43 research outputs found

    Phosphorus Extraction from Soil Constituents Using Bray P-1, Mehlich-1 and Olsen Solutions

    Get PDF
    The extraction methods using Bray P-1, Mehlich-1, and Olsen solutions are the most frequently used in equilibrium condition to estimate the available P in the soil constituents. However, each method can gives some different values that may not describe the availability of soil P. Therefore, it is necessary to conduct a laboratory experiment to compare the three solutions in equilibrium and kinetics conditions for P release from soil colloids as a basic data for the future related to plant productions. The objective of this study was to compare the amounts of P release in equilibrium and kinetics conditions using Bray P-1, Mehlich-1, and Olsen solutions and the rate constants (k) of P release from soil colloids using the three solutions of five soil constituents or treatments: (1) Soil (100% soil), (2) P-rock (100% phosphate rock), (3) compost (100% chicken manure compost), (4) soil + P-rock (75% soil + 25% phosphate rock), and (5) soil + P-rock + compost (50% soil + 25% phosphate rock + 25% chicken manure compost). Each extraction for each treatment was conducted in triplicate. The results indicate that the amounts of extracted P employing equilibrium condition in all treatments are significantly lower compared to those employing kinetics condition. The results also show that Mehlich-1 solution is the most powerful solution to extract P from soil constituents followed by Bray P-1 solution and Olsen solution, except that in the soil + phosphate rock + compost treatment in which the amount of P extracted using Mehlich-1 solution is the highest then followed by that of P extracted by Olsen solution and Bray P-1 solution both in equilibrium and kinetic conditions. The highest rate constants (k) of the reaction in all treatments were found in the extractions using Mehlich-1 solution for desorbed P followed by that of using Bray P-1 solution and Olsen solution. Keywords: Compost, equilibrium, kinetics, P extraction solutions, phosphate rock, soi

    Pengaruh Sistem Olah Tanah Dan Pemupukan Nitrogen Jangka Panjang Terhadap Respirasi Rizosfer Dan Non Rizosfer Pertanaman Jagung (Zea Mays L.)

    Full text link
    Kehilangan karbon di sektor pertanian disebabkan oleh cara praktik budidaya yang tidak berkelanjutan. Penlitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem tanpa olah tanah dan pemupukan nitrogen terhadap respirasi rizosfer dan non rizosfer. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan disusun scara faktorial dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah sistem olah olah tanah (T) yaitu T0= tanpa olah tanah, T1= olah tanah intensif, faktor kedua adalah dosis pupuk Nitrogen (N), yaitu N0= 0 kg N ha-1, N1= 100 kg N ha-1. Pengamatan dilakukan pada 2 tempat yaitu pada rizosfer dan tanah yang dibatasi oleh paralon yang disebut sebagai non rizosfer yang dilakukan pada -7, 2, 9 hari setelah olah tanah (HSO). Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlett dan additifitas data diuji dengan uji Tukey. Apabila asumsi terpenuhi data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan uji perbedaan nilai tengah menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respirasi rizosfer dan non rizosfer pada sistem tanpa olah tanah lebih rendah dari sistem olah tanah intensif dan respirasi rizosfer pada pemupukan 100 kg N ha-1 lebih tinggi dari pemupukan 0 kg N ha-1. Interaksi pada respirasi non rizosfer antara sistem olah tanah dan pemupukan N terjadi pada -7 dan 2 HSO

    Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemupukan N Jangka Panjang terhadap Biomassa Karbon Mikroorganisme (C-mik) di Rizosfer dan Non-rizosfer pada Pertanaman Jagung (Zea Maysl.)

    Full text link
    Dalam bercocok tanam petani biasa menggunakan sistem olah tanah intensif. Olah tanah intensif yang dilakukan secara terus menerus dapat menimbulkan kerusakan tanah yang mengakibatkan erosi dan menurunnya kadar bahan organik.Sistem Olah Tanah Konservasi (OTK) adalah suatu sistem persiapan lahan yang bertujuan untuk menyiapkan lahan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimum. Selain itu pemberian pupuk nitrogen penting bagi tanaman danmikroorganisme tanah agar dapat terus beraktivitas. Mikroorganisme tanah sangat memegang peranan penting dalam proses yang terjadi didalam tanah terhadap, terutama daerah rizosfer. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui biomassa karbon mikroorganisme (C-mik) di rizosfer dan non-rizosfer pada pertanaman jagung akibat perlakuan sistem pengolahan tanah dan pemupukan N. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dan di susun secara faktorial (2x2) dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah sistem olah tanah (T) yaitu T0 = TOT (tanpa olah tanah), T1 = OTI (olah tanah intensif), dan faktor kedua adalah pemupukan nitrogen (N) yaitu N0 = 0 kg N ha-1, N1 = 100 kg N ha-1 . Sampel tanah di ambil pada saat 9 minggu setelah tanam (MST). Data yang diperoleh diuji homogenitasnya dengan uji Barlet dan aditifitasnya dengan Uji Tukey serta dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf 5 %.Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa biomassa karbon mikroorganisme rizosfer dan non rizosfer pada sistem tanpa olah tanah lebih tinggi dari sistem olah tanah intensif. Biomassa karbon mikroorganisme rizosfer dan non rizosfer pada pemupukan 100 N kg ha-1 lebih tinggi dari pemupukan 0 N kg ha-1. Interaksi antara sistem pengolahan tanah dan pemupukan N untuk biomassa karbon mikroorganisme rizosfer hanya terjadi pada 9 MST, sedangkan pada nonrizosfer tidak terjadi interaksi

    Carbon Stock in Integrated Field Laboratory Faculty of Agriculture University of Lampung

    Get PDF
    This study aimed to determine the amount of carbon stock and CO2 plant uptake in the Integrated Field Laboratory (IFL) Faculty of Agriculture University of Lampung. The research was conducted from April to November 2015. The study was arranged in a completely randomized block design (CRBD), consisting of five land units as treatment with four replications for each treatment. Biomass of woody plants was estimated using allometric equation, biomass of understorey plants was estimated using plant dry weight equation, and organic C content in plants and soils were analyzed using a Walkey and Black method. The results showed that land unit consisting of densely woody plants significantly affects total biomass of woody plants, organic C content in woody plants and total carbon content (above and below ground). The highest amount of woody plant biomass was observed in land unit 5, i.e. 1,196.88 Mg ha-1, and above ground total carbon was 437.19 Mg ha-1. IFL Faculty of Agriculture University of Lampung has a total carbon stock of 2,051.90 Mg and capacity to take up total CO2 of 6,656.88 Mg

    Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Residu Pemupukan Nitrogen Jangka Panjang terhadap Struktur Tanah, Bobot Isi, Ruang Pori Total dan Kekerasan Tanah pada Pertanaman Kacang Hijau (Vigna Radiata L.)

    Full text link
    Olah tanah konservasi (olah tanah minimum dan tanpa olah tanah) menjadi alternatif penyiapan lahan yang dilaporkan dapat mempertahankan produktivitas tanah tetap tinggi. Salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan olah tanah konservasi adalah dengan mengembalikan residu tanaman setelah panen sebagai sumber bahan organik dalam bentuk mulsa yang mampu menjaga sifat fisik tanah. Disisi lain pengolahan yang intensif dapat merusak struktur dan ruang pori yang telah terbentuk dari bahan organik. Oleh karena itu, pengolahan tanah sebaiknya dilakukan seminimum mungkin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah dan residu pemupukan nitrogen terhadap sifat-sifat fisik tanah seperti struktur tanah, bobot isi, ruang pori total, dan kekerasan tanah pada pertanaman kacang hijau. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Perlakuan disusun secara faktorial 2 x 3 dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah residu nitrogen terdiri dari pemupukan 0 kg N ha -1 , 100 kg N ha -1 . Faktor kedua adalah sistemolah tanah terdiri dari tanpa olah tanah, olah tanah minimum, olah tanah intensif. Data yang diperoleh diuji homogenitasnya dengan uji Bartlet dan aditivitasnya dengan uji Tukey, kemudian dilakukan analisis ragam. Perbandingan nilai tengah pengamatan menggunakan uji BNT pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum struktur olah tanah intensif berbentuk granular, sedangkan olah tanah konservasi cenderung gumpal. Bobot isi, ruang pori dan kekerasan tanah pada sistem olah tanah intensif tidak berbeda nyata dibandingkan dengan sistem olah tanah konservasi, begitu pula dengan pemberian residu pemupukan nitrogen 100 kg N ha -1 tidak berbeda nyata dibanding dengan tanpa residu pemupukan N. Tidak terdapat interaksi antara sistem pengolahan tanah dan residu pemupukan N terhadap bobot isi, ruang pori total dan kekerasan tanah

    Pengaruh Sistem Olah Tanah Dan Pemupukan Nitrogen Jangka Panjang Terhadap Efisiensi Serapan Nitrogen Pada Tanaman Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Tahun Ke-27 Di Lahan Politeknik Negeri Lampung

    Full text link
    Padi gogo merupakan tanaman pangan yang dibudidayakan di lahan kering. Salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi serapan nitrogen di lahan kering adalah dengan sistem olah tanah dan pemupukan nitrogen. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan nitrogen jangka panjang terhadap efisiensi serapan nirogen pada tanaman padi gogo. Penelitian dilakukan di lahan Politeknik Negeri Lampung, dari bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015. Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah sistem olah tanah jangka panjang yaitu T 1 = Olah Tanah Intensif (OTI), T 2 = Olah Tanah Minimum (OTM), T 3 = Tanpa Olah Tanah (TOT), dan faktor kedua adalah pemupukan nitrogen jangka panjang yaitu N o = 0 kg N ha -1 , N 1 = 50 kg N ha -1 , dan N 2 = 100 kg N ha -1 . Analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi dan Laboratoium Pengelolaan Limbah Agroindustri Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung. Data yang diperoleh diuji homogenitasnya dengan uji Barlet dan adifitasnya dengan uji Tukey serta diolah dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi serapan nitrogen antara sistem olah tanah OTM, TOT, dan OTI tidak berbeda nyata, dengan rerata mencapai 20,42%, 22,15%, dan 27,26%; efisiensi serapan nitrogen antara pemupukan nitrogen dosis 50 kg N ha -1 dan 100 kg N ha -1 tidak berbeda nyata, dengan rerata mencapai 20,07% dan 26,49%; dan tidak terdapat pengaruh interaksi antara sistem olah tanah dan pemupukan nitrogen jangka panjang terhadap efisiensi serapan nitrogen

    Pengaruh Pemupukan Nitrogen Dan Sistem Olah Tanah Jangka Panjang Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Tahun Ke-27 Di Lahan Politeknik Negeri Lampung

    Full text link
    Padi gogo merupakan salah satu tanaman pangan yang berpotensi untuk dikembangkan. Pada tahun-tahun mendatang peranan padi gogo dalam penyediaan beras nasional menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena semakin berkurangnya areal persawahan, sedangkan tingkat pertumbuhan penduduk cukup tinggi. Salah satu upaya dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi gogo adalah dengan sistem olah tanah dan pemupukan nitrogen. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pemupukan nitrogen jangka panjang dengan berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo, mengetahui pengaruh sistem olah tanah jangka panjang terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo, dan mengetahui pengaruh interaksi antara sistem olah tanah dan pemupukan nitrogen jangka panjang dengan berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo. Penelitian dilakukan di lahan Politeknik Negeri Lampung. Analisis tanaman dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanaman Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemupukan nitrogen dengan dosis 100 kg N ha -1 meningkatkan pertumbuhan dibandingkan tanpa pemupukan nitrogen tetapi tidak berbeda dengan pemupukan 50 kg N ha -1 . Pemupukan nitrogen dengan dosis 100 kg N ha -1 meningkatkan produksi padi gogo lebih tinggi dibandingkan tanpa pemupukan nitrogen tetapi tidak berbeda dengan pemupukan 50 kg N ha -1 . Sistem Olah Tanah Intensif mampu meningkatkan tinggi tanaman, dan bobot kering berangkasan lebih tinggi dibandingkan dengan Olah Tanah Konservasi, sedangkan sistem olah tidak memberikan pengaruh terhadap komponen hasil. Interaksi antara pemupukkan nitrogen dan sistem olah tanah terjadi pada variabel pengamatan tinggi tanaman, sedangkan terhadap komponen hasil tidak berpengaruh

    Carbon Storage and Carbon Dioxide Emission as Influenced by Long-term Conservation Tillage and Nitrogen Fertilization in Corn-Soybean Rotation

    Get PDF
    Although agriculture is a victim of environmental risk due to global warming, but ironically it also contributes toglobal greenhouse gas (GHG) emission. The objective of this experiment was to determine the influence of long-termconservation tillage and N fertilization on soil carbon storage and CO2 emission in corn-soybean rotation system. Afactorial experiment was arranged in a randomized completely block design with four replications. The first factorwas tillage systems namely intensive tillage (IT), minimum tillage (MT) and no-tillage (NT). While the second factorwas N fertilization with rate of 0, 100 and 200 kg N ha-1 applied for corn, and 0, 25, and 50 kg N ha-1 for soybeanproduction. Samples of soil organic carbon (SOC) after 23 year of cropping were taken at depths of 0-5 cm, 5-10cm and 10-20 cm, while CO2 emission measurements were taken in corn season (2009) and soybean season (2010).Analysis of variance and means test (HSD 0.05) were analyzed using the Statistical Analysis System package. At 0-5 cm depth, SOC under NT combined with 200 kg N ha-1 fertilization was 46.1% higher than that of NT with no Nfertilization, while at depth of 5-10 cm SOC under MT was 26.2% higher than NT and 13.9% higher than IT.Throughout the corn and soybean seasons, CO2-C emissions from IT were higher than those of MT and NT, whileCO2-C emissions from 200 kg N ha-1 rate were higher than those of 0 kg N ha-1 and 100 kg N ha-1 rates. With any Nrate treatments, MT and NT could reduce CO2-C emission to 65.2 %-67.6% and to 75.4%-87.6% as much of IT,respectively. While in soybean season, MT and NT could reduce CO2-C emission to 17.6%-46.7% and 42.0%-74.3% as much of IT, respectively. Prior to generative soybean growth, N fertilization with rate of 50 kg N ha-1could reduce CO2-C emission to 32.2%-37.2% as much of 0 and 25 kg N ha-1 rates
    corecore