21 research outputs found

    Analisis Efektivitas Biaya Penggunaan Terapi Kombinasi Insulin dan Oho pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di RSUD Wangaya

    Full text link
    Bervariasinya penggunaan terapi insulin tunggal atau kombinasi insulin dengan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) pada pasien DM tipe 2 dengan kontrol glukosa darah yang belum adekuat akan mengakibatkan adanya perbedaan dalam biaya dan efektivitas terapinya. Perlu dilakukan penelitian yang ditujukan untuk mengetahui jenis terapi mana yang memberikan total biaya medis langsung yang lebih rendah dan efektivitas yang lebih tinggi pada pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD Wangaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan secara prospektif dan studi follow up dari bulan Maret sampai dengan Juni 2012. Subyek penelitian adalah 70 pasien DM tipe 2 yang memenuhi kriteria inklusi dan yang tidak memenuhi kriteria eksklusi. Data dianalisis untuk mengetahui jenis terapi dan biaya medis langsung. Efektivitas terapi dinilai dari tercapainya target HbA1c <7% setelah follow up 3 bulan terapi dan tidak munculnya efek samping obat (hipoglikemia). Metode ACER dan ICER digunakan untuk menganalisa jenis terapi insulin yang paling cost-effective. Hasil penelitian menunjukkan jenis terapi insulin tunggal atau kombinasi insulin dengan OHO yang digunakan untuk pasien DM tipe 2 beserta total biaya medis langsung tiap bulannya yaitu, insulin aspart (Rp 417.861,00), insulin detemir (Rp 316.672,00), kombinasi insulin aspart dengan metformin (Rp 430.371,00), kombinasi insulin detemir dengan metformin (Rp 329.182,00), kombinasi insulin glargin dengan metformin (Rp 329.182,00), dan kombinasi insulin glargin dengan metformin (Rp 435,652.00). Berdasarkan perhitungan ACER dan ICER, terapi insulin yang paling cost-effective adalah kombinasi insulin aspart dengan metformin

    Perbedaan Efektivitas Penggunaan Obat Antidiabetik Oral Tunggal dengan Kombinasi pada Pasien Dm Tipe 2 di Upt. Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung Periode November 2015-pebruari 2016

    Full text link
    DM tipe 2 merupakan penyakit progresif dengan karakteristik penurunan fungsi sel beta pankreas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas penggunaan obat antidiabetik oral tunggal dengan kombinasi pada pasien DM tipe 2 di UPT. Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dan pengumpulan data dilakukan secara prospektif. Penelitian dilakukan dari bulan November 2015-Pebruari 2016 di UPT. Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung. Penelitian dilakukan terhadap 25 subjek penelitian dengan terapi tunggal glibenklamid dan 25 subjek penelitian dengan terapi kombinasi glibenklamid dengan metformin. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna dari efektivitas penggunaan obat antidiabetik oral tunggal glibenklamid dengan kombinasi glibenklamid dengan metformin pada pasien DM tipe 2 di UPT. Puskesmas Dawan II Kabupaten Klungkung periode November 2015-Pebruari 2016 (p = 0.114)

    Efektivitas Penggunaan Sinbiotik pada Pasien Pediatri Gastroenteritis di RSUD Mangusada

    Full text link
    Gastroenteritis merupakan peradangan pada lambung dan usus yang ditandai dengan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah dan sering kali disertai peningkatan suhu tubuh. Gastroenteritis saat ini masih menjadi masalah kesehatan di Negara berkembang seperti Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pengunaan sinbiotik pada pasien pediatri penderita gastroenteritis di RSUD Mangusada. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yaitu Cross Sectional dengan pengambilan data secara retrospektif di RSUD Mangusada periode januari 2016 sampai dengan Juni 2017. Sample diambil dengan teknik purposive sampling dan pengambilan data dilakukan menggunakan data sekunder yaitu catatan rekam medis. Pada penelitian ini efektivitas penggunaan sinbiotik dinilai dari lama rawat inap/ length of stay (LOS). Berdasarkan hasil penelitian terdapat 296 penderita gastroenteritis pada pasien pediatri di RSUD Mangusada pada periode penelitian. Pasien yang menjadi peserta dalam penelitian ini yaitu sebanyak 80 orang yang terdiri atas 40 pasien dengan menggunankan sinbiotik dan 40 pasien lainya yang tidak mengunakan sinbiotik. Pasien berjenis kelamin laki laki yaitu sebanyak 71,25%. Rentang usia terbanyak yaitu bayi 1 bulan – 2 tahun 62,50%. Dari hasil uji statistik Mann Whitney yang telah dilakukan diperoleh data yang menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawat inap pasien yang memperoleh sinbiotik dan tanpa sinbiotik (p > 0,935)

    Studi Retrospektif Perbandingan Efektivitas Tetes Mata dengan Deksametason dan tanpa Deksametason dalam Mengatasi Konjungtivitis

    Full text link
    Konjungtivitis adalah inflamasi yang terjadi pada konjungtiva yang secara umum dapat disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus), gangguan system imun, gangguan mekanik, maupun neoplastic. Saat ini konjungtivitis masih menjadi masalah kesehatan mata di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan waktu sembuh 2 sediaan yang sudah sering digunakan di Indonesia, dimana sediaan pertama mengandung Neomycin sulphate polymixin B sulphate dan gramicidin  dan sediaan kedua mengandung Neomycin sulphate, Polymyxin B sulphate dan dexamethasone dalam mengatasi konjungtivitis. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental  yaitu Cross Sectional dengan pengambilan data secara retrospektif di salah satu rumah sakit pemerintah di Bali. Sample diambil dengan teknik purposive sampling dan pengambilan data dilakukan menggunakan data sekunder yaitu catatan rekam medis. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 56 orang yang terdiri atas 53,57% laki-laki dan 46,43% perempuan. Dilihat dari usia subjek terbanyak ada pada rentang usia 17-30 tahun (28,60%), mayoritas subjek menderita konjungtivitis di salah satu mata sebanyak 51,8%. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa penggunaan penggunaan sediaan yang mengandung Neomycin sulphate, Polymyxin B sulphate dan dexamethasone memiliki waktu sembuh yang lebih cepat dibandingkan dengan Neomycin sulphate polymixin B sulphate dan gramicidin (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan tetes mata antibiotic dikombinasi dengan dexamethasone lebih efektif untuk mengatasi konjungtivitis dibandingkan dengan tetes mata tanpa dexamethasone dilihat dari waktu sembuh

    Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) terhadap Waktu Perdarahan dan Waktu Koagulasi pada Mencit Jantan (Mus Musculus L.)

    Full text link
    Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan hayati yang cukup besar yang dapat dikembangkan terutama untuk obat tradisional. Salah satu tumbuhan tradisional yang dapat digunakan sebagai obat yaitu belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol daun belimbing wuluh terhadap waktu pendarahan dan koagulasi pada mencit. Dalam penelitian ini digunakan 24 ekor mencit sebagai sampel, yang terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu kelompok 1 diberi aquades ad libitum (kontrol negatif); kelompok 2 diberi asetosal dosis 0,27 mg/26 g BB (kontrol positif); kelompok 3 dan 4 masing-masing diberi ekstrak etanol daun belimbing wuluh dengan dosis 200 mg/kg BB dan 400 mg/kg BB. Semua perlakuan diberikan secara per oral selama 7 hari. Waktu perdarahan ditetapkan dengan metode tail bleeding, sedangkan waktu koagulasi ditetapkan dengan metode pipa kapiler. Hasil uji LSD (Least Significant Different) pada waktu perdarahan diperoleh bahwa pada kelompok kontrol positif menunjukkan ada perbedaan yang bermakna terhadap kelompok ekstrak 200 dan 400 mg/Kg BB, dengan nilai sig. 0,000 dan 0,001 (secara berurutan). Pada kelompok ekstrak 200 mg/KgBB menunjukkan ada perbedaan yang bermakna terhadap kelompok ekstrak 400 mg/KgBB, dengan nilai sig. 0,005. Hal ini menunjukkan ekstrak 400 mg/KgBB lebih efektif dalam memperpanjang waktu perdarahan dibandingkan dengan ekstrak 200 mg/KgBB. Hasil LSD waktu koagulasi pada kelompok kontrol positif menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap kelompok ekstrak 400 mg/KgBB, dengan nilai sig. 0,264. Pada kelompok ekstrak 200 mg/KgBB menunjukkan ada perbedaan yang bermakna terhadap kelompok ekstrak 400 mg/KgBB, dengan nilai sig. 0,017. Hal ini menunjukkan ekstrak 400 mg/KgBB lebih efektif dalam memperpanjang waktu koagulasi dibandingkan dengan ekstrak 200 mg/KgBB. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kelompok ekstrak 400 mg/KgBB lebih efektif dalam memperpanjang waktu perdarahan dan koagulasi dibandingkan kelompok ekstrak 200 mg/KgBB

    Perlindungan hukum bagi penerima waralaba dalam perjanjan waralaba

    Get PDF
    Asas kebebasan berkontrak tidak diterapkan secara sempurna dalam perjalanan waralaba (Franchise

    Perbedaan Efektivitas Penggunaan Obat Amlodipin Tunggal dengan Kombinasi Amlodipin dan Lisinopril pada Pasien Hipertensi Rawat Inap di RS β€˜X' Tabanan Tahun 2017

    Full text link
    Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang sering dijumpai dan termasuk masalah kesehatan penting karena angka prevalensi yang tinggi sehingga evaluasi penggunaan obatnya perlu dilakukan (WHO, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas penggunaan obat antihipertensi oral tunggal amlodipin dengan terapi kombinasi amlodipin dan lisinopril untuk pasien hipertensi rawat inap di RS β€˜X' Tabanan pada tahun 2017. Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimental dengan pengambilan data dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan data rekam medis pasien yang diambil pada unit catatan rekam medis di β€˜X' Tabanan Hospital bulan Januari-Desember 2017. Penelitian dilakukan terhadap 36 subjek penelitian dengan terapi amlodipin tunggal dan 36 subjek penelitian dengan terapi kombinasi amlodipin dengan lisinopril. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan efektivitas tekanan darah pasien hipertensi yang mendapat terapi amlodipin tunggal dan terapi amlodipin kombinasi dengan lisinopril untuk pasien hipertensi rawat inap di RS β€˜X' Tabanan pada tahun 2017 dengan nilai p = 0.042 dan 0.038
    corecore