4 research outputs found

    Optimasi Komponen Fasad Menggunakan Generative Algorithm Studi kasus: ITERA Lampung

    Get PDF
    Sektor konstruksi dan bangunan, terutama hunian dan bangunan komersil, berkontribusi hampir 40% dalammempercepat proses pemanasan global. Hal ini disebabkan oleh konsumsi energi berlebih oleh penghuni bangunandalam upaya beradaptasi dengan perubahan suhu pada tempat tinggalnya. Walaupun demikian, hal ini dapatdiantisipasi oleh stakeholder terutama arsitek dan desainer dengan menerapkan model desain yang berorientasi padaperfoma bangunan pada saat tahap awal desain. Perancangan arsitektur masa kini banyak mengalami perubahandikarenakan pengaruh dari perkembangan komputer. Digital design salah satu cabang yang berkembang dalamarsitektur memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pola pikir desain arsitektur masa kini. Sebut sajaParametric Design dan Generative Algorithm, yang merupakan suatu pendekatan desain yang mengandalkankemampuan komputer dalam mengambil alih perhitungan-perhitungan matematis yang komplek dalam prosesperancangan arsitektur. Penelitian ini akan membahas penggunaan platform tersebut dalam menginvestigasi peran dan fitur dari komponen fasad diantaranya panjang kanopi jendela, luas permukaan bukaan, tinggi ambang atas danbawah dari jendela dan derajat perputaran orientasi bangunan dengan studi kasus Institut Teknologi Sumatera,dengan iterasi secara generative untuk mengukur target goal dari proses perancangan seperti Operative Temperature,View Percentage, Daylight Simulation, Surface Temperature, Sun Hours Simulation. Hasil yang didapatkan dariproses iterasi pada 34 generasi menggambarkan preferred solution adalah individual yang memiliki sudut perputaran6 derajat, Panjang cantilever jendela 0.9 meter, glazing ratio 0.2%, tinggi ambang atas dan bawah jendela adalah3,5-meter dan 10 cm

    PERAN RUANG KOMUNAL DALAM MENCIPTAKAN SENSE OF COMMUNITY STUDI KOMPARASI PERUMAHAN TERENCANA DAN PERUMAHAN TIDAK TERENCANA

    Get PDF
    Sense of community merupakan penentu signifikan kualitas hidup secara umum dan kepuasan dalam kesejahteraan. Dalam kehidupan bermukim, anggotanya harus memiliki sense of community agar komunitasnya tetap bertahan dan hubungan yang berjalan semakin kuat. Adanya hubungan yang kuat antar warga permukiman merupakan salah satu ukuran kepuasan hidup di daerah perumahan. Aktivitas interaksi sosial yang terjadi di ruang komunal menjadi salah satu indikator terhadap sense of community. Ruang komunal di dalam kota keberadaannya bisa direncanakan, bisa pula muncul secara organic (tidak terencana). Masing-masing ruang komunal baik yang ‘by design’ ataupun ‘non design’ memiliki peran masing-masing berdasarkan aktivitas dan keseharian yang terjadi. Keberadaan interaksi sosial melalui terbentuknya kelompok pengguna ruang, intensifnya penggunaan ruang dan adanya aktivitas yang beragam dapat menjelaskan bagaimana ruang komunal bermakna bagi masyarakat. Ruang komunal dalam mempertahankan eksistensinya dipengaruhi oleh bagaimana penghuni atau pengguna (user) memanfaatkan ruang komunal tersebut. Kebutuhan ruang komunal dilakukan berdasarkan sebuah kesadaran bahwa interaksi sosial merupakan bagian dari kebutuhan keseharian. Pada ruang komunal kampung kota, interaksi sosial bisa dilakukan kapan saja setiap saat, dengan memanfaatkan ruang-ruang yang justru tidak direncanakan atau ruang yang berada relatif dekat dengan hunian. Ruang komunal baik terencana maupun tidak terencana masing-masing memiliki peran sosial. Sense of community dapat dinilai dari kualitas penggunaan lahan, kualitas fisik ruang komunal dan kualitas sosial. Masing-masing ruang komunal memiliki peran dalam menciptakan sense of community karena faktor lingkungan sangat penting untuk pengembangan rasa kebersamaan dalam komunitas perkotaan. Studi ini dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam pembuatan kebijakan untuk untuk memperhatikan hadirnya ruang-ruang interaksi/ ruang komunal dalam perencanaan permukiman/ perkotaan yang menciptakan Sense of Community

    Pengaruh Perlubangan pada Fasad terhadap Pergerakan Udara di dalam Gedung Perkantoran Highrise di Surabaya

    No full text
    Gedung perkantoran highrise di Surabaya pada umumnya menggunakan sistem AC, karena kecepatan angin di luar ruangan bisa lebih tinggi dari 1.5m/s. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan masalah kenyamanan. Selain itu, penelitian terdahulu terhadap sistem ventilai silang memperlihatkan posisi, dimensi, dan bentuk perlubangan dapat menciptakan masalah pemerataan kecepatan angin di dalam ruangan. Kedua permasalahan tersebut menyebabkan sistem ventilasi alami tidak diterapkan di gedung perkantoran highrise. Permasalahan-permasalahan yang telah teridentifikasi oleh penelitian terdahulu memungkinkan untuk diatasi dengan membuat perlubangan banyak titik dan pengaturan luas perlubangan. Penelitian terdahulu menunjukan bahwa perlubangan banyak titik dapat menghasilkan aliran-aliran angin berkecepatan seragam di lubang-lubang inlet. Hal ini mengindikasikan pemerataan kecepatan angin di dapat ditingkatkan. Jika angin di inlet tersebar merata, kecepatan angin di dalam ruangan kemungkinan besar juga tersebar merata. Penelitian ini bertujuan menganalisa pengaruh perlubangan banyak titik terhadap pergerakan dan kecepatan angin yang dihasilkan di dalam ruangan serta kenyamanan yang dihasilkan. Dimensi, posisi, peletakan perlubangan dan orientasi angin adalah beberapa variabel yang diuji. Penelitian menggunakan model hipotetikal berdimensi 40m x 20m x 40m (p x l x t). Metode yang digunakan yaitu computational fluid dynamics (CFD) dengan perhitungan kepsilon RNG. Penelitian menunjukan perlubangan banyak titik dapat menciptakan kenyamanan yang lebih baik dibandingkan perlubangan satu titik di dua dinding berlawanan. Perlubangan merata di dua dinding berlawanan dengan dimensi lubang 50cm (WWR 41.4%) dan orientasi angin 00 (tegak lurus bangunan) menghasilkan kinerja ventilasi terbaik. Pemerataan angin yang dihasilkan antara 55%-75% dengan kecepatan angin sebesar 0.56m/s. Perubahan konfigurasi perlubangan berdasarkan variabel yang diuji berpengaruh terhadap pemerataan, kecepatan dan pergerakan angin di dalam ruangan. ========================================================================================================= Highrise office building in Surabaya usually use air conditioner as main ventilation system, because air velocity outside can reach more than 1.5m/s. This condition creates discomfort problem. Furthermore, previous study of crossventilation system showed the positions, dimensions and shape of apertures create wind distribution problem indoor. Both of these problems affect natural ventilation in highrise office buildings. The problems identified in previous researches can be overcome by creating dotty apertures and adjusting the apertures dimension. Previous research show that creating dotty apertures produces uniform wind velocity on inlet holes. This indicates wind even distribution can be improved. If the wind spreads evenly across the inlet, the wind velocity in the room is also may spread evenly. This study aimed to identify the influence of dotty apertures to the air current and air velocity in the room also the confort. Dimensions, position and location of apertures and orientation of the wind are the several variables will be tested. The study used a hypothetical model with 40m length, 20m width, and 40m tall. The method used is computational fluid dynamics (CFD) with calculations RNG k-epsilon. Research shows some apertures with many dots create better comfort than one dot in two opposite walls. Apertures with equal distance in two opposite walls, aperture dimension 50cm with WWR 41.4% and wind comes from 00 (perpendicular to building), produce the best ventilation performance. They also evenly distribute uniform wind velocity, 0.56m/s, about 55%-75% of room depth. The change of apertures configuration based on the variables tested affects wind distribution, wind velocity and wind movement in the room
    corecore