15 research outputs found

    INDIKASI KEBERADAAN GAS HIDRAT PADA CEKUNGAN BUSUR MUKA SIMEULUE DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER ENERGI MASA DEPAN

    Get PDF
    Gas hidrat merupakan gas metana (CH4) yang bersenyawa dengan air membentuk padatan kristal es pada temperatur dan tekanan tertentu sehingga pada kristal es ini mengandung molekul CH4 di dalam rongga molekul air (H2O). Keberadaan gas hidrat diharapkan dapat menjadi sumber energi baru masa depan. Cekungan Busur Muka (Cekungan) Simeulue memiliki kondisi tektonik dengan akumulasi sedimen laut dalam yang tebal sertadiindikasikan memiliki temperatur dan tekanan yang memungkinkan bagi terbentuknya zona stabilitas gas hidrat (Gas Hydrate Stability Zone-GHSZ).Tujuan penelitian adalah melakukan identifikasi keberadaan gas hidrat melalui interpretasi pada penampang seismik Cekungan Simeulue. Metodologi yang digunakan adalah melakukan pengolahan data seismik (seismic data processing) untuk menghasilkan penampang bawah permukaan dasar laut yang dapat memberikan gambaran struktur geologi dan perlapisan sedimen dengan cukup detail dan akurat. Karakteristik bottom simulating reflector(BSR) pada penampang seismik merupakan indikasi utama keberadaan gashidrat di dalam lapisan sedimen dasar laut. Data primer yang digunakan adalah hasil survei akuisisi seismik multichannel 2-Dpada 3 lintasan di Cekungan Simeulue. Survei seismik ini merupakan hasil kerjasama riset kelautan Indonesia-Jerman SEACAUSE II pada tahun 2006 di perairan barat Sumatera yang berhasil mendapatkan data pada 43 lintasan seismik. Berdasarkan hasil penelitian ini, BSR sebagai indikasi keberadaaan gas hidrat ditemukan pada 3 lintasan seismik pada Cekungan Simeulue yaitu lintasan BGR06-136, BGR06-137, dan BGR06-139 dengan karakteristik membentuk lensa, sejajar ataupun memotong horison perlapisan sedimen

    PEMETAAN GEOLOGI GUNUNG API BAWAH LAUT KAWIO BARAT PERAIRAN SANGIHE-TALAUD MENGGUNAKAN MULTIBEAM ECHOSOUNDER RESOLUSI TINGGI

    Get PDF
    Indonesia terletak pada lingkaran cincin api Pasifik yang merupakan jalur gunung api. Gunung api ini tidak hanya terdapat di darat tetapi juga di laut. Potensi yang ada pada wilayah sekitar gunung api tidak hanya berupa potensi bencana tetapi juga terdapat mineral ekonomis. Penelitian gunung api bawah laut masih sangat jarang dilakukan. Ekspedisi laut dalam di kawasan perairan Sangihe-Talaud telah dilaksanakan atas kerjasama antara Badan Litbang KP, Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA), USA. Ekspedisi ini dilakukan dari tanggal 24 Juni hingga 6 Agustus 2010 dengan nama INDEX-SATAL (Indonesia Expedition Sangihe-Talaud), dimana salah satu tujuan dari ekspedisi ini adalah pemetaan detil dasar laut menggunakan multibeam echosounder. Pengolahan ulang data batimetri menghasilkan kenampakan pola struktur maupun morfologi gunung api bawah laut yang tumbuh pada Lembah Sangihe. Gunung api bawah laut Kawio Barat memperlihatkan kenampakan berbentuk kerucut ideal yang timbul dari kedalaman 5400 meter di bawah permukaan laut dengan puncaknya mencapai kedalaman 1890 meter di bawah permukaan laut. Kenampakan morfologi gunung api bawah laut Kawio Barat ini memperlihatkan bagian barat laut dari gunung api ini memiliki tekstur yang lebih kasar dibandingkan pada bagian di sebelah tenggaranya yang bertekstur lebih halus. Hal tersebut mengindikasikan produk vulkanik di sebelah barat laut berumur lebih tua dibandingkan dengan di sisi tenggara. Perbedaan itu dibatasi oleh lembah yang memanjang dari utara ke barat daya

    Calcareous Nannoplankton (marine algae) Analysis in Subsurface Sediments of Andaman Sea

    Get PDF
    Andaman Sea in the Indo-Pacific Warm Pool (IPWP) is influenced by Indo-Australia monsoon winds. Marine sediment cores in this area, BS36 (06°55’50.8”N; 96°07’28.51”E; ; Water depth 1147.1 meters) were acquired by Geomarin III research vessel andanalysed its morphology for nannoplankton occurences. Results from qualitative identification on marine sediment core in Andaman Sea obtained 11 genus of nannoplankton marine algae in this area. Dominated genus discovered in this site is Gephyrocapsa, Emiliania, and Helicosphaera. Although this research is qualitative and preliminary study phase; however, this reference of modern nannoplankton taxonomy and features using Scanning Electron Microscope (SEM) would enhance marine algae biodiversity along Andaman Sea of Indonesian watersKeywords: Nannoplankton, morphology, sediment core, taxonomy, Andaman Sea Kawasan Laut Andaman terletak di wilayah kolam panas Indo-Pasifik sangat dipengaruhi oleh angin musim Indo-Australia. Conto inti sedimen laut di wilayah BS 36 (06°55’50.8” Utara; 96°7’28.51” Timur; kedalaman laut 1147,1 meter) diambil menggunakan wahana kapal riset Geomarin III dan dianalisis morfologi nanoplankton yang ditemukan di wilayah ini. Hasil dari pemerian kualitatif dari conto sedimen inti di Laut Andaman menghasilkan 11 genus nanoplankton sebagai alga laut yang dapat ditemukan pada lokasi ini. Genus yang sangat menonjol di satu lokasi titik pengambilan conto sedimen inti yaitu Gephyrocapsa, Emiliania, dan Helicosphaera. Meskipun kajian ini masih bersifat kualitatif dan tahap studi awal; namun acuan tentang taksonomi nanoplankton modern dan kenampakan dari Scanning Electron Microscope (SEM) akan memperkaya biodivesitas alga laut di sepanjang Laut Andaman dari perairan Indonesia.Kata Kunci: Nanoplankton, morfologi, conto sedimen inti, taxonomi, Laut Andama

    GEODINAMIKA KAWASAN TIMUR INDONESIA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP POTENSI SUMBER DAYA DASAR LAUT

    Get PDF
    Kawasan Timur Indonesia menyimpan potensi sumber daya dasar laut yang tinggi. Interaksi tiga lempeng besar dunia: Lempeng Pasifik, Hindia-Australia, dan Eurasia menjadikan kondisi geodinamikanya aktif dan kompleks. Tujuan penulisan untuk mengungkap potensi sumber daya dasar laut sebagai implikasi kondisi geodinamika. Metode penelitian menggunakan analisis tektonika berdasarkan tinjauan regional evolusi tektonik yang ditunjang metode tomografi seismik dengan hipotesis bahwa potensi sumber daya dasar laut sebagai implikasi kondisi geodinamikanya berkaitan erat dengan keberadaan gunungapi bawah laut dan aktivitas hidrotermal. Hasil penelitian menunjukkan potensi tersebut berada pada zona aliran fluida magma di bawah kerak bumi, diindikasikan anomali kecepatan rendah gelombang-S pada tomogram seismik. Hasil pengamatan ROV di Perairan Sangihe-Talaud mengindikasikan adanya peluruhan sebagian magma menerobos kerak bumi, muncul ke permukaan dasar laut membentuk cerobong hidrotermal gunungapi bawah laut Kawio Barat pada kedalaman 1890 meter. Di perairan dangkal Halmahera, manifestasi aktivitas hidrotermal berupa semburan air panas dari dasar laut. Di dataran pasang surut, temperatur mata air panas mencapai 80-100oC, sedangkan dari tipe alterasi batuannya diindikasikan temperatur bawah permukaan >200oC. Disimpulkan bahwa potensi sumber daya dasar laut terkait aktivitas hidrotermal dan gunungapi bawah laut di perairan Sangihe-Talaud adalah berasosiasi dengan mineralisasi logam pada cerobong hidrotermal. Di Halmahera, potensinya berupa uap panas hidrotermal yang dapat dimanfaatkan untuk energi terbarukan berbasis panas bumi. Implikasi kebencanaan juga melekat akibat kondisi geodinamika sehingga penelitian mitigasi bencana dan model adaptasinya disarankan dilakukan juga pada Kawasan Timur Indonesia

    Analisis Hubungan Parameter Suhu Permukaan Laut dan Klorofil-A Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Teri (Stelophorus sp) Pada Bagan Perahu Melalui Citra Satelit VIIRS di Perairan Demak

    Get PDF
    Bagan Perahu merupakan salah satu alat penangkapan ikan yang dioperasikan oleh nelayan di perairan Demak dengan fish target ikan teri (Stolephorus sp). Alat tangkap ini dioperasikan secara pasif di perairan menggunakan lampu sebagai alat bantu pengumpul ikan. Mayoritas nelayan mengoperasikan Bagan Perahu pada fishing ground yang ditentukan berdasarkan perkiraan dari pengalaman-pengalaman operasi penangkapan ikan yang lalu. Hal ini memiliki resiko pada perolehan ikan hasil tangkapan dan tingginya operational cost yang dikeluarkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan parameter Suhu Permukaan Laut (SPL) dan klorofil-a terhadap hasil tangkapan ikan teri pada Bagan Perahu, sehingga dapat memberikan informasi mengenai potensi lokasi fishing ground secara presisi dan nelayan dapat menghindari kehilangan operational cost. Penelitian dilakukan dengan melakukan pengoperasian Bagan Perahu pada 7 (tujuh) titik lokasi dan melakukan pengambilan data yang terdiri dari bobot ikan tangkapan, dan SPL. Selain itu, digunakan data SPL dan klorofil-a level 3 periode 2017-2019 dari citra satelit NPP VIIRS untuk analisis spasial dan selanjutnya dilakukan analisis korelasi untuk menjawab tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan teri secara maksimal pada SPL 29-30ᵒC dan konsentrasi klorofil-a 0,46-0,50 mg/m3. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara SPL dan klorofil-a terhadap hasil tangkapan ikan teri dengan nilai p ≥ 8,20. Berdasarkan analisis spasial diperoleh 2 titik lokasi fishing ground potensial untuk penangkapan ikan teri yaitu pada koordinat 6º 51' 30" LS - 110º 24' 0" BT dan 6º 40' 0" LS - 110º 24' 0" BT

    Gunungapi Bawah Laut Kawio Barat, Perairan Sangihe, Sulawesi Utara: Aktivitas Hidrotermal dan Mineralisasi

    Full text link
    Ekspedisi INDEX-SATAL 2010 telah mengungkapkan fenomena aktivitas hidrotermal di bawah perairan barat Kepulauan Sangihe pada Gunungapi Bawah Laut Kawio Barat dengan puncaknya yang berada pada kedalaman laut sekitar 1860 m dan kakinya pada kedalaman sekitar 5400 m. Penyelaman ROV (Remotely Operated Vehicle) Little Hercules di Gunungapi Kawio Barat yang dipusatkan di sisi baratlaut dari puncak gunung menyapu mulai kedalaman 3000 m hingga menuju ke arah puncak pada kedalaman 1860 m. Kelompok batuan dicirikan oleh bongkahan lava yang sudah pecah ditutupi sedimen halus berwarna abu-abu cerah; sedangkan pada sisi tenggara umumnya ditempati aliran lava bantal. Pada sisi baratdaya, tempat lembah dalam menoreh Gunungapi Kawio Barat dijumpai kepulan asap dari lereng bagian bawah yang akhirnya pada kedalaman sekitar 1890 m dijumpai aktivitas hidrotermal bawah laut yang merupakan suatu fenomena yang pertama kali direkam langsung dari bawahlaut perairan Indonesia. Fenomena yang terekam berupa pemunculan asap (smokers) di sepanjang rekahan (fissures), dicirikan oleh warna asap yang bervariasi dari putih, kuning atau abu-abu cerah yang kemungkinan menunjukkan indikasi perbedaan komposisi kimiawi dari fluida hidrotermal. Selain asap, teramati juga adanya gelembung cairan (panas) atau bubbles dari rekahan. Penemuan baru lainnya adalah adanya fluida hidrotermal muncul ke permukaan dan membentuk suatu cerobong hidrotermal atau chimney di daerah yang secara tektonik dikontrol oleh konvergensi lempeng. Batuan-batuan di sekitar rekahan hidrotermal (hydrothermal vent) umumnya telah terubah dengan dominasi warna putih hingga kelabu. Di sekitar rekahan hidrotermal diendapkan belerang berwarna kuning kehitaman. Mineralisasi kemungkinan terjadi di sekitar cerobong hidrotermal, terakumulasi membentuk endapan mineral yang ditunjukkan oleh warna coklat, abu-abu, dan kemerahan. Hal ini terutama teramati di sekitar cerobong yang sudah tidak mengeluarkan gelembung atau asap, serta dijumpai kehadiran endapan serakan butiran batuan atau mineral berwarna coklat atau hitam. Kata kunci: INDEX-SATAL 2010, aktivitas hidrotermal, ROV, asap hidrotermal, gelembung cairan, cerobong hidrotermal, konvergensi lempeng, mineralisasi INDEX-SATAL Expedition 2010 has revealed the phenomenon of hydrothermal activity in the western part of the Sangihe Waters in Kawio Barat Submarine Volcano with the peak which is located at 1860 m depths and the bottom at about 5400 m depths. A ROV (Remotely Operated Vehicle) "Little Hercules" dive in Kawio Barat was centered on the northwest side of the mountain began to sweep from the depths of 3000 m toward the top of 1860 m depths. The lithologic unit is characterized by the present of broken lavas covered with fine grey colored sediment whilist in the southeast side is composed of pillows lavas. In the southwest side, in which the deep valleys incise Kawio Barat, a clouds of smoke from the lower slopes are observed; finally at 1890 m depths a submarine hydrothermal activity is noted. This phenomenon represents the first submarine direct record made from the bottom of the Indonesian Waters. Those smokers phenomena are recorded along fissures, characterized by various colors of white, yellow to grey due to different chemical composition of hydrothermal fluids. Besides, the hot bubbles are also arised from the fissures. The other new discovery is the presence of hydrothermal chimney in the area of tectonically controlled by convergence plates. Rocks surrounding the hydrothermal vents are generally altered giving grey to white colors and the presence of dark yellow sulfur deposits. Mineralization may occur and accumulated in hydrothermal chimney and its surrounding to form brown-, grey-, and reddish- color deposits The latter are commonly found in inactive chimneys, indicated by the presence of dispersed brown and black color grains/chips of both sedimentary rocks or minerals as well. Keywords: INDEX-SATAL 2010, hydrothermal activity, ROV, hydrothermal smokers, bubbles, hydrothermal chimney, plate convergence, mineralizatio

    Calcareous Nannoplankton (Marine Algae) Analysis in Subsurface Sediments of Andaman Sea

    Full text link
    Andaman Sea in the Indo-Pacific Warm Pool (IPWP) is influenced by Indo-Australia monsoon winds. Marine sediment cores in this area, BS36 (06°55\u2750.8”N; 96°07\u2728.51”E; ; Water depth 1147.1 meters) were acquired by Geomarin III research vessel andanalysed its morphology for nannoplankton occurences. Results from qualitative identification on marine sediment core in Andaman Sea obtained 11 genus of nannoplankton marine algae in this area. Dominated genus discovered in this site is Gephyrocapsa, Emiliania, and Helicosphaera. Although this research is qualitative and preliminary study phase; however, this reference of modern nannoplankton taxonomy and features using Scanning Electron Microscope (SEM) would enhance marine algae biodiversity along Andaman Sea of Indonesian water

    GUNUNGAPI BAWAH LAUT KAWIO BARAT, PERAIRAN SANGIHE, SULAWESI UTARA: AKTIVITAS HIDROTERMAL DAN MINERALISASI

    No full text
    Ekspedisi INDEX-SATAL 2010 telah mengungkapkan fenomena aktivitas hidrotermal di bawah perairan barat Kepulauan Sangihe pada Gunungapi Bawah Laut Kawio Barat dengan puncaknya yang berada pada kedalaman laut sekitar 1860 m dan kakinya pada kedalaman sekitar 5400 m. Penyelaman ROV (Remotely Operated Vehicle) Little Hercules di Gunungapi Kawio Barat yang dipusatkan di sisi baratlaut dari puncak gunung menyapu mulai kedalaman 3000 m hingga menuju ke arah puncak pada kedalaman 1860 m. Kelompok batuan dicirikan oleh bongkahan lava yang sudah pecah ditutupi sedimen halus berwarna abu-abu cerah; sedangkan pada sisi tenggara umumnya ditempati aliran lava bantal. Pada sisi baratdaya, tempat lembah dalam menoreh Gunungapi Kawio Barat dijumpai kepulan asap dari lereng bagian bawah yang akhirnya pada kedalaman sekitar 1890 m dijumpai aktivitas hidrotermal bawah laut yang merupakan suatu fenomena yang pertama kali direkam langsung dari bawahlaut perairan Indonesia. Fenomena yang terekam berupa pemunculan asap (smokers) di sepanjang rekahan (fissures), dicirikan oleh warna asap yang bervariasi dari putih, kuning atau abu-abu cerah yang kemungkinan menunjukkan indikasi perbedaan komposisi kimiawi dari fluida hidrotermal. Selain asap, teramati juga adanya gelembung cairan (panas) atau bubbles dari rekahan. Penemuan baru lainnya adalah adanya fluida hidrotermal muncul ke permukaan dan membentuk suatu cerobong hidrotermal atau chimney di daerah yang secara tektonik dikontrol oleh konvergensi lempeng. Batuan-batuan di sekitar rekahan hidrotermal (hydrothermal vent) umumnya telah terubah dengan dominasi warna putih hingga kelabu. Di sekitar rekahan hidrotermal diendapkan belerang berwarna kuning kehitaman. Mineralisasi kemungkinan terjadi di sekitar cerobong hidrotermal, terakumulasi membentuk endapan mineral yang ditunjukkan oleh warna coklat, abu-abu, dan kemerahan. Hal ini terutama teramati di sekitar cerobong yang sudah tidak mengeluarkan gelembung atau asap, serta dijumpai kehadiran endapan serakan butiran batuan atau mineral berwarna coklat atau hitam. Kata kunci: INDEX-SATAL 2010, aktivitas hidrotermal, ROV, asap hidrotermal, gelembung cairan, cerobong hidrotermal, konvergensi lempeng, mineralisasi INDEX-SATAL Expedition 2010 has revealed the phenomenon of hydrothermal activity in the western part of the Sangihe Waters in Kawio Barat Submarine Volcano with the peak which is located at 1860 m depths and the bottom at about 5400 m depths. A ROV (Remotely Operated Vehicle) "Little Hercules" dive in Kawio Barat was centered on the northwest side of the mountain began to sweep from the depths of 3000 m toward the top of 1860 m depths. The lithologic unit is characterized by the present of broken lavas covered with fine grey colored sediment whilist in the southeast side is composed of pillows lavas. In the southwest side, in which the deep valleys incise Kawio Barat, a clouds of smoke from the lower slopes are observed; finally at 1890 m depths a submarine hydrothermal activity is noted. This phenomenon represents the first submarine direct record made from the bottom of the Indonesian Waters. Those smokers phenomena are recorded along fissures, characterized by various colors of white, yellow to grey due to different chemical composition of hydrothermal fluids. Besides, the hot bubbles are also arised from the fissures. The other new discovery is the presence of hydrothermal chimney in the area of tectonically controlled by convergence plates. Rocks surrounding the hydrothermal vents are generally altered giving grey to white colors and the presence of dark yellow sulfur deposits. Mineralization may occur and accumulated in hydrothermal chimney and its surrounding to form brown-, grey-, and reddish- color deposits The latter are commonly found in inactive chimneys, indicated by the presence of dispersed brown and black color grains/chips of both sedimentary rocks or minerals as well. Keywords: INDEX-SATAL 2010, hydrothermal activity, ROV, hydrothermal smokers, bubbles, hydrothermal chimney, plate convergence, mineralizatio

    Sediment Characteristics of Mergui Basin, Andaman Sea based on Multi-proxy Analyses

    No full text
    This paper presents the characteristics of sediment from core BS-36 (6°55.85’ S and 96°7.48’ E, 1147.1 m water depth) that was acquired in the Mergui Basin, Andaman Sea. The analyses involved megascopic description, core scanning by multi-sensor core logger, and carbonate content measurement. The purpose of this study is to determine the physical and chemical characteristics of sediment to infer the depositional environment. The results show that this core can be divided into 5 lithologic units that represent various environmental conditions. The sedimentation of the bottom part, Units V and IV were inferred to be deposited in suboxic to anoxic bottom condition combined with high productivity and low precipitation. Unit III was deposited during high precipitation and oxic condition due to ocean ventilation. In the upper part, Units II and I occurred during higher precipitation, higher carbonate production and suboxic to anoxic condition. Keywords: sediment characteristics, Mergui Basin, Andaman Sea, suboxic, anoxic, oxic, carbonate conten
    corecore