenem berada dizona hijau yaitu sekitar 76-100%

    Uji Daya Hambat Ekstrak Daun Jamblang (Syzygium Cumini (L.) Skeels) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Streptococcus Pyogenes dan Proteus Mirabilis

    Get PDF
    Infectious diseases are a problem for public health and can increase patient morbidity and mortality. Bacteria that cause infectious diseases include Streptococcus pyogenes and Proteus mirabilis. Inappropriate use of antibiotics can cause resistance problems and the effects of undesirable drugs. Jamblang (Syzygium cumini) leaf extract can be used as a natural antibacterial drug. There is a study showing the content of active compounds in the leaves of Jamblang are Flavonoids, tannins, alkaloids, and saponins are components of chemical compounds that are suspected as antibacterial. This study aims to determine the antibacterial activity of Jamblang leaf extract against Streptococcus pyogenes and Proteus mirabilis bacteria. The method used is the Minimum Inhibitory Concentration method using well diffusion. The study used Jamblang leaf extract with various concentrations of 10%, 20%, 30%, and 40%, the test bacteria used were Streptococcus pyogenes and Proteus mirabilis, using positive control of chloramphenicol, and negative control of 10% DMSO. The results showed that Jamblang leaf extract can inhibit the growth of Streptococcus pyogenes and Proteus mirabilis bacteria in all concentrations. In the Kruskall Wallis Non-Parametric statistical test the two bacteria obtained P 0.05.In Streptococcus pyogenes bacteria the value of P = 0.031, and Proteus mirabilis bacteria the value of P = 0.015. These results indicate a real difference in this study.Penyakit infeksi merupakan masalah bagi kesehatan masyarakat dan dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas pasien. Bakteri yang menyebabkan penyakit infeksi diantaranya yaitu Streptococcus pyogenes dan Proteus mirabilis. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menimbulkan masalah resistensi dan efek obat yang tidak dikehendaki. Ekstrak daun Jamblang (Syzygium cumini) dapat digunakan sebagai obat antibakteri alami. Ada sebuah penelitian menunjukkan kandungan senyawa aktif pada daun Jamblang adalah Flavonoid, tannin, alkaloid, dan saponin merupakan komponen senyawa kimia yang diduga sebagai antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak daun Jamblang terhadap bakteri Streptococcus pyogenes dan Proteus mirabilis. Metode yang digunakan adalah metode Konsentrasi Hambat Minimum dengan cara difusi sumuran. Penelitian menggunakan ekstrak daun Jamblang dengan variasi konsentrasi 10%, 20%, 30%, dan 40%, bakteri uji yang digunakan adalah Streptococcus pyogenes dan Proteus mirabilis, menggunakan kontrol positif kloramfenikol, dan kontrol negatif DMSO 10%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun Jamblang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus pyogenes dan Proteus mirabilis pada semua variasi konsentrasi. Pada uji statistik Non-Parametrik Kruskall Wallis kedua bakteri tersebut didapatkan P0,05. Pada bakteri Streptococcus pyogenes nilai P=0,031, dan bakteri Proteus mirabilis nilai P=0,015. Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada penelitian ini

    PERBANDINGAN HASIL HITUNG JUMLAH ERITROSIT DENGAN MENGGUNAKAN LARUTAN HAYEM, LARUTAN SALINE DAN LARUTAN REES ECKER

    Get PDF
    Hitung jumlah eritrosit metode manual dapat menggunakan larutan pengencer yaitu larutan Hayem, larutan Saline dan larutan Rees Ecker. Diantara larutan pengencer tersebut larutan Hayem lebih sering digunakan karena dianggap memenuhi kriteria yang ideal, sedangkan larutan pengencer Rees Ecker biasanya lebih sering digunakan dalam hitung jumlah trombosit, tetapi dapat juga untuk menghitung eritrosit. Namun dari sisi ekonomis, larutan saline lebih murah dibandingkan dari kedua larutan pengencer tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan jumlah eritrosit yang dihitung dengan menggunakan larutan Hayem, larutan Saline dan larutan Rees Ecker. Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik random acak sederhana (random sampling). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 184 Mahasiswa dengan jumlah sampel sebesar 30 mahasiswa. Hasil pemeriksaan hitung jumlah eritrosit yang diperoleh dilakukan analisa data dengan uji kruskal wallis. Hasil penelitian menunjukaan hitung jumlah eritrosit dengan larutan Hayem memberikan rata-rata 4,90 juta/mm3 ±0,68, dengan larutan Saline memberikan rata-rata 4,95 juta/mm3 ±0,84 dan dengan larutan Rees Ecker memberikan rata-rata 4,91 juta b/mm3 ±0,96. Berdasarkan uji statistik tidak ada perbedaan yang signifkan antara hasil hitung jumlah eritrosit yang diperoleh menggunakan ketiga metode pemeriksaan yang diteliti

    The Association between Aromatase Gene Polymorphism Cyp19 Val 80 and Endometriosis Risk

    No full text
    Background: Endometriosis implant has been known to express aromatase enzyme, Cytochrome p450 that catalyzes androgen into estrogen. It causes local estrogen production, leading to increased estrogen level, and subsequently triggers endometriosis lesion. CYP19 gene resided at chromosome 15q21.1 is the biggest component of aromatase coding cytochrome p450 enzyme. Objective: To identify relationship between aromatase gene polymorphism CYP19 Val 80 and the risk of endometriosis. Methods: This is an observational case-control study using frozen DNA sample from women with endometriosis and/ or adenomyosis who had undergone laparotomy/ laparoscopy at Obstetrics and Gynecology Department Dr. Mohammad Hoesin General Hospital Palembang January-November 2013. Samples were amplified and cut by PCR-FRLP using Rsa1 restriction enzyme. Results were divided into A/A genotype (homozygote mutant), G/A (heterozygote mutant), and G/G (homozygote wild type).&nbsp; Data were analyzed by SPSS 21.0 version. Results: PCR-RFLP results for A/A genotype were 20 (21.3%) in endometriosis group and 8 (8.5%) in control group. G/A genotype were 18 (19.1%) in endometriosis group and 22 (23.4%) in control group. G/G genotype were 9 (9.6%) and 17 (18.1%) in endometriosis group and control group, respectively. There was significant increase risk of endometriosis in women carrying genotype A/A to those with genotype G/G with OR 4.722 (p&lt;0.05). Conclusion: Polymorphism on aromatase gene CYP19 Val 80 A/A increases risk of endometriosis

    “In vitro” antibacterial effect of the ethanolic extract of Coriandrum sativum L. (Culantro) on Staphylococcus aureus ATCC N°25923, Chiclayo 2022

    No full text
    El objetivo del trabajo fue determinar el efecto antibacteriano “in vitro” del extracto etanólico de Coriandrum sativum L. (Culantro) sobre Staphylococcus aureus ATCC N°25923. El extracto se obtuvo por extracción alcohólica empleando etanol 96° y el efecto antibacteriano se determinó por medio de la técnica de difusión en agar en placas Petri. Los resultados obtenidos fueron el extracto etanólico de culantro al 50% obtuvo halo de inhibición promedio de 13.91mm, el extracto etanólico de culantro al 100% obtuvo halo de 18,00mm. Se concluye que El extracto etanólico de Coriandrum sativum L. (Culantro) presentó efecto antibacteriano in vitro, sobre Staphylococcus aureus ATCC N°25923 a las concentraciones de estudioThe objective of this work was to determine the in vitro antibacterial effect of the ethanolic extract of Coriandrum sativum L. (Coriander) on Staphylococcus aureus ATCC N°25923. The extract was obtained by alcoholic extraction using 96° ethanol and the antibacterial effect was determined by the agar diffusion technique in Petri dishes. The results obtained were the 50% ethanolic extract of coriander obtained an average inhibition halo of 13.91 mm, the 100% ethanolic extract of coriander obtained a halo of 18.00 mm. It is concluded that the ethanolic extract of Coriandrum sativum L. (Coriander) presented in vitro antibacterial effect on Staphylococcus aureus ATCC N°25923 at the study concentration
    corecore