15 research outputs found

    UJI AKTIVITAS EKSTRAK TERIPANG PASIR YANG TELAH DIFORMULASIKAN TERHADAP KEMAMPUAN SEX REVERSAL DAN KELANGSUNGAN HIDUP UDANG GALAH (Macrobrachium rosembergii)

    Get PDF
    Teripang atau Timun laut (Echinodermata) adalah salah satu jenis komoditi laut yang bernilai domestik maupun internasional sub sektor perikanan yang cukup potensial. Salah satu zat bioaktif yang terkandung dalam teripang adalah senyawa steroid. Penelitian ini bertujuan menentukan tingkat efektivitas ekstrak kasar daging teripang yang telah diformulasikan dalam air media pemeliharaan juvenile udang galah terhadap keberhasilan mendapatkan jantan fenotif. Hipotesa yang dipakai pada penelitian ini adalah bahwa masa aktif pemberian ekstrak kasar daging teripang hasil formulasi yang diberikan dalam air media, efektif dapat berpengaruh dalam perkembangan juvenil menjadi jantan fenotif. Metode perendaman dengan dosis ekstrak teripang 10 mg/L, 15 mg/L dan 25 mg/L, dapat menghasilkan populasi jantan lebih tinggi dari kontrol (kontrol negatif/tanpa perlakuan hormon). Kata Kunci : teripang, steroid, jantan fenoti

    PENGEMBANGAN SEKOLAH BERWAWASAN LINGKUNGAN DAN KEWIRAUSAHAAN MELALUI BUDIDAYA HIDROPONIK DAN LELE BIOFLOK MENGGUNAKAN LISTRIK ENERGI SURYA

    Get PDF
    Lingkungan hidup dan kewirausahaan merupakan aspek penting yang perlu diinternalisasikan dalam kurikulum pendidikan sejak dini. Permasalahan yang terjadi banyak lembaga pendidikan yang belum menginternalisasikannya dalam kurikulum. Walaupun secara umum di kurikulum sudah terdapat materi yang berkaitan dengan dua isu tersebut. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mendampingi SDI Al-Mashduqie, Bangkalan, untuk mengembangkan kurikulum pendidikan yang berwawasan lingkungan hidup dan kewirausahaan. Metode yang dipergunakan dalam kegiatan ini adalah sosialisasi, pendampingan, dan fasilitasi. Hasil kegiatan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan peserta kegiatan terkait aspek PBLHS dan Sekolah Adiwiyata. Melalui kegiatan ini, pihak sekolah telah mempunyai dokumen PBLHS, desain lanskap, demplot budidaya hidroponik, lele bioflok, dan PLTS. Kegiatan ini melibatkan tiga orang mahasiswa sebagai tenaga pendamping yang direkognisi dalam MBKM dengan skema KKNT. Solusi ipteks yang ditawarkan dalam kegiatan ini telah mendapatkan pengakuan HKI dengan nomor permohonan EC00202377549 berjudul rancang bangun Bangun budidaya hidroponik dan lele bioflok menggunakan energi listrik panel surya. Potensi penghematan biaya listrik yang diperoleh adalah sebesar Rp.1.248.220,00 per tahun

    Potensi Konsorsium Sampel Air Pelabuhan Kamal dan Bittern dalam Mendegradasi Solar

    Get PDF
    Biodegradation is an alternative in overcoming oil pollution biologically. Utilization of bacteria obtained from contaminated (indigenous) areas is known to be more effective in the degradation process. This study aims to determine the characteristics of indigenous bacteria that have been isolated from Kamal harbor water samples, and the consortium will be compared with the consortium of bacteria isolated from salt waste water (bittern) samples to determine their ability to degrade diesel pollutants. The method used in this research is the enrichment method, to obtain bacterial isolates. The consortium was treated with solar concentrations of 1%, 1.5%, 2%, 2.5%, and 3%. The results showed that 4 types of bacteria were obtained (BI.1, BI.2, BI.3, and BI. 4) from Kamal harbor waters with different macroscopic and microscopic characteristics. The highest %total petroleum hydrocarbons (TPH) reduction by the indigenous consortium was in the 3% diesel treatment with a value of 3.87, while in the bittern consortium there was 2.5% diesel treatment with a value of 3.34. Biodegradasi merupakan salah satu alternatif dalam menanggulangi pencemaran minyak secara biologis. Pemanfaatan bakteri yang diperoleh dari area pencemaran (indigenous)diketahui akan lebih efektif dalam proses degradasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik bakteri yang berhasil diisolasi dari sampel air pelabuhan kamal, dan konsorsiumnya akan dibandingkan dengan konsorsium bakteri yang berhasil diisolasi dari sampel air limbah garam (bittern) guna mengetahui kemampuannya dalam mendegradasi bahan pencemar solar. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode enrichment, untuk memperoleh isolat bakteri. Konsorsium diberi perlakuan dengan konsentrasi solar 1%, 1,5%, 2%, 2,5%, dan 3%. Hasli penelitian menunjukkan diperoleh 4 jenis bakteri (BI.1, BI.2, BI.3, dan BI.4) dari perairan pelabuhan kamal dengan karakteristik makroskopis dan mikroskopis yang berbeda-beda. Penurunan %total petroleum hidrokarbon (TPH) tertinggi oleh konsorsium indigenous terdapat pada perlakuan solar 3% dengan nilai sebesar 3,87, sedangkan pada konsorsium bittern terdapat pada perlakuan solar 2,5% dengan nilai sebesar 3,34

    HUBUNGAN ANTARA KELIMPAHAN FITOPLANKTON DENGAN ZOOPLANKTON DI PERAIRAN SEKITAR JEMBATAN SURAMADU KECAMATAN LABANG KABUPATEN BANGKALAN

    Get PDF
    Fitoplankton (plankton tumbuhan) merupakan produsen dalam rantai makanan sehingga sangat penting untuk mendukung kehidupan biota laut, sedangkan zooplankton (plankton hewan) merupakan konsumen pertama sehingga sangat penting sebagai penghubung antara produsen dengan hewan – hewan pada tingkat tropik yang lebih tinggi. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan zooplankton di perairan sekitar Jembatan Suramadu. Metode yang digunakan adalah analisis regresi linear sederhana untuk mengetahui hubungan antara kelimpahan fitoplankton dengan zooplankton. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kelimpahan fitoplankton tinggi pada saat nilai kelimpahan zooplankton rendah dan nilai kelimpahan zooplankton tinggi pada saat nilai kelimpahan fitoplankton rendah. Hasil analisis regresi linear sederhana bahwa diketahui nilai R2 = 0.307 yang artinya bahwa kelimpahan zooplankton dipengaruhi 30.7 % oleh kelimpahan makanan yang dalam hal ini adalah fitoplankton, sedangkan 69.3 % dipengaruhi oleh faktor lain yaitu dapat berupa parameter perairan dan faktor ekologis seperti terjadi pemangsaan oleh predator. Kata kunci : Fitoplankton, zooplankton, Jembatan Suramad

    PENGGUNAAN ZAT ADITIF RAMSOL DALAM MENINGKATKAN MUTU GARAM RAKYAT

    Get PDF
    Garam merupakan benda yang sangat dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembuatannya metode tradisional belum mampu untuk memenuhi kebutuhan garam nasional non industri. Oleh karena itu adanya pengembangan teknologi yang tepatguna, efektif, efisien, serta ramah lingkungan mutlak diperlukan dalam membantu proses pembuatan garam. Adapun tujuan penelitiannya yakni  untuk mendapatkan teknik/metode yang tepat dalam mengaplikasikan zat aditif (ramsol) yang telah beredar di masyarakat. Penelitian ini menggunakan zat aditif (ramsol) produksi PT. Sumber Alam Niagamas Indramayu Jawa Barat dan air tua (20oBe) dengan perlakuan: tanpa zat aditif (kontrol) (R0); metode Indramayu (R1) dan metode Madura (R2) yang dilakukan pada rumah demplot beralas terpal plastik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zat aditif garam (ramsol) memiliki pengaruh dalam proses pembentukan kristal garam. Kualitas (bau, rasa, warna) garam yang dihasilkan secara visual lebih bagus. Metode madura (colok) merupakan teknik terbaik dalam menghasilkan garam Kata kunci: zat aditif, ramsol, mutu, garam rakya

    PENGARUH JARAK LOKASI PEMELIHARAAN TERHADAP MORFOLOGI SEL DAN MORFOLOGI RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii DI DESA LOBUK KECAMATAN BLUTO, KABUPATEN SUMENEP

    Get PDF
    Lokasi pemeliharaan rumput laut pada jarak yang berbeda akan dipengaruhi oleh parameter oceanografi. Rumput laut memiliki syarat hidup pada kondisi yang baik dan mendukung pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui morfologi sel dan rumput laut terhadap jarak lokasi pemeliharaan berbeda pada rumput laut jenis Kappaphycus alvarezii di desa Lobuk, kecamatan Bluto, kabupaten Sumenep. Pemeliharaan Kappaphycus alvarezii menggunakan  metode rakit apung  sebanyak 3 buah diletakkan pada jarak 300 m, 600 m, 900 m. Rancangan percobaan menggunakan RAK kemudian hasil dianalisis dengan sidik ragam untuk mengetahui perbedaan perlakuan. Hasil penelitian didapatkan rata – rata panjang thallus utama rumput laut 13,85 cm (300 m), 13,58 cm (600 m), 14,26 cm (900 m). Rata – rata diameter thallus utama rumput laut 10,19 mm (300 m), 9,97 mm (600 m), 10 mm (900 m). Kemudian untuk hasil ADG, diperoleh 2,43 % (300 m), 3,09 % (600 m), 3,46 % (900 m). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa  morfologi sel dan morfologi rumput laut tidak menunjukkan perbedaaan yang nyata dari setiap jarak lokasi pemeliharaan. Jarak lokasi pemeliharaan 300 m dari garis pantai masih layak digunakan untuk pembudidayaan rumput laut.Kata Kunci: jarak lokasi, morfologi , Kappaphycus alvarezi

    TINGKAT KEKRITISAN DAN KESESUAIAN LAHAN MANGROVE DI KABUPATEN SAMPANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

    Get PDF
    Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi kondisi kekritisan dan kesesuaian lahan mangrove di kabupaten Sampang. Tahap pekerjaan: (1) tahap persiapan; (2) proses pengolahan citra; (3) cek lapangan; (4) analisis data; (5) uji akurasi; dan (6) hasil analisis. Penentuan tingkat kekritisan dan kesesuaian lahan dengan menggunakan pemodelan SIG dengan model indeks. Hasil analisis citra mendapatkan mangrove di Kabupaten Sampang mencapai 914,54 Ha, yang tersebar di 6 Kecamatan. Tingkat kekritisan mendapatkan mangrove dalam kondisi rusak 600,8 Ha (65,7%), mangrove dalam kondisi baik  292,5 Ha (32%) dan mangrove dalam kondisi rusak berat 21,1 Ha (2,3%). Mangrove dalam kondisi tidak rusak sebagian besar terdapat di Kecamatan Sampang mencapai 109,6 Ha atau 11,98%. Mangrove kondisi rusak sebagian besar di Kecamatan Sreseh (39,39 Ha atau 39,39%), mangrove dalam kondisi rusak berat sebagian besar di Kecamatan Sreseh (11,1 ha  atau 1,21%). Kesesuaian lahan mangrove mendapatkan lahan yang sesuai untuk mangrove seluas282,9 Ha (30,9%), cukup sesuai untuk lahan mangrove 624,1 Ha (68,2%) dan sesuai bersyarat mencapai 7,6 Ha (0,8%). Daerah yang sangat sesuai sebagian besar di Kecamatan Sampang (155 Ha).Kata Kunci: kekritisan mangrove, kesesuaian lahan, sistem informasi geografi

    OPTIMASI KARAGINAN RUMPUT LAUT ASAL MADURA MELALUI PERIODE PENCAHAYAAN BERBEDA

    No full text
    Agar dapat hidup dan tumbuh dengan balk, rumput taut syarat-syarat lingkungan tertentu. Semakin sesuai kondisi lingkungan perairan dengan areal yang akan dibudidayakan akan semakin baik pertumbuhannya dan juga hasil yang diperoleh Rumput taut umumnya dibudidayakan dan dapat tumbuh dengan baik di daerah pasang surut atau di daerah yang selalu terendam air (subtidal) sampai batas ke dalaman 200 meter dimana intensitas cahaya masih dapat tembus. Salah satu faktor yang dapat berpengaruh pada peningkatan senyawa bioaktif yang terkandung dalam suatu tanaman adalah cahaya. Secara fisiologis, cahaya mempunyai pengaruh baik langsung maupun tidak langsung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh periode pencahayaan terhadap kandungan karaganen yang dilakukan di perairan taut desa Jumiang kabupaten Pamekasan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) faktorial. Faktor pertama adalah periode pencahayaan (P) (Po = Lama pencahayaan 30 hari (kontrol); RI Kedalaman I m selama 7 hari + lama pencahayaan 23 had; P2 = Kedalaman I m selama 14 hari + lama pencahayaan 16 hari; P3 = Kedalaman I m selama 30 hari (sampai panen) dan faktor kedua adalah spesies (S) rumput laut (E. Cottoni  Maumere dan E. Cottoni Lokal). Rancangan penelitian dari perlakuan terdapat 8 kombinasi yang diulang 3 kali. Adapun hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa periode pencahayaan berpengaruh terhadap pertumbuhan rumput taut (E. cottoni Maumere maupun Lokal dan kandungan karaginan, dimana kandungan karaginan tertinggi terdapat pada spesies E cottonit Lokal sebesar 2,64 g atau sebesar 53,2 % dari bobot sampel rumput taut kering 5 g pada perlakuan 14 hari di dasar dan 16 hari mendapat cahaya (permukaan) dibanding spesies E. cottoni Maumere hanya sebesar 36%.Keyword: E. cottoni, karaginan, cahay

    UJI PERBEDAAN SALINITAS TERHADAP DAYA TETAS TELUR (Hatching Rate) KEPITING BAKAU (Scylla serrata)

    No full text
    Mud crabs (Scylla sp.) is one of marine commodities that is profitable. Mangrove crabs are able to hatch and breed within large variety of salinity. One of the main factors affecting hatching rate and also breeding is salinity. This research is aimed to know the effect of salinity to hatching rate of mud crabs. The design used was complete random sampling through three treatments: those are 15%o, 25%o and 30%o with 3 repetitions. Result of this research shows that hatching rate of mud crabs is affected by salinity. Treatment B (25 %o ) is significantly different with treatment A (15%o) and C (30%o). The most appropriate hatching condition is gained from treatment B with average value 91.8%.Keywords: mud crab, Scylla sp, mangroves</p
    corecore