7,232 research outputs found
Non-equilibrium thermodynamics of dark energy on the power-law entropy corrected apparent horizon
We investigate the Friedmann-Robertson-Walker (FRW) universe (containing dark
energy) as a non-equilibrium (irreversible) thermodynamical system by
considering the power-law correction to the horizon entropy. By taking
power-law entropy area law which appear in dealing with the entanglement of
quantum fields in and out the horizon, we determine the power-law entropy
corrected apparent horizon of the FRW universe.Comment: 9 pages, online first at Canadian Journal of Physic
Dynamics and Thermodynamics of (2+1)-Dimensional Evolving Lorentzian Wormhole
In this paper we study the relationship between the Einstein field equations
for the (2+1)-dimensional evolving wormhole and the first law of
thermodynamics. It has been shown that the Einstein field equations can be
rewritten as a similar form of the first law of thermodynamics at the dynamical
trapping horizon (as proposed by Hayward) for the dynamical spacetime which
describes intrinsic thermal properties associated with the trapping horizon.
For a particular choice of the shape and potential functions we are able to
express field equations as a similar form of first law of thermodynamics
 at the trapping horizons. Here , ,
, %, and , are
the total matter energy, horizon temperature, wormhole entropy, work density
and volume of the evolving wormhole respectively.Comment: 20 pages, 4 figures, paper presented at the 3rd Algerian Workshop on
  Astronomy and Astrophysic
Hukum Menjual Hak Suara Pada Pemilukada Dalam Perspektif Fiqh Siyâsi
: Voting Right on Election In the Perspective of Fiqh Siyâsi (Political Law). Factually, the political condition which is emerging today is really loaded with the political interests, money politic becomes a trend in every Direct Local Election (Pemilukada); voting right is traded. The practice of money politic has occurred in many areas. This violation is very anxious since it is utilized as an instrument of winning in direct election. Consequently, the suffrage of citizens is hijacked by the interest of the candidate. The practice of money politic can occur during the campaign and prior to the vote. Unfortunately, in some cases, the election officers also involve in such practice. Then there is a sale and purchase of votes which led to fraud in determining and stipulating of votes acquisition and potentially might alter the electability of candidates. The real loss of money politic is the loss of dignity of citizens\u27 voting right. The voting right would only be a political commodity amid the competition among candidates. The sovereignty of the people becomes meaningless since money has been played in which subsequently will be detrimental to them. For the long run, the practice of corruption is likely to flourish. A position which is obtained by huge capital becomes justification for getting back that capital while occupying political position. Fraud in the election is not only morally wrong, but a form of law transgression. The practice of selling and purchasing of votes in the electionist classified as risywah which is strongly prohibited in Islam
Etos Kerja Komunitas Nelayan Pendatang di Sodohoa Kendari Barat
Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada komunitas nelayan pendatang di Sodohoa Kendari Barat, Kota Kendari. Metode pengumpulan data berupa wawancara, focus group discussion, dan pengamatan. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Nelayan pendatang yang ada di Kelurahan Sodohoa berasal dari daerah Pangkep, Ujung Lero, dan Makassar. Mereka bermigrasi ke Kendari dengan alasan bahwa di perairan Kendari terdapat banyak ikan seperti ikan tongkol yang memiliki nilai jual yang bagus. Selain itu, di             Kendari ada “bos” yang bisa memberi modal pinjaman berupa uang yang dapat digunakan dalam beraktivitas mencari dan menangkap ikan di laut. Pada dasarnya motif utama mereka melakukan migrasi karena faktor ekonomi dan faktor sosial budaya daerah asal. Faktor ekonomi timbul akibat nelayan pendatang tidak memiliki modal uang untuk beraktivitas melaut, sehingga mereka meminjam pada bos yang ada di Kendari. Pengembalian pinjaman dilakukan setiap kali melaut atau setelah bagi hasil dengan pemilik modal yang sekaligus sebagai distributor hasil tangkap nelayan.  Faktor sosial budaya timbul sebagai akibat adanya naluri untuk bekerja agar memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Menjadi nelayan merupakan warisan yang turun temurun dari orang tua mereka, tidak ada pekerjaan lain yang bisa dilakukan karena keterbatasan keterampailan dan keahlian yang dimiliki. Semangat kerja mereka termotivasi adanya perasaan malu (siri') jika tidak memiliki penghasilan
Transformasi Pengetahuan Penangkapan Ikan pada Komunitas Parengge di Kaili Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng
Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada komunitas nelayan rengge di Kaili, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Metode seleksi data primer yang digunakan adalah wawancara, pengamatan, dan seleksi data sekunder di kantor dinas, kecamatan, kelurahan, dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan parengge (nelayan yang menggunakan pukat cincin) di Kaili mulai sejak tahun 2004. Nelayan rengge dari Galesong datang ke Kaili mencari dan menangkap ikan di sekitar perairan Bantaeng. Setelah tidak melaut karena terang bulan atau cuaca buruk, mereka memarkir kapalnya di Pantai Kaili. Mereka kembali ke Galesong beristirahat melalui jalur darat. Menjelang melaut, mereka kembali ke Kaili membenahi alat tangkapnya sambil menunggu berakhirnya terang bulan atau cuaca membaik. Sebagian nelayan dari Kaili dijadikan sebagai sawi oleh pinggawa rengge. Selain itu, terjadi kawinmawin antarnelayan rengge dari Galesong dengan orang Kaili, sehingga sebagian nelayan rengge menetap di Kaili. Dari hubungan tersebut, sebagian nelayan dari Kaili beralih dari palanra ke parengge. Transformasi pengetahuan penangkapan ikan secara tradisional ke modern meliputi penggunaan alat GPS untuk menetukan arah pelayaran, penggunaan fish finder untuk melihat keberadaan ikan di dasar laut, dan penggunaan motorisasi.Tulisan ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada komunitas nelayan rengge di Kaili, KecamatanBissappu, Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Metode seleksi data primer yang digunakan adalahwawancara, pengamatan, dan seleksi data sekunder di kantor dinas, kecamatan, kelurahan, dan sebagainya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan parengge (nelayan yang menggunakan pukat cincin) diKaili mulai sejak tahun 2004. Nelayan rengge dari Galesong datang ke Kaili mencari dan menangkap ikandi sekitar perairan Bantaeng. Setelah tidak melaut karena terang bulan atau cuaca buruk, mereka memarkirkapalnya di Pantai Kaili. Mereka kembali ke Galesong beristirahat melalui jalur darat. Menjelang melaut,mereka kembali ke Kaili membenahi alat tangkapnya sambil menunggu berakhirnya terang bulan atau cuacamembaik. Sebagian nelayan dari Kaili dijadikan sebagai sawi oleh pinggawa rengge. Selain itu, terjadi kawinmawinantarnelayan rengge dari Galesong dengan orang Kaili, sehingga sebagian nelayan rengge menetapdi Kaili. Dari hubungan tersebut, sebagian nelayan dari Kaili beralih dari palanra ke parengge. Transformasipengetahuan penangkapan ikan secara tradisional ke modern meliputi penggunaan alat GPS untuk menetukanarah pelayaran, penggunaan fish finder untuk melihat keberadaan ikan di dasar laut, dan penggunaan motorisasi
- …
