50 research outputs found
Perbandingan nilai pemeriksaan hematokrit spesimen darah edta berdasarkan jenis tabung mikrokapiler dan waktu penundaan pemeriksaan
Volume sel darah merah dalam 100 ml darah (dL/ darah) yang kadar hasilnya
dinyatakan dalam persen (%) disebut dengan hematokit. Penentuan nilai hematokrit
metode mikrohematokrit menggunakan tabung mikrokapiler. Terdapat 2 jenis tabung
mikrokapiler yaitu tabung yang telah dilapisi heparin (tanda merah), dan juga tabung
mikrokapiler tanpa heparin (tanda biru). Penggunaan tabung mikrokapiler harus
diperhatikan dan sesuai dengan spesimen yang digunakan. Pemeriksaan hematokrit
harus segera dilakukan karena dapat memberikan hasil yang salah jika ditunda.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan nilai pemeriksaan
hematokrit spesimen darah edta berdasarkan jenis tabung mikrokapiler dan waktu
punundaan pemeriksaan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Quasi
Experimental Design dengan pendekatan Cross Sectional dengan 30 sampel dari
populasi Mahasiswa Tekhnologi Laboratorium Medis angkatan 2018. Hasil
pemeriksaan menunjukkan rata-rata kadar dengan tabung biru 39,76 dan tabung
merah 38,93 yang diperiksa segera, kemuadian rata-rata pada penundan 3 jam yaitu
40,76 pada tabung biru dan 39,73 pada tabung merah. Uji Statistik Independent
sampel t-test menunjukkan nilai pada pemeriksaan dengan tabung biru-merah yang
diperiksa segera 0,105 dan yang ditunda selama 3 jam 0,094 kemudian pada tabung
biru yang diperiksa segera dan ditunda 0,092 kemudian pada tabung merah 0,139.
Dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari semua perlakuan
karena nilai sig-2tailed yang didapatkan >0,05
Literature review : optimalisasi waktu pewarnaan giemsa 10% pada pemeriksaan mikroskopik malaria Literature review: analisis perbedaan kadar trigliserida perokok dan bukan perokok pada penderita diabetes melitus tipe 2 Gambaran profil hematologi pada pasien terkonfirmasi positif covid – 19 di RS PKU muhammadiyah gamping
Pasien yang terindikasi Covid-19 dengan gejala yang cukup berat mengalami
gangguan respon imun yang mengakibatkan peradangan pada tubuhnya. Karena itu
harus dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui adanya inflamasi agar
bisa segera dilaporkan sebagai jumlah kasus baru yang sudah terdeteksi sampai saat
ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran profil
hematologi pada pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di RS PKU Muhammadiyah
Gamping. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif
dengan menggunakan desain cross-sectional. Sampel penelitian menggunakan data
pasien yang diambil dari rekam medis pasien Covid-19 yang menjalani rawat inap
di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Besaran sampel yang dibutuhkan dalam
penelitian ini yaitu 50 responden. Hasil dari penelitian ini adalah Kelompok usia
dengan prevalensi tertinggi adalah usia 40 – 59 tahun dengan persentase 48%, dan
sedikit pada usia 80 – 89 tahun yaitu 2%. Kadar hemoglobin pada pasien Covid-19
dengan nilai terendah ialah 7.4 g/dl dan kadar haemoglobin tertinggi adalah 17.4
g/dl dengan rata – rata 13.39 dan standar deviasinya 2.23. Kadar leukosit terendah
dari 50 pasien Covid-19 adalah 3.600 ribu/mmk dan kadar tertinggi adalah 22.210
ribu/mmk dengan rata – rata 9.448 dan standar deviasinya 4.271. Kadar trombosit
terendah dari 50 pasien Covid-19 adalah 71.000 ribu/mmk dan kadar tertinggi
adalah 797.000 ribu/mmk dengan rata – rata 287.440 dan standar deviasinya
150.147. Kadar kadar neutrofil terendah dari 50 pasien Covid-19 adalah 49% dan
kadar tertinggi adalah 93% dengan rata – rata 79.34 dan standar deviasinya 9.28.
Kadar limfosit terendah dari 50 pasien Covid-19 adalah 4% dan kadar tertinggi
adalah 39% dengan rata – rata 13,72 dan standar deviasinya 7.21. Kadar NLR
terendah dari 50 pasien Covid-19 adalah 1.26 dan kadar tertinggi adalah 23.25
dengan rata – rata 7.71 dan standar deviasinya 4.95
Literature review: perbandingan hasil pemeriksaan hitung jumlah trombosit menggunakan antikoagulan edta berdasarkan waktu penundaan dan suhu penyimpanan
Hasil Pemeriksaan hitung jumlah trombosit dipengaruhi oleh faktor pra analitik,
analitik dan pasca analitik. Tahap pra analitik merupakan awal dari penanganan
sampel dan penanganan suhu dan waktu. Suhu dan waktu memiliki pengaruh yang
besar terhadap hasil pemeriksaan jumlah trombosit setelah pengambilan sampel,
sehingga standarisasi penyimpanan sangat penting, jika sampel darah tidak segera
diperiksa. Sampel pada penelitian perbandingan hasil pemeriksaan hitung jumlah
trombosit adalah darah vena dengan penambahan antikoagulan Ethylendiamine
Tetyraacetic Acid (EDTA) yang berfungsi untuk mencegah penggumpalan
trombosit berdasarkan pada waktu penundaan dan pada suhu penyimpanan. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu literatur review menggunakan 10
literatur jurnal penelitian dengan maksimal literatur terbitan 10 tahun terakhir dan
memenuhi kriteria inklusi maupun esklusi. Berdasarkan hasil analisis pemeriksaan
menunjukkan rata-rata penurunan sebesar 7,68% antara pemeriksaan hitung jumlah
trombosit yang segera diperiksa dan yang mengalami penundaan pada suhu ruang
18-28℃. Pada pemeriksaan hitung jumlah trombosit yang segera diperiksa dan
yang mengalami penundaan pada suhu lemari es 2-8℃ menunjukkan rata-rata
penurunan sebesar 6,89%. Hasil nilai rata-rata menunjukkan bahwa ada perbedaan
terhadap penurunan pada penyimpanan hitung jumlah trombosit antara suhu ruang
dibandingkan dengan suhu lemari es, yaitu pada suhu ruang sebesar 7,68% dan pada
suhu lemari es sebesar 6,89%. Adapun kesalahan yang mempengaruhi hasil
pemeriksaan jumlah trombosit pada umumnya karena kesalahan teknik pada tahap
analitik dan kesalahan non teknik pada tahap pra analitik dan pasca analitik. Peneliti
menyarankan untuk mengatasi kesalahan teknik yaitu dengan cara perbaikan
kesalahan secara sistematik agar diperoleh hasil laboratorium yang andal dan dapat
dipercaya. Adapun untuk mengatasi kesalahan non teknik dapat dilakukan dengan
memahami standar operasional prosedur pada setiap proses kegiatan dan untuk
penyimpanan spesimen sebaiknya didalam lemari es dengan alasan untuk menjaga
tidak terjadi pembekuan ulang dan hasilnya tetap stabil dan layak untuk digunakan,
karena lemari es mampu menjaga suhu antara 2-6°C dan untuk peneliti selanjutnya
supaya lebih banyak lagi yang mengangkat kasus proses penundaan pemeriksaan
jumlah trombosit agar bisa dijadikan bahan untuk literatur selanjutnya
ANALISIS HASIL KONTROL KUALITAS PEMERIKSAAN SGOT DAN SGPT DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KOTA YOGYAKARTA
Latar Belakang: Kontrol kualitas pemeriksaan laboratorium merupakan hal yang
seharusnya dilakukan agar hasil yang dikeluarkan dapat terbukti kebenarannya.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui presisi, akurasi serta grafik
kontrol Levey-Jennings dan aturan Westgard pada hasil kontrol kualitas
pemeriksaan SGOT dan SGPT di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan
pendekatan cross sectional. Hasil: Penelitian dilaksanakan di Laboratorium klinik
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Sampel yang digunakan yaitu
berupa data sekunder dengan menggunakan teknik total sampling yang diambil
pada bulan Juli-Desember 2019. Data yang diperoleh dianalisis nilai mean (rerata),
Standard Deviation (SD), Coefisient Variation (CV), bias (d%) serta grafik kontrol
Levey-Jennings dan aturan Westgard. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis
hasil kontrol kualitas pemeriksaan SGOT dari bulan Juli-Desember 2019 memiliki
presisi yang melebihi batas nilai CV maksimum yaitu >7% pada bulan Desember
sebesar 7,15%, sedangkan pemeriksaan SGPT memperoleh nilai CV yang melebihi
batas maksimum pada bulan September 8,77%, November 9,53% dan Desember
8,28%. Sedangkan nilai akurasi pemeriksaan SGOT dan SGPT berada dalam
rentang nilai bias ±10% serta tidak terjadi penyimpangan pada grafik kontrol Levey-
Jennings dan aturan Westgard. Simpulan: Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dapat disimpulkan bahwa terdapat 1 bulan pada kontrol SGOT dan terdapat 3 bulan
pada kontrol SGPT yang memiliki nilai CV yang melebihi batas maksimum yaitu
>7%. Nilai akurasi pemeriksaan kontrol SGOT dan SGPT masuk dalam rentang
nilai bias maksimum ±10% serta hasil evaluasi grafik kontrol Levey-Jennings
menggunakan aturan Westgard tidak ada nilai kontrol yang keluar dari ±2SD
Gambaran profil hematologi pada pasien demam berdarah dengue di RS PKU muhammadiyah gamping
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan yang saat ini jumlah penderita dan lokasi penyebarannya masih terus
berkembang di Indonesia. Menurut data World Health Organization (WHO),
Indonesia merupakan negara dengan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
tertinggi di Asia Tenggara sejak tahun 1968-2009 (Kementrian Kesehatan RI,
2011). Berdasarkan tingginya insidensi, penularan, dan angka kematian pada pasien
Demam Berdarah Dengue (DBD), maka tujuan penelitian ini Mendeskripsikan
gambaran profil hematologi pada pasien demam berdarah dengue di RS PKU
Muhammadiyah Gamping. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan
menggunakan desain cross-sectional. Populasi adalah seluruh pasien demam
berdarah dengue yang menjalani perobatan rawat inap pada bulan Januari hingga
Mei 2022 tahun 2021 di RS PKU Muhammadiyah Gamping. Sampel berjumlah 60
responden. Teknik pengumpulan data adalah dokumentasi. Analisis data deskriptif
dalam bentuk tabel dengan program Statistik SPSS. Kelompok usia dengan
prevalensi tertinggi adalah usia 40 – 59 tahun. Kadar haemoglobin pada pasien
Demam Berdarah Dengue (DBD) sebagian besar memiliki haemoglobin normal
yaitu 81.7%. Kadar hematokrit memiliki hematokrit normal yaitu 81.7%. Kadar
leukosit sebagian besar mengalami penurunan leukosit yaitu 63.3%. Kadar
trombosit rata – rata mengalami penurunan trombosit yaitu 90%. Perlu dilakukan
penelitian lebih mendalam untuk mendapatkan informasi mengenai faktor faktor
yang mempengaruhi profil hematologi pada pasien demam berdarah dengue
Literature review : hubungan tempat penampung air dengan kepadatan jentik nyamuk aedes aegypti sebagai vektor penyakit demam berdarah dengue
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan komplikasi dari demam Dengue yang memburuk disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Kepadatan jentik nyamuk Aedes aegypti dan tempat penampung air sebagai indikator penularan dan penyebaran DBD. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tempat penampung air dan kepadatan jentik nyamuk Aedes
aegypti dengan resiko penularan penyakit Demam Berdarah Dengue. Metode yang digunakan yaitu menggunakan systematic review dengan penelusuran 10 jurnal penelitian terdahulu yang memiliki persamaan topik dalam waktu terbit tahun 2011-
2021. Penelusuran jurnal dilakukan melalui Google scholar dan ScienceDirectdengan kata kunci “tempat penampung air, kepadatan jentik nyamuk Aedes aegypti,
dan resiko penularan penyakit demam berdarah dengue”. Hasil analisis penelitian ini terdiri dari 8 jurnal Indonesia dan 2 jurnal negara lain yang menunjukkan tidak ada hubungan tempat penampungan air dengan kepadatan jentik nyamuk Aedes
aegypti sebagai vektor penyebab penyakit demam berdarah dikarenakan jenis tempat penampungan air yang paling banyak terdapat jentik nyamuk Aedes aegypti adalah bak mandi, ember dan ban bekas serta pada setiap jenis TPA memiliki
tingkat kepadatan jentik Aedes aegypti yang berbeda
Literature review: Gambaran pravelensi infeksi kecacingan soil transmitted helminth pada anak usia 6-12 tahun
Infeksi kecacingan merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh pencemaran
parasit, sehingga dapat membehayakan tubuh manusia. Penyakit kecacingan
golongan nematoda usus inilah yang masih banyak menyerang di negara-negara
berkembang, jenis cacing ini biasa disebut dengan Soil Transmitted Helminths
(STH). Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis tingkat pencemaran infeksi
kecacingan STH pada anak usia 6-12 tahun. Metode Penelitian ini menggunakan
literature riview yang dilakukan dengan mengumpulkan data pustaka berdasarkan
kata kunci PICO yaitu Google Scholar dan PubMed. Jurnal yang diambil dengan
ketentuan tahun 2012-2022. Hasil penelusuran diperoleh 10 jurnal dengan infeksi
kecacingan Soil Transmitted Helminths (STH) pada anak usia dasar. Ditemukan
tingkat pravelensi kecacingan pada anak-anak masih rentan tinggi, cacing yang
sering menginfeksi yaitu cacing Ascaris lumbricoides dengan pravelensi tertinggi
pada penelitian ini yaitu 60% dan Trichuris trichiura dengan pravelensi tertinggi
yaitu 66,7%
LITERATURE REVIEW: PENGARUH SUHU DAN WAKTU TERHADAP MORFOLOGI TELUR Ascaris lumbricoides PADA FESES
Parasit merupakan organisme yang hidup di dalam makhluk hidup lain
(disebut inang) dengan menyerap nutrisi, tanpa memberi bantuan atau manfaat
lain padanya. Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan cacing golongan
nematoda usus yang menginfeksi manusia, salah satu penyebab terjadinya infeksi
kecacingan adalah Ascaris lumbricoides dimana penularannya melalui perantara
tanah dan menyebabkan penyakit ascariasis. Infeksi ascariasis mempunyai gejala
lemah, lesu, pucat, kurang bersemangat, berat badan menurun, batuk, kurang
konsentrasi dalam belajar, dan sering terjadi pada anak-anak, karena kurangnya
menjaga kebersihan terutama mereka seringkali bermain dengan media tanah
sehigga rentan untuk terkena infeksi ascariasis. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh suhu dan waktu terhadap morfologi telur Ascaris
lumbricoides pada sampel feses. Metode yang digunakan pada penelitian ini
adalah literature review dimana mencari artikel maupun jurnal penelitian,
penelusuran literature review ini menggunakan database google scholar, Pubmed
dengan metode PICO dan, Sience direct. Hasil berdasarkan literature review
didapatkan perbedaan morfologi telur Ascaris lumbricoides pada feses yang
dilakukan pemeriksaan secara langsung dan tidak langsung dengan suhu
optimum, menggunakan metode ekstraksi dengan suhu 14,9 - 33°C selama 181
hari, ataupun dengan metode pemeriksaan sedimentasi yang diinkubasi terlebih
dahulu dengan suhu 8°C selama 8 hari. Disimpulkan bahwa suhu dan waktu dapat
membuat morfologi telur Ascaris lumbricoides pada sediaan sampel feses dapat
rusak jika tidak ditangani dengan benar dan hati-hati. Peneliti menyarankan untuk
melakukan penelitian mengukur spesifitas dan efektifitas dalam penyimpanan
suhu untuk Ascaris lumbricoides, agar dapat dijadikan sumber pembelajaran
untuk kedepannya dan dapat dijadikan bahan literature
LITERATURE REVIEW: PENGARUH PEMBERIAN VARIASI VOLUME DARAH DAN JENIS ANTIKOAGULAN TERHADAP HASIL PEMERIKSAAN PROTRHOMBIN TIME (PT)
Pemeriksaan PT merupakan screening koagulasi untuk menilai pembekuan darah
jalur ekstrinsik dan jalur besama, yaitu aspek V, VII, X, Protombin dan Fibrinogen.
Pemeriksaan PT menggunakan sampel darah dan jenis antikoagulan natrium sitrat
dengan perbandingan 9:1. Perbandingan yang tidak tepat dapat menyebabkan hasil
pemeriksaan PT memanjang atau memendek. Volume darah yang terisap tidak
cukup biasanya terjadi saat memakai evacuated blood tube. Volume darah yang
terisap kurang dari jumlah yang dikehendaki, sementara takaran antikoagulan yang
ada didalam tabung telah disesuaikan dapat menyebabkan perbandingan
antikoagulan dan darah yang tidak tepat. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian literature review dengan pola pencarian PICO. Pencarian literatur
dilakukan melalui dua database yaitu PubMed NCBI dan Google Scholar. Jurnal
yang digunakan pada penelitian ini minimal tahun 2010 dengan jenis penelitian
eksperimental. Variasi volume darah pemeriksaan PT pada pasien normal dan TAO
menggunakan antikoagulan Na Sitrat konsentrasi 3,2% dan 3,8% dengan
perbandingan 9:1; dan 8:1, didapatkan rata-rata hasil normal. Variasi volume darah
pada perbandingan 7:1, 6:1, dan 5:1 didapatkan rata-rata hasil yang memanjang.
Berdasarkan hasil penelitian literature review yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pemberian variasi volume darah terhadap
hasil pemeriksaan PT perbandingan 7:1, 6:1 dan 5:1 pada pasien normal maupun
pasien TAO. Jenis antikoagulan yang dapat digunakan pada pemeriksaan PT adalah
natrium sitrat 3,2 % atau 3,8%
SYSTEMATIC REVIEW: TROMBOSITOPENIA PADA PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISA
Latar Belakang: Penyakit gagal ginjal kronik (GGK) dapat ditandai dengan adanya
kelainan struktural atau fungsional yang terjadi lebih dari 3 bulan. Pasien gagal ginjal
kronik dengan stadium tertentu diharuskan menjalani terapi pengganti ginjal seperti
hemodialisa. Pemeriksaan penunjang untuk pasien hemodialisa dapat dilakukan
dengan pemeriksaan hematologi seperti pemeriksaan jumlah trombosit. Penurunan
jumlah trombosit dibawah 150.000 permikroliter darah disebut dengan
trombositopenia. Penurunan jumlah trombosit sampai dengan terjadinya
trombositopenia sering terjadi pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa.
Tujuan Penelitian: Mengetahui adanya trombositopenia pada penyakit gagal ginjal
kronik dengan hemodialisa. Metode Penelitian: Metode yang digunakan pada
penelitian ini yaitu Systematic Review dengan menggunakan metode PICO sebagai
metode dalam pencarian jurnal. Hasil Penelitian: Menurut kategori jenis kelamin
pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa terbanyak adalah laki-laki, sedangkan
menurut kategori usia terbanyak pada rentang usia 39-64 tahun dan terdapat
penurunan jumlah trombosit sampai dengan terjadinya trombositopenia pada pasien
gagal ginjal kronik dengan hemodialisa, hal tersebut dikaitkan dengan adanya faktor
pemberian heparin yang berulang pada saat proses hemodialisa sehingga
mengakibatkan respon imunologis serta adanya pengaruh perbedaan membran
dialyzer yang digunakan pada saat proses hemodialisa. Kesimpulan: Adanya
penurunan trombosit sampai dengan terjadinya trombositopenia pada pasien gagal
ginjal kronik dengan hemodialisa. Saran: Bagi peneliti selanjutnya perlu
dilakukannya penelitian yang lebih mendalam guna adanya keterbaruan mengenai
abnormalitas jumlah trombosit pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa dengan memperhatikan kategori lamanya frekuensi hemodialisa, jenis
heparin, penyakit penyerta, stadium gagal ginjal kronik, parameter fungsi trombosit
dan adanya upaya dari petugas kesehatan untuk melakukan pengontrolan ketat
pemberian heparin dan memperhatikan jenis membran dialyzer yang tepat bagi
pasien