11 research outputs found

    Physical Characterization of Alumina (Al2o3) Based Refractory Applied on Induction Furnace Lining

    Full text link
    The broad variety of pyro-processing applications across industry demands great diversity in the supply of refractory materials. In fact, many of these materials have been developed specifically to meet the service conditions of a particular process. The characteristic properties of each refractory class are a function of both their raw materials base and the methods used to manufacture the refractory products. This study aims to characterize alumina (Al2O3) based refractory materials applied on induction furnace lining based on its physical properties such as: the shape and grain size; chemical composition; and density of the specimens which sintered at various temperature. From the X-ray Diffraction Test compared with specification data from the manufacturer, the main composition of the base refractory material used in this study is alumina (Al2O3) with a low amount (less than 10%) of magnesia (MgO) and silica (SiO2). Alumina refractory material consists of coarse grains (with its size larger than 0,85mm) and fine grains (size is equal to 0,15mm or smaller). Grains shape of the aggregates are mostly angular with its sharp edges. Values of density at temperature 1100C, 10000C, 13000C, 15000C in sequence are 2,92 g/cm3; 2,66 g/cm3; 2,80 g/cm3; 2,98 g/cm3. Density of the refractory will increase as the increase of sintering temperature

    Analisis Struktur Mikro Dan Sifat Mekanis Hasil Las Titik Dan Brazing Untuk Industri Rumahan

    Full text link
    In the welding process there are several factors that determine the success of welding. The alteration of microstructure of joined metals are expected to change the structure of the material into more dense to make connections become stronger. In this study, the material used is ferrous steel plate with a maximum thickness of 1mm. In order to know the results, It required to use some variation of a parameter such as pressing time and plate thickness used for metal welding process. The process used home brazing welding machine, the connections are welded and welding receive local heat and during the process the temperature is constantly changing so that the temperature distribution is uneven. As a result of this stretch then analyzed the results of the micro structure of the welding process using brazing home welding machine. After analysis of the microstructure was done then analyze the mechanical properties of the weld joint, all this analysis needs to be done in order to ascertain the connection is really strong welds and brazing machine can be used for home-scale cottage industry. The results of this study indicate that nugget on hardness Vickers test has a value higher than of the base metal which is 172.78 for 8.6 A current and welding time 20 second 191.58 for 6 A current and welding time of 10 second, and the value of base metals 165.7 so percentage obtained with increasing force to the current value of 8.6 A is 7.1 % and for the current 6 A 25.8

    Pengaruh Heat Treatment T6 Pada Aluminium Alloy 6061-o Dan Pengelasan Transversal Tungsten Inert Gas Terhadap Sifat Mekanik Dan Struktur Mikro

    Full text link
    Aluminium 6061-T6 mempunyai keunggulan seperti kekuatan tarik relatif tinggi, sifat mampu bentuk (formability) baik, tahan korosi dan merupakan logam ringan. Kelemahan Al 6061-T6 adalah sifat mampu las (weldability) relatif rendah dan sambungan las rentan terhadap kegagalan (failure). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perubahan sifat mekanik dan struktur mikro dari Alumunium Alloy 6061-O pada arah pengelasan transversal dengan las tungsten inert gas (TIG) yang di-post weld heat treatment (PWHT) ataupun yang tidak di PWHT. Pengujian yang digunakan menggunakan perlakuan panas T6 dengan temperatur solution 520oC dan di quenching air dingin, kemudian artificial aging dengan temperatur 180oC dan variasi waktu selama 8 jam, 18 jam, dan 24 jam. Dari hasil pengujian yang dilakukan, material yang di-PWHT selama 18 jam mengalami peningkatan kekuatan dengan nilai tegangan luluh sebesar 118% (247.84MPa), nilai tegangan max sebesar 159% (304.42MPa) dan memiliki nilai regangan yang menurun sebesar 50% yaitu menjadi 9.8%. Nilai kekerasan mengalami peningkatan setelah di-PWHT. PWHT selama 18 jam memiliki nilai kekerasan tertinggi pada daerah heat affected zone (HAZ) yaitu sebesar 97% (129.9Hv). Dari Perubahan struktur mikro terlihat adanya perbedaan struktur butir, material tanpa PWHT memiliki ukuran butir yang lebih besar dibanding material yang di-PWHT dan pada PWHT 18jam memiliki ukuran butir yang lebih kecil dari pada PWHT 24jam, namun lebih besar daripada 8jam dan lebih tersebar merata ke seluruh bagian akibat pengaruh panas las dan perlakuan post welding heat treatment

    Optimalisasi Besarnya Sudut Potong Pahat pada Proses Roughing Aisi 1040 Menggunakan Metode Elemen Hingga

    Full text link
    Proses pemesinan dengan gaya pemotongan yang kecil akan menurunkan pemakaian daya listrik, meningkatkan kualitas produk dan menurunkan laju keausan pahat. Salah satu cara yang dilakukan untuk menurunkan gaya pemotongan adalah dengan mengoptimasi besarnya sudut potong pahat. Selama proses roughing gaya pemotongan relatif tinggi, dan umumnya menggunakan sudut potong pahat negatif. Pada makalah ini dibahas pengaruh besarnya sudut potong pahat negatif pada proses bubut tehadap gaya pemotongan, dengan tujuan untuk mengetahui besarnya sudut potong pahat yang paling optimal. Metode penelitian dilakukan dengan pemodelan menggunakan sofware Finite Element Method (FEM) dan material yang digunakan adalah baja AISI 1040. Simulasi dilakukan pada sudut potong -15° sampai 0°. Hasil dari simulasi kemudian dibandingkan dengan hasil empirik berdasarkan pendekatan dari Kienzle dan hasil eksperimental oleh Günay, M., dkk (2005). Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa gaya pemotongan akan menurun sebanding dengan pergerakan sudut potong pahat dari -15⁰ sampai 0⁰, sedangkan perbedaan hasil simulasi FEM dengan hasil empirik adalah 12,94% dan dengan hasil eksperimen adalah 16,10%. Kata kunci: sudut potong pahat, gaya pemotongan, FEM, roughing, bubut

    ¬Pengaruh Proses Heat Treatment Tempering Terhadap Struktur Mikro Dan Nilai Kekerasan Pada Sambungan Las Thermite Baja Uic-54

    Full text link
    Metode penyambungan menggunakan las thermite adalah metode penyambungan yang selalu digunakan, khususnya pada instalasi kereta api. Akan tetapi proses pengelasan yang tidak sesuai akan menjadikan material menjadi getas akibat pemanasan dan pendinginan yang tidak terkontrol. Hal tersebut dapat menimbulkan material mengalami keretakan pada sambungan las dan hal tersebut dapat membahayakan bagi penggunanya. Oleh karena itu diperlukan proses post weld heat treatment (PWHT) yang bertujuan untuk mengembalikan struktur material tersebut.Dengan dilakukannya post weld heat treatment – tempering ini bertujuan untuk memperbaiki struktur butiran akibat adanya tegangan sisa setelah terjadinya pengelasan thermite. Material yang digunakan dalam penelitian ini sendiri adalah baja UIC-54 yang merupakan high carbon steel (0.82%C).PWHT-Tempering dilakukan pada baja UIC-54 dengan variasi temperatur pemanasan 4250C, 4750C, 5250C, dan 5750C, dengan waktu penahanan 60 menit yang dilanjutkan dengan pendinginan ruangan. Setelah dilakukan proses tempering, didapat nilai kekerasan yang relatif turun, sebagai akibat pemanasan ulang yang diharapkan mampu menurunkan kegetasannya tetapi masih memiliki nilai kekerasan yang tinggi sesuai dengan standar yang berlak

    Pengaruh Proses Heat Treatment Annealing Terhadap Struktur Mikro Dan Nilai Kekerasan Pada Sambungan Las Thermite Baja Np-42

    Full text link
    Pengelasan logam dengan menggunakan metode las thermite banyak digunakan, seperti pada rail crane, maupun perbaikan instalasi jalur rel kereta api. Beberapa masalah dalam pengelasan adalah terjadinya tegangan sisa dan kekerasan yang berlebih sehingga dapat menurunkan ketangguhan las. Salah satu cara mengurangi permasalahan ini adalah dengan metode Post Weld Heat Treatment (PWHT) annealing. Post Weld Heat Treatment (PWHT) annealing memiliki beberapa fungsi yaitu mengurangi tegangan sisa, meningkatkan keuletan, menurunkan ketidak homogenan stuktur dan memperbaiki ketangguhan daerah logam las dan HAZ. PWHT Annealing dilakukan pada baja NP-42 dengan menvariasi temperatur pemanasan 7800C, 8000C, 8200C, dan 8400C. Dengan waktu penahanan 60 menit dari proses PWHT Annealing serta didinginkan dalam furnace. Hasil penelitian ini adalah diperoleh struktur ferrite dan pearlit pada semua spesimen, namun perbedaan yang signifikan adalah perbedaan ukuran grain size pada masing-masing temperatur annealing. Untuk nilai kekerasan antara 171,7 VHN – 259,1VHN, hal ini didukung dengan foto mikro pada daerah disetiap temperatu
    corecore