18 research outputs found
Analisis Untuk Meminimasi Pemborosan Dengan Metode Value Stream Mapping (Studi Kasus PT Perkebunan Nusantara XII Kebun Kendeng Lembu, Banyuwangi)
PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Kendeng Lembu
memproduksi olahan kakao yaitu cokelat batang dan cokelat
bubuk. PTPN dapat menghasilkan rata-rata 426 ton per tahun biji
kakao kering. Pengolahan kakao dapat memproduksi sekitar 10
kg produk olahan cokelat batang per hari. Masalah yang dapat
terjadi dalam perusahaan salah satunya adalah pemborosan atau
waste. Beberapa masalah cacat produk seperti kesalahan saat
mencetak, tekstur pasta cokelat yang kurang baik dan adanya
lead time proses. Tujuan penelitian adalah menentukan faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya pemborosan dan
memberikan usulan perbaikan yang diperlukan untuk mengurangi
pemborosan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan lean
maufacturing dengan metode VSM dan VALSAT. Metode VSM
digunakan untuk pemetaan aliran proses produksi sehingga
dapat diketahui non value added yang dapat dikurangi,
sedangkan metode VALSAT digunakan untuk identifikasi
pemborosan dan penyebabnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemborosan tertinggi
adalah waiting dengan nilai 2,00, unnecesarry motion dengan
nilai 1,70, dan unnecesarry inventory dengan nilai 1,5.
Pemborosan terjadi karena lamanya pengeringan, biji kakao yang
menumpuk di gudang, penempatan fasilitas yang kurang
ergonomis. Perbaikan yang diberikan dengan cara
menambahkan mesin dryer untuk dapat menghemat waktu
pengeringan, membuat jadwal pengiriman biji kakao, dan
penambahan fasilitas kerja seperti menambah tempat tumpuan
atau berpijak agar operator tidak mengalami kesulitan bekerja.
Perbaikan yang diusulkan dapat meminimasi waktu pada current
state map 16.598,27 menit menjadi 9.398,37 menit pada future
state map
Minimasi Waste pada Proses Produksi Kopi Bubuk Robusta dengan Pendekatan Lean Manufacturing (Studi Kasus di UKM Sido Luhur Bangelan Malang
Tingginya permintaan kebutuhan pangan menjadi
tantangan tersendiri bagi industri pangan seperti industri kopi.
Perkebunan kopi berkembang di 29 kabupaten dan3 kota di Jawa
Timur yang memiliki total luas yaitu 106.564 Ha dengan di dukung
adanya produksi kopi sebanyak 65.414 ton. Hal ini menunjukkan
besarnya hasil kopi di Jawa Timursehingga penting dilakukan
pengolahan lebih lanjut agar memiliki nilai jual tinggi dan memiliki
daya simpan yang lebih lama. Maka dari itu, industri pengolahan
kopi harus mampu memenuhi ekspektasi konsumen Salah satu
industri yang mengolah komoditas kopi di Jawa Timur yaitu
Usaha Kecil Menengah (UKM) Sido Luhur. Dalam suatu usaha,
tentu saja ada masalah dalam berjalannya usaha tersebut salah
satunya yaitu mengenai pemborosan. Maka dari itu, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis dan penyebab
waste yang terjadi serta memberikan rekomendasi perbaikan
dalam meminimasi waste kepada UKM Sido Luhur dengan
menggunakan pendekatan lean manufacturing.
Lean manufacturing merupakan pendekatan sistematis
untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi pemborosan melaluivi
perbaikan secara terus menerus dengan tujuan kepuasan
pelanggan. Penelitian dilakukan dengan menggambarkan proses
aktual berupa aktivitas value added, non value added, dan
necessary but non value added di perusahaan melalui Value
Stream Mapping (VSM). Value Stream Analysis Tools (VALSAT)
digunakan untuk mengidentifikasi penyebab pemborosan
spesifik. Berdasarkan penyebab pemborosan kemudian
diberikan rekomendasi perbaikan yang tepat berdasarkan hasil
dari future state mapping. Hasil yang diharapkan berupa dapat
ditemukan jenis pemborosan pada proses produksi kopi bubuk
robusta. Serta dapat dilakukan rekomendasi perbaikan yang
diberikan kepada UKM Sido Luhur agar dapat meminimasi waste
yang berpotensi terjadi.
Hasil yang diperoleh adalah ditemukannya pemborosan
dengan jenis inappropriate processing, defect, waiting, human
potential, dan inappropriate design. Rekomendasi perbaikan
yang diberikan berupa penetapan standar kualitas grean bean
yang dibeli dari supplier. Melengkapi mesin roasting dengan alat
bantu timer, dan menambah jumlah mesin giling. Hasil dari
penelitian juga didapatkan minimasi value added time dari 825,20
menit menjadi 441,211 menit, minimasi necessary but non value
added dari 43,13 menit menjadi 14 menit, serta menghilangkan
non value added tim
Minimasi Pemborosan (Waste) pada Proses Produksi Kunyit Bubuk Menggunakan Pendekatan Lean Manufacturing dengan Metode Value Stream Mapping (VSM) dan Value Stream Analysis Tools (VALSAT) di PT Tabura Gentri Nusantara
PT Tabura Gentri Nusantara memproduksi bumbu dapur kunyit bubuk dengan jumlah produksi 1400 karton per bulan. PT Tabura Gentri Nusantara terkendala pada defect produk yang mencapai 12.950 kemasan saat proses produksi dan 11.153 kemasan saat dilakukan setting mesin. Kendala lain yang dialami perusahaan, yaitu terdapat bahan yang menunggu proses selanjutnya, penumpukan bahan baku di penyimpanan, dan belum memiliki waktu standar pada proses produksinya. Berdasarkan kendala yang dialami oleh perusahaan, maka diperlukan analisis untuk mengetahui dan meminimasi waste yang terjadi menggunakan pendekatan lean manufacturing. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis pemborosan yang terjadi pada proses produksi kunyit bubuk di PT Tabura Gentri Nusantara dan penyebab waste tersebut, serta memberikan rekomendasi perbaikan untuk minimasi terjadinya pemborosan. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah value stream mapping (VSM) untuk memvisualisasikan aliran proses produksi secara menyeluruh yang meliputi material, waktu, dan informasi. Metode value stream analysis tools (VALSAT) berfungsi untuk pemilihan detail mapping guna mengetahui waste spesifik yang dipilih berdasarkan matriks VALSAT dari hasil kuesioner pemborosan. Akar permasalahan dari waste dianalisis menggunakan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan akan diberikan rekomendasi perbaikan terhadap waste kritis
Hasil penelitian menunjukkan proses memiliki aktivitas value added (VA) sebesar 229,12 menit, aktivitas non value added (NVA) sebesar 2932,44 menit, dan aktivitas necessary but non value added (NNVA) sebesar 7,73 menit. Tools VALSAT yang dipilih berdasarkan matriks VALSAT adalah Process Activity Mapping, Value Analysis Time Profile, dan Supply Chain Response Matrix. Jenis pemborosan kritis dari hasil analisis FMEA pada proses produksi kunyit bubuk, yaitu overproduction, waste transportation, unnecessary inventory, defect, dan waiting. Hasil rekomendasi perbaikan dapat mengurangi waktu non value added sebesar 1453,52 menit atau 50,43 %
Analisis Postur Kerja pada Proses Produksi Keripik Singkong dengan Menggunakan Metode Quick Exposure Check (QEC) di Usaha Keripik Singkong Burung Pipit
Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting baik pada aktivitas produksi maupun
non produksi. Kinerja dari tenaga kerja dipengaruhi oleh kondisi di tempat kerja yang nyaman,
aman, dan sehat sehingga akan mendorong pelaksanaan kerja secara efektif dan efisien.
Usaha Keripik Singkong Burung Pipit merupakan salah satu industri penghasil keripik
singkong di Jl. Raya Sumbersekar No 101, Desa Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Proses produksi dimulai dari pengupasan kulit singkong, pemotongan menjadi lembaran,
perendaman dengan air kapur sirih, perebusan, perendaman dengan air bersih, penjemuran
hingga kering, penggorengan, serta pengemasan. Aktivitas produksi dilakukan setiap harinya
mulai pagi hingga sore hari oleh para pekerja. Beberapa aktivitas dihadapkan pada postur
kerja dan fasilitas yang kurang baik. Aktivitas seperti membungkuk, duduk dengan ketinggian
kaki yang salah, melakukan kegiatan dengan jangka waktu yang lama dan lain sebagainya.
Hal ini akan mengakibatkan kesalahan pada postur kerja tenaga kerja, dan dalam jangka
waktu yang lama akan menyebabkan musculoskeletal disorders (MSDs).
Metode yang dipilih adalah metode Quick Exposure Check (QEC). Hal yang akan
didentifikasi adalah bagian tubuh yang memiliki risiko terjadinya cedera yaitu punggung, bahu
atau lengan, pergelangan tangan atau tangan, dan leher. Hasil dari penilaian keempat bagian
utama tersebut dapat diukur berdasarkan kriteria penilaian dengan empat tingkat risiko yang
berbeda. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah semua pekerja yang
berjumlah 10 orang di Usaha Keripik Singkong Burung Pipit. Berdasarkan penilaiain postur
kerja metode QEC didapatkan hasil akhir nilai exposure level tertinggi. Nilai exposure level
tertinggi terdapat pada proses perendaman 1, perebusan, perendaman 2, proses
penggorengan dan proses pengemasan. Proses perendaman 1, perebusan, perendaman 2
memiliki nilai exposure level 64,77%. Proses penggorengan memiliki nilai exposure level
60,49%. Proses pengemasan memiliki nilai exposure level 54,32%. Berdasarkan hasil
exposure level ketiganya perlu penelitian lebih lanjut dan dilakukan perubahan dengan
adanya saran perbaikan postur kerja dan penambahan peralatan seperti meja dan kursi
Optimasi Produksi Cokelat Bubuk Menggunakan Metode Fuzzy Linear Programming (FLP) Di Doesoen Kakao Glenmore Banyuwangi.
Perencanaan produksi merupakan langkah awal dari proses manufaktur yang dilakukan dengan tujuan peningkatan pendapatan dan penurunan biaya (Kusuma dan Chirzun, 2017). Dosoen Kakao Glenmore Banyuwangi merupakan salah satu daerah penghasil kakao di Indonesia yang beroperasi di bawah naungan PTPN XII. Walaupun sudah 6 tahun berdiri, perusahaan belum melakukan integrasi antara jumlah permintaan dan jumlah produksi. Sistem penjadwalan produksi juga belum tertata dengan baik. Hal tersebut menandakan adanya kesempatan perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki sehingga dapat memaksimalkan perolehan keuntungan. Optimasi produksi merupakan salah satu upaya penyesuaian yang digunakan untuk mendapatkan nilai optimal dari tujuan tersebut.
Penelitian ini menggunakan model Fuzzy Linear Programming dengan tujuan maksimasi keutungan dengan melibatkan 3 kendala yaitu kapasitas produksi, ketersediaan jam kerja serta permintaan pasar. Variabel yang terlibat terdiri dari cokelat bubuk jenis dark, cokelat bubuk jenis milk dan cokelat bubuk jenis glen original yang masing-masing diwakili dengan X1,X2, dan X3. Kendala permintaan pasar diperoleh dengan melakukan peramalan permintaan menggunakan metode time series berupa exponential smoothing with seasonal no trend. Model Fuzzy Linear Programming diselesaikan menggunakan metode simpleks. Hasil peramalan permintaan dan model Fuzzy Linear Programming diperoleh dari analisis menggunakan pemrograman R dengan bantuan software RStudio.
Optimasi produksi menggunakan Fuzzy Linear Programming memberikan hasil yang lebih baik dari perencanaan produksi dengan model linier programming. Terdapat peningkatan keuntungan untuk bulan Januari yaitu sebesar 7%, pada bulan Mei sebesar 2%, dan pada bulan Juni sebesar 12%. Pada bulan Februari hingga April tidak ada peningkatan karena jumlah permintaan sudah dapat diakomodasi oleh model linier programming biasa
Pengukuran Efektivitas Mesin Produksi Rumah Pemotongan Ayam (RPA) Menggunakan Metode Overall Throughput Effectiveness (OTE) (Studi Kasus di UD Puri Pangan Sejati)
UD Puri Pangan Sejati merupakan produsen daging/karkas ayam yang
berdiri pada tahun 2009 di Desa Balongmojo, Kecamatan Puri, Mojokerto. Saat
ini proses produksi dilakukan dengan bantuan mesin dan berjalan secara
continue sehingga mampu memproduksi karkas ayam kurang lebih 15 ton/hari.
Pada tahun 2020 mengalami penurunan yang cukup banyak menjadi 2.278,5
ton, dengan rata-rata per hari sebanyak 14,486 ton dari target potong harian
sebesar 15 ton. Hal tersebut disebabkan oleh pandemi Covid-19 mulai tahun
2020 hingga saat ini. Kondisi tersebut mengakibatkan harga ayam mengalami
kenaikan, selain itu juga terdapat masalah ayam gagal panen. Hal ini
menyebabkan tingkat efektivitas mesin di UD Puri Pangan Sejati menjadi rendah.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengukur efektivitas mesin produksi
pemotongan ayam sekaligus menentukan strategi alternatif perawatan/perbaikan
mesin terhadap kegagalan prioritas.
Penilitian ini menggunakan metode Overall Throughput Effectiveness
(OTE) dan Failure Mode and Effect Analysis (FMEA). Metode OTE digunakan
untuk mengukur efektivitas secara keseluruhan pada sistem produksi dan
mengukur enam faktor (six big losses) yang paling berpengaruh terhadap
rendahnya produktivitas mesin. Metode FMEA digunakan untuk mengidentifikasi
sebab-akibat dari setiap kegagalan yang berpotensi dan mengetahui tingkat level
kegagalan yang paling beresiko dengan perhitungan nilai Risk Priority Number
(RPN), serta alternatif strategi perbaikan mesin yang sesuai.
Hasil penelitian menunjukkan nilai OTE UD Puri Pangan Sejati pada masa
produksi Juni-Agustus 2021 sebesar 72,58% dengan nilai bottleneck indicator
sebesar 0,00018193 pada mesin ABF dan cold storage. Dari setiap mesin
produksi ditemukan beberapa kerugian yaitu reduced speed losses (RSL)
sebesar 510,417 menit, setup and adjustment losses (SAL) sebesar 73,503
menit, idling and minor stoppages losses (IMSL) sebesar 59,897 menit, dan
equipment failure losses (EFL) sebesar 1,503 menit. Faktor yang menjadi
prioritas pada metode FMEA yaitu kerugian RSL pada mesin ABF dan cold
storage. Cold storage dan ABF memiliki nilai RPN (tertinggi) yang sama sebesar
700, chiller pada CS dan ABF memiliki nilai RPN yang sama sebesar 50,
sedangkan chiller pada CS, anteroom pada CS, dan ABF memiliki nilai RPN
yang sama sebesar 20. Strategi alternatif perbaikan mesin untuk meningkatkan
efektivitas mesin UD Puri Pangan Sejati terdiri dari pembuatan sistem kontrol
otomatis ATS dengan sistem back up UPS untuk mengatasi kegagalan mesin
ketika terjadi pemadaman listrik secara tiba-tiba dan beberapa tindakan
preventive maintenance
Penerapan Lean Six Sigma untuk Minimasi Waste (Pemborosan) pada Proses Produksi Pia Apel (Studi Kasus di Permata Agro Mandiri, Kota Batu)
Apel (Malus domestica) merupakan komoditas yang paling
banyak dihasilkan di wilayah Malang dan Kota Batu. Salah satu
industri pengolahan pia apel di Kota Batu yaitu Permata Agro
Mandiri. Dalam setiap perusahaan tentu saja seringkali terjadi suatu
permasalahan, khususnya pada bagian produksi yaitu waste
(pemborosan). Waste merupakan segala sesuatu yang
menyebabkan pemborosan aktivitas kerja dan tidak memberikan
nilai tambah pada suatu produk. Lean Six Sigma merupakan
pendekatan yang berfokus pada evaluasi perbaikan minimasi waste
dan pengontrolan aktivitas kerja pada proses produksi. Tujuan dari
penelitian ini antara lain mengidentifikasi jenis waste (pemborosan),
menentukan capaian level six sigma, serta memberikan usulan
perbaikan untuk minimasi waste (pemborosan) yang terjadi pada
proses produksi pia apel di Permata Agro Mandiri.
Penelitian ini dilakukan pada Permata Agro Mandiri, Kota Batu
pada Bulan Januari hingga April. Penelitian dilakukan dengan
melakukan pengidentifiksian melalui penyebaran kuesioner,
perhitungan waktu baku, dan penentuan Value Stream Analysis
Tool (VALSAT). VALSAT digunakan untuk mengidentifikasi
penyebab pemborosan spesifik. Selain itu, jua dilakukan
perhitungan peta kendali, DPMO, nilai sigma, serta penyusunan
Value Stream Mapping (VSM). VSM memiliki keunggulan antara
lain dapat mengeliminasi waste sehingga dapat mempercepat
waktu menunggu, meningkatkan produktivitas dan kualitas, serta
dapat mengurangi biaya pada proses produksi. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut akan diberikan rekomendai perbaikan kepada
Permata Agro Mandiri melalui VALSAT usulan dan Future State
Map.
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 3 jenis waste dominan
yang terjadi antara lain unnecessary motion, defect, dan excessive
power and energy. Berdasarkan hasil identifikasi dengan menggunakan Quality Filter Mapping terdapat jenis waste defect
berupa tekstur yang tidak rata, overcook, dan ukuran yang tidak
sesuai. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai sigma
sebesar 1,71 yang menunjukkan bahwa proses pengendalian
kualitas masih di bawah rata-rata industri di Indonesia. Oleh karena
itu, diberikan rekomendasi perbaikan berupa reduksi dan
pengurangan waktu pada aktivitas proses produksi. Total waktu
yang diperlukan sebelum dilakukan perbaikan yaitu sebesar 370,06
menit. Setelah dlakukan perbaikan, total waktu yang diperlukan
dalam proses produksi yaitu sebesar 272,98 menit.
Hasil rekomendasi yang diperoleh dari analisis diagram
fishbone antara lain meningkatan pengawasan terhadap tenaga
kerja di bagian produksi pia apel, melakukan pengkajian terhadap
rekomendasi penggantian bahan baku minyak dan mentega
menjadi margarin. Melakukan pengkajian terhadap teknik
pengadonan halus menggunakan mixer dilakukan dengan
kecepatan 64 rpm selama 10 menit. Melakukan pengkajian
terhadap rekomendasi perbaikan waktu dan suhu optimum pada
proses pengovenan agar tidak overcook. Bagi peneliti selanjutnya
disarankan untuk melakukan analisis pada biaya
Usulan Perbaikan Tata Letak Fasilitas Produksi Tahu Menggunakan Metode BLOCPLAN (Studi Kasus pada Pabrik Tahu Dayid, Pakis Kabupaten Malang – Jawa Timur)
Pabrik Tahu Dayid merupakan sebuah pabrik yang mengolah kedelai menjadi tahu. Pabrik Tahu Dayid menjadi salah satu pemasok tahu di pasar Madyopuro dan pasar Pakis Malang. Fasilitas produksi yang digunakan letaknya masih kurang tertata dengan baik karena terdapat fasilitas yang letaknya cukup berjauhan, misal: fasilitas penggilingan dengan fasilitas perebusan yang seharusnya jaraknya dapat diminimalkan. Perpindahan material yang cukup berjauhan dalam proses produksi menyebabkan Ongkos Material Handling (OMH) menjadi lebih besar. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan yang terjadi dan melakukan perancangan tata letak fasilitas yang baru di Pabrik Tahu Dayid agar lebih efektif dan efisien.
Penelitian ini menggunakan metode BLOCPLAN untuk mengatasi permasalahan tata letak fasilitas yang terjadi pada Pabrik Tahu Dayid. Data diperoleh dengan melakukan pengukuran jarak antar departemen/fasilitas, menyusun layout awal, perhitungan Ongkos Material Handling, membuat Activity Relationship Chart, menghitung Total Closeness Rating. 20 iterasi dilakukan menggunakan BLOCPLAN90, terdapat 3 kriteria pemilihan layout, yaitu Adjacency score, Rel-dist score, dan R-score. Nilai R-score tertinggi (mendekati 1) merupakan nilai efisiensi terbaik dari alternatif layout yang dihasilkan.
Hasil penelitian dengan metode BLOCPLAN menghasilkan 20 alternatif tata letak. Iterasi layout usulan A yang memiliki R-score tertinggi adalah iterasi ke-3 dengan nilai 0,79. Iterasi layout usulan B yang memiliki nilai R-score tertinggi adalah iterasi ke 8 dengan nilai 0,68. Total momen perpindahan pada layout usulan A adalah 320.315 m/tahun dengan OMH/tahun sebesar Rp 13.767.454,27/tahun dan total momen perpindahan pada layout usulan B adalah 413.104 m/tahun dengan OMH/tahun sebesar Rp 17.474.494,75/tahun. Penurunan OMH terjadi pada alternatif layout usulan yang awalnya layout awal memiliki total momen perpindahan sebesar 428.329 m/tahun dengan OMH/tahun sebesar Rp26.496.666,67. Persentase penurunan OMH pada layout usulan A adalah 48,04%/tahun dan persentase penurunan OMH pada layout usulan B adalah 34,05%/tahun.
Layout usulan A dipilih menjadi layout perbaikan dengan nilai total momen perpindahan dan OMH paling rendah. Implementasi layout usulan A memerlukan biaya pembongkaran sebesar Rp 1.535.176,61. Biaya pembongkaran dapat dikembalikan dari nilai investasi layout usulan selama 1,44 bulan berdasarkan penurunan/penghematan OMH layout usulan A sebesar 48,04% dengan nilai keuntungan Rp 12.729.212,39/tahun. Penurunan OMH ini berdampak baik bagi Pabrik Tahu Dayid untuk meminimalkan biaya proses produksi
Strategi Mitigasi Risiko Rantai Pasok Internal pada Teh Botol Kemasan Kaca dengan Integrasi Metode House of Risk (HOR) dan Analytic Network Process (ANP) (Studi Kasus PT XYZ)
Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan di Indonesia. Teh banyak digemari oleh masyarakat karena teh menjadi salah satu minuman penyegar dengan rasa dan aroma yang khas. Seiring dengan berkembangnya teknologi, teh sudah banyak diolah menjadi suatu produk untuk meningkatkan nilai tambah, salah satunya teh botol. Perusahaan yang memproduksi teh botol adalah PT XYZ. Proses produksi yang terjadi dalam perusahaan merupakan bagian dari rantai pasok internal. Aktivitas rantai pasok internal yang terjadi di PT XYZ tidak terlepas dari risiko yang dapat mengganggu proses produksi seperti seperti perubahan dalam penjadwalan produksi. Hal ini dapat disebabkan oleh permintaan konsumen yang tidak pasti sehingga dapat berpengaruh dalam penentuan kebutuhan bahan baku. Oleh karena itu, penerapan manajemen risiko dalam kegiatan rantai pasok internal diperlukan untuk meminimalkan kerugian bagi perusahaan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi risiko dan agen risiko, menganalisis tingkat prioritas agen risiko yang terdapat pada proses rantai pasok internal, menganalisis bobot dari tingkat kesulitan tindakan mitigasi risiko, serta menentukan ranking prioritas strategi mitigasi risiko yang disarankan pada rantai pasok internal di PT XYZ.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah House of Risk (HOR) dan Analytic Network Process (ANP). Metode HOR 1 digunakan untuk memprioritaskan agen risiko yang perlu untuk dilakukan tindakan pencegahan berdasarkan nilai Aggregate Risk Potential (ARP) terbesar, sedangkan HOR 2 digunakan untuk menentukan strategi mitigasi yang tepat. Bobot tingkat kesulitan strategi mitigasi tersebut ditentukan menggunakan metode ANP. Penelitian ini menggunakan tiga jenis kuesioner yang diisi oleh tiga responden pakar, yaitu bagian pengadaan bahan baku, bagian quality control, dan bagian produksi. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kuesioner HOR 1, kuesioner HOR 2, dan kuesioner ANP.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 13 kejadian risiko dan 12 agen risiko pada rantai pasok internal teh botol di PT XYZ. Agen risiko prioritas yang memiliki nilai % kumulatif ARP sebesar 80%, adalah permintaan konsumen yang tidak pasti (A2), peramalan permintaan yang kurang akurat (A1), kesalahan dalam setup mesin (A7), kesalahan dalam setting waktu penyeduhan (A6), kesalahan dalam pendataan bahan baku (A3), error pada mesin pencetak kode produksi dan tanggal kadaluarsa (A10), perlakuan penyimpanan bahan baku oleh pekerja yang tidak sesuai Standard of Procedure (SOP) (A5), dan alat transportasi yang rusak (A4). Agen risiko yang menjadi prioritas tersebut kemudian menjadi dasar dalam penyusunan tindakan mitigasi. Prioritas mitigasi risiko, yaitu penggunaan sistem peramalan berbasis software (PA2), penggunaan sistem pendataan bahan baku berbasis software (PA6), melakukan maintenance secara berkala (PA7), meningkatkan komunikasi dan koordinasi dengan armada pengiriman (PA11), serta memberikan evaluasi dan peringatan pada bagian penyimpanan (PA8)
Analisis Penentuan Jumlah dan Pemilihan Supplier Menggunakan Metode Decision Tree dan Analytic Hierarchy Process (Studi Kasus CV. Bagus Agriseta Mandiri)
Apel merupakan komoditas pertanian yang menjadi tulang punggung perekonomian bagi petani dan pemerintahan kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data statistik dinas pertanian kota batu, jumlah produksi pertahun buah apel mencapai 43.000 ton pada tahun 2020. Akibat ketersediaan buah apel yang melimpah diperlukan pengolahan lebih lanjut untuk menambah nilai ekonomi buah apel sekaligus memperpanjang umur simpan. Melihat peluang olahan buah apel yang cukup besar, masyarakat kota Batu mulai mendirikan industri rumah tangga atau industri kecil sebagai bentuk pemanfaatan buah apel yang melimpah untuk dijadikan bahan baku utama. Salah satunya yaitu CV. Bagus Agriseta Mandiri yang berdiri pada tahun 2001. Perusahaan ini bergerak pada bidang agroindustri hilir yaitu subsektor industri yang mengolah hasil budidaya buah ataupun sayur. Karena produk unggulan yang ditawarkan perusahaan seluruhnya merupakan produk olahan dengan bahan baku apel maka kebutuhan bahan baku akan buah apel untuk kegiatan produksi cukup tinggi namun umur simpan bahan baku yang relatif singkat. Akibatnya perusahaan sangat bergantung kepada supplier untuk dapat menjamin ketersediaan dan kualitas bahan baku. Oleh sebab itu diperlukan analisis penentuan jumlah dan pemilihan supplier guna meminimalisir risiko kegagalan pasokan dan mendapatkan supplier handal yang sesuai dengan kriteria perusahaan.
Tujuan penelitian ini agar dapat mengidentifikasi risiko kegagalan pasokan bahan baku buah apel yang terjadi akibat supplier dan penilaian supplier berdasarkan kriteria yang diinginkan perusahaan. Selain itu, disusun usulan jumlah dan pemilihan supplier berdasarkan risiko kegagalan pasokan dan kriteria untuk mendapatkan supplier yang handal. Metode penelitian ini menggunakan permodelan decision tree dan analytical hierarchy process. Decision tree digunakan untuk menganalisa jumlah supplier dengan mempertimbangkan risiko kegagalan pasokan. Analytical hierarchy process digunakan untuk pemilihan supplier yang sesuai berdasarkan kriteria perusahaan sehingga mendapatkan peringkat supplier yang terintegrasi. Dengan kedua metode tersebut selanjutnya dapat disusun usulan jumlah dan pemilihan supplier sebagai upaya mengendalikan pasokan bahan baku buah apel dengan harapan dapat meminimalisir risiko kegagalan pasokan.
Hasil analisis menggunakan decision tree diperoleh jumlah supplier berdasarkan risiko kegagalan pasokan dan biaya kerugian yaitu dengan menggunakan 2 pemasok. Dalam penelitian ini, hasil jumlah pemasok didapatkan dalam kondisi ideal dimana pemasok dapat memenuhi kebutuhan seluruh jumlah bahan baku yang diperlukan perusahaan. Pada hasil analytical hierarchy process diperoleh peringkat supplier handal berdasarkan kriteria yang dipilih perusahaan yaitu harga, kualitas, pengiriman, pelayanan dan ketepatan jumlah. Pemeringkatan supplier dilakukan berdasarkan kinerja supplier terhadap kriteria dengan nilai bobot yaitu Supplier 3 sebesar 0.2994; Supplier 4 sebesar 0.1949; Supplier 5 sebesar 0.1877; Supplier 1 sebesar 0.1829 dan Supplier 2 sebesar 0.1351