5 research outputs found

    Phytoplankton Diversity as Ecological Indicator in Jimbaran Bay Waters

    Full text link
    A study was carried out to evaluate the ecological condition in Jimbaran Bay Waters by using Phytoplankton Diversity Index. The study was conducted at Balangan, Pemuda, Jimbaran, Kedonganan, Kelan and Segara Beach located in Jimbaran Bay. Shannon-Wiener diversity index was used to analyze the ecological condition, supported by analysis on water quality including dissolved oxygen (DO), biological oxygen demand 5 days (BOD5), water pH, and water salinity. There were 51 species of phytoplankton classified to 5 classes had been observed from this study: Bacillariophycae, Cyanophyceae, Zygnemophyceae, Dinophyceae, and Chlorophyceae. Balangan beach showed higher diversity index (H) and evenness index (E) (H = 1.19; E = 0.29) compared to the other site (Pemuda: H = 0.89, E = 0.25; Jimbaran: H = 0.89, E = 0.26; Kedonganan: H = 0.96, E = 0.28; Kelan: H = 0.85, E = 0.20; and Segara: H = 0.91, E = 0.33). However, overall ecological condition showed diversity index more than 1 (H = 1.44; E = 0.27). Measurement of water quality showed that the highest quality of water was shown by Balangan Beach (DO 5.2 mg/L, pH 7.2, salinity 29 ppt, and BOD5 0.9 mg/L), while the lowest was shown by Kelan Beach (DO 4.2 mg/L, pH 7.2, salinity 29 ppt, and BOD5 2.9 mg/L). Result of the study showed that ecological status of Jimbaran Bay Waters was having moderate diversity, sufficient productivity, and medium ecological pressure (pollution)

    Study on Mollusk and Algae or Phytoplankton Community in Southeast Waters of Bali

    Full text link
    A study was carried out to observe the relation between mollusk with algae or phytoplankton in southeast waters of Bali. The study was conducted at Mertasari, Sindhu, Serangan, Purnama, and Kethewel beach. Shannon-Wiener diversity index was used to analyze the ecological condition, supported by analysis on water quality including dissolved oxygen (DO), biological oxygen demand 5 days (BOD5), water pH, and water salinity. There were 34 species of phytoplankton found in this study. The most predominant phytoplankton species in each beach were Navicula sp at Mertasari, Nitzschia sp at Sindhu, Pseudo-nitzschia sp at Purnama, Chaetoceros sp at Kethewel. Observation on macro algae showed that Ulva sp was to be the most predominant species in Serangan, Mertasari, and Sindhu beach (17.95, 16.25, and 17.81%). In mollusk observation, gastropod groups showed to be higher number than bivalve group. Nassarius sp showed to be the most predominant in Serangan beach (13.33%), while Ruditapes sp was predominant in Mertasari and Sindhu beach (11.59% and 14.81%). The highest diversity index of phytoplankton was shown by Kethewel beach (H = 1.35), while the lowest was shown by Shindu beach (H = 0.95). The highest diversity index of macroalgae was shown by Serangan beach which showed H = 2.08, while the lowest was shown by Purnama beach which showed H = 0.69. Serangan beach showed the highest diversity index (H = 2.72) with E = 0.66 compared to another locations, while Kethewel beach showed the lowest diversity index (H = 0.69 and E = 1). There was a relation between the existences of gastropod as the highest number of mollusk and Ulva sp as the gastropod feed

    Kajian Biosorpsi Logam Berat Kromium Heksavalen (CrVI) oleh Bakteri Indigenous dari Biofilm di Sungai Badek, Malang, Jawa Timur

    Get PDF
    Pencemaran lingkungan perairan akibat dari cemaran logam berat menjadi salah satu isu krusial yang menjadi perhatian di Indonesia. Faktor yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran perairan adalah semakin meningkatnya aktifitas manusia, seperti: kegiatan industri, pemukiman, rumah sakit, pertanian, dan lain sebagainya. Salah satu jenis logam berat non essensial yang berbahaya adalah Kromium heksavalen (CrVI) yang umum digunakan dalam industri penyamakan kulit. Sungai Badek yang terletak di Kelurahan Ciptomulyo, Kecamatan Sukun, Kota malang merupakan salah satu sungai yang mengalami pencemaran logam berat CrVI. Sungai ini dilimpasi oleh limbah dari dua industri penyamakan kulit yang terdapat di sekitar lokasi, dimana pada industri penyamakan kulit umumnya menggunakan Kromium sebagai bahan penyamak kulit. Sehingga dalam limbah produksi tersebut terdapat kandungan kromium yang cukup tinggi yang apabila tidak dilakukan pengolahan dengan baik sebelum dilakukan pembuangan maka dapat mencemari lingkungnan perairan tersebut. Salah satu metode yang dapat dikembangkan untuk menurunkan kandungan kromium limbah penyamakan kulit yaitu biosorpsi dengan menggunakan mikroorganisme sebagai biosorben. Bakteri yang berasal dari biofilm di sungai badek merupakan mikroorganisme yang mampu bertahan dengan kondisi lingkungan tersebut sehingga perlu dilakukan kajian biosorpsi logam berat Kromium Heksavalen (CrVI) Oleh Bakteri indigenous yang berasal dari sungai Badek. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap penelitian dengan tujuan akhir yaitu mendapatkan jenis bakteri dari sampel biofilm Sungai Badek dengan kemampuan menurunkan kandungan CrVI di media yang tertinggi. Tahap pertama adalah pengamatan kondisi bioekologis sungai badek. Pada tahap ini, dilakukan pengukuran kualitas air (pH, DO, BOD5, COD, BOT, NH3, NO2, NO3, dan PO4), pengukuran properti sedimen (Karbon Organik Total, Nitrogen Total, rasio C/N, NH3, NO2, NO3, rasio NH3/NO3, PO4, pH, dan Electrical conductivity (EC)), dan pengukuran kandungan logam berat pada air, sedimen, dan biofilm. Tahap kedua yaitu analisis potensi bakteri dari biofilm sebagai kandidat biosorben logam berat kromium heksavalen (CrVI). Pada tahapan ini dilakukan beberapa penelitian, antara lain: isolasi bakteri dari sampel biofilm yang melekat pada permukan batu di Sungai Badek, Uji Ketahanan CrVI pada isolat bakteri pada konsentrasi 0 sampai 1000 ppm, pengujian kapasitas reduksi CrVI oleh isolat bakteri pada konsentrasi yang umum ada pada limbah penyamakan kulit (10, 50, dan 100 ppm), optimasi kondisi suhu dan pH bakteri dalam proses biosorpsi CrVI, pengamatan aktifitas gugus fungsi pada sel bakteri dengan menggunakan Fourier Transform xiii Infrared (FTIR) dan pengamatan morfologi dan komposisi material pada bakteri dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy-Energy-Dispersive X-ray (SEM-EDX). Adapun langkah yang ketiga adalah identifikasi isolat bakteri secara biokimia dan secara molekuler. Hasil penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa telah terjadi pencemaran di sungai Badek. Hal ini dapat dilihat selain dari pengamatan fisik perairan juga dari beberapa pengukuran parameter kualitas air yang telah diamati diantaranya adalah nilai rasio COD/BOD yang cukup tinggi, ini mengindikasikan adanya material degradable dan non-degradable yang cukup tinggi di sungai badek. Selain itu terjadi ketidakseimbangan proses dekomposisi di sungai tersebut hal ini ditunjukkan dengan nilai rasio C/N yang cukup tinggi dan rendahnya rasio NH3/NO3. Hasil penelitian tahap kedua menunjukkan bahwa ditemukan 7 isolat bakteri yang toleran terhadap CrVI. Berdasarkan hasil uji ketahanan bakteri terhadap CrVI diketahui bahwa ada 4 isolat yang dapat digunakan sebagai kandidat biosorben CrVI (Isolat Bakteri 2, 3, 5, dan 6). Kemudian pada pengujian kapasitas biosorpsi CrVI oleh bakteri tersebut diketahui bahwa Isolat Bakteri 2 dan Isolat Bakteri 5 memiliki kemampuan biosorpsi CrVI yang tertinggi disbandingkan 2 isolat bakteri lainnya, hal ini dapat diketahui dari kemampuan Kedua bakteri tersebut menurunkan kandungan CrVI (10 ppm) di media hingga mencapai 98,1% (pada Isolat Bakteri 2) dan 92,2% (pada Isolat Bakteri 5) dengan masa inkubasi selama 120 jam. Selain itu dari hasil pengamatan SEM-EDX terjadi peningkatan kandungan CrVI dan pada pengamatan FTIR menunjukkan adanya peningkatan aktifitas gugus fungsional pada bakteri. Kemudian pada tahap ketiga, hasil identifikasi baik secara biokimia dan molekuler menunjukkan bahwa Isolat Bakteri 2 identik dengan jenis bakteri Bacillus licheniformis dan Isolat Bakteri 5 identik dengan jenis bakteri Proteus mirabilis

    ASOSIASI MAKROZOOBENTOS PADA PADANG LAMUN DI PANTAI MERTA SEGARA SANUR, BALI

    No full text
    Makrozoobentos merupakan salah satu komunitas organisme dasar perairan yang berasosiasi dengan ekosistem lamun. Penelitian ini bertujuan mengetahui asosiasi makrozoobentos dengan kepadatan padang lamun dan tipe sedimen di Pantai Merta Segara. Penelitian dilaksanakan bulan Oktober-Desember 2013 pada waktu surut terendah.<br />engambilan sampel dilakukan dengan metode transek kuadrat yang terdiri dari 3 transek dan dibentangkan sepanjang 300 m dengan interval antar transek 50 m. Hasil penelitian diperoleh Indeks diversitas (H’) 4,7 dan Indeks keseragaman (E) 0,85, mengindikasikan bahwa kawasan tersebut tergolong stabil. Jumlah jenis ditemukan 47 jenis dalam 9 kelas, dengan spesies yang mendominansi Eurythoe sp. (Polychaeta), dan nilai indeks dominansi (C) 0,05. Presentase tutupan lamun rata-rata sebesar 51,10 %, sedangkan tipe sedimen di dominansi oleh koarsa dan pasir kasar. Sebaran makrozoobentos menunjukkan adanya asosiasi dengan kepadatan tutupan lamun dan tipe sedimen gravel
    corecore