175 research outputs found

    Conventional Market Brand Equity: How It Affects Visiting Intention

    Get PDF
    The aim of this research is to investigate the power of brand equity at a culinary centre in a traditional retail marketplace, assessing whether branding encourages customer visits. Questioners are distributed to visitors. 211 respondents competed the questionnaire survey forms correctly. The collected data were processed statistically using SmartPLS Version 3. The result of analysis reveals that the familiarity of the brand name directly influences brand associations in terms of service, product quality, price policy, and physical environment. Brand associations affect brand trust, and this, in turn, directly affects visit intention. Surprisingly, even though the physical environment of the marketplace has already been modernised by the local government through its revitalisation program, it is not effective in attracting customers. The study suggests that the intention to visit the marketplace stems from the brand name rather than the physical environment of the marketplace. Therefore, the marketplace should focus on developing a strong brand equity, then developing the favourable brand associations and building brand trust to ensure a steady flow of customers. Keywords: brand awareness, brand associations, brand trust, purchase/ visit intentio

    Budaya Spiritual: Persepsi Peziarah pada Makam Keramat Lelulur Sumedang

    Full text link
    Sikap keramat dalam anggapan suatu masyarakat adalah tempat yang dikeramatkan karena tempat bersemayamnya arwah leluhur yang memiliki kekuatan gaib. Pada suatu waktu di tempat keramat dijadikan pusat kegiatan religius, yakni upacara persembahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam situs religius ini, setiap tingkah laku manusia dikeramatkan yang diiringi suasana hati dan motivasi yang ditimbulkan oleh simbol-simbol sakral (keramat) dalam diri manusia.Situasi demikian itu terbentuk dalam kesadaran spiritual sebuah masyarakat. Sesungguhnya setiap individu memiliki persepsi yang berbeda terhadap tempat yang dikeramatkan. Hal ini sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Demikian pula terhadap makam keramat leluhur Sumedang yang kerap dikunjungi oleh banyak peziarah. Salah satunya makam keramat Pangeran Santri, Ratu Pucuk Umum, Pangeran Kornel, dan sebagainya

    Mitos Dan Nilai Dalam Cerita Rakyat Masyarakat Lampung

    Full text link
    Untuk mengungkapkan nilai-nilai luhur, sesungguhnya terdapat di dalam cerita rakyat, antara lain nilai-nilai luhur yang menyangkut tentang ajaran moral, harga diri, jati diri, kerja keras, tegang rasa, dan sebagainya. Nilai-nilai tersebut sangat baik ditanamkan dalam kehidupan kita, terutama kepada anak-anak sebagai penerus bangsa. Dalam tulisan mitos dan nilai dalam cerita rakyat masyarakat Lampung ini menggunakan pendekatan deskritif analisis content untuk menjelaskan cerita rakyat yang dikumpulkan. Data yang dikumpulkan tersebut disusun dan dianalisis, terutama dari segi struktur cerita dan nilainya. Selain itu dipergunakan metode komparatif analisis untuk membedakan jenis cerita dengan harapan dapat menyimak nilai-nilai luhur tersebut sebagai sistem pengendalian sosial yang dapat mewujudkan kehidupan yang tenteram, bersatu, dan harmonis. Dari tulisan ini kiranya dapat digarisbawahi betapa pentingnya nilai-nilai luhur tersebut di dalam kehidupan kita, terutama untuk anak agar berbudi pekerti sebagai pembentuk karakter bangsa

    PERANCANGAN DAN PABRIKASI MESIN PEMOTONG MATERIAL PLASTIK SEDOTAN DENGAN AIR CYLINDER BERBASIS PLC OMRON SYSMAC CP1E

    Get PDF
    Penerapan mesin otomatis pada skala industri dapat mengoptimalkan sumber daya manusia, efisiensi waktu dan kualitas yang dihasilkan juga sangat baik. Pada skala rumahan mesin otomatis juga dapat digunakan untuk mempermudah kegiatan sehar-hari. Dalam industri skala rumahan kegiatan memotong merupakan kegiatan yang memerlukan keakuratan dan efisiensi waktu yang baik, sehingga dirasa perlu adanya penerapan mesin otomatis pemotong dalam kegiatan industri rumahan tersebut. Dalam hal ini kami membuat suatu alat yang berguna untuk memotong sesuai ukuran suatu material atau plastick sedotan karena apabila mesin ini dikerjakan oleh manusia sangat membutuhkan banyak tenaga manusia. Alat ini bekerja menggunakan sistem air cylinder dengan control PLC dan sensor. cara kerja mesin ini adalah dengan mengisi material sedotan berdasarkan ukuran panjang dan diameter sedotan yang masuk, dimana ukuran sedotan terlalu Panjang dan akan di kurangi sesuai kebutuhan

    An Assessment of Cirebon’s Image As a Tourist Destination

    Get PDF
    Cirebon has a variety of popular tourist attractions such as the Kasepuhan Palace for cultural / historical tourism, the tomb of Sunan Gunung Djati for religious tourism, the Batik Trusmi tourist area for shopping tourism, and many restaurants that provide local food for culinary tourism. As such, Cirebon has a diverse image as a tourist destination. But efforts to measure the image of Cirebon as a tourist destination empirically have never been undertaken. This research was conducted to fill the lack of empirical studies on the image of Cirebon as a tourist destination. This study uses a qualitative approach to provide opportunities for respondents to freely express their opinions. Data collection was conducted via semi-structured interviews of 400 domestic tourists. Data were processed by listing the words and calculated the percentage of frequency of occurrence. The results show that Cirebon is perceived as a destination for historical tourism, culinary and batik shopping. The respondents were found to feel happy, comfortable and enthusiastic when traveling to Cirebon. The palace (keraton), Sunyaragi cave and Batik Trusmi tourist areas are perceived as Cirebon’s unique destinations. Keywords: destination image, qualitative approach, culinary tourism, historical touris

    Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi: Kinerja Dan Antisipasi Kebijakan Mendukung Swasembada Pangan Berkelanjutan

    Full text link
    Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) padi merupakan metoda alih teknologi kepada petani sebagai pembelajaran PTT guna mendukung program nasional peningkatan produksi dan swasembada beras di Indonesia. Konsepsi dan implementasi SL-PTT yang cenderung bersifat sentralistik menghambat penciptaan dan penerapan SL-PTT spesifik lokasi. Secara umum SL-PTT padi, yang telah di kembangkan hampir di seluruh provinsi di Indonesia belum memberikan hasil yang optimal baik dari aspek produktivitas dan adopsinya. Hal ini disebabkan adanya permasalahan inheren baik pada tataran konsepsi, implementasi program, dukungan kegiatan dan pendanaan. Disamping itu teknologi yang diterapkan pada SL-PTT masih konvensional belum merupakan inovasi yang betul-betul dapat mengungkit peningkatan produksi. Peningkatan produktivitas antara LL, SL dan non SL-PTT tidak jauh berbeda, yang menunjukkan bahwa sistem subsidi, pendampingan dan adopsi teknologi belum efektif. Upaya untuk meningkatkan produksi beras nasional melalui SL-PTT ke depan adalah dengan program aksi yang langsung berdampak nyata seperti intensifikasi padi dengan teknologi terobosan (penggunaan VUB dan padi hibrida serta tehnik tanam sebar langsung), ekstensifikasi padi di luar Jawa, rekayasa sosial dan kelembagaan petani, serta dukungan kebijakan pemerintah. Dalam prakteknya pemerintah harus bisa menjamin kelancaran akses modal, ketersediaan dan distribusi benih dan pupuk secara tepat untuk kebutuhan petani

    Analisis Kelayakan Finansial Lada Hitam (Studi Kasus di Propinsi Lampung)

    Full text link
    This study was implemented in 2002 and took place in Lampung Province,and then Sub-Province of North Lampung, as central production of Lampungblack pepper, was chosen as a research location. The objectives of study were:(i) to analyze the financial visibility of pepper farm, (ii) to identify the channel ofblack pepper marketing and its margin in each agent of marketing, and (iii)toanalyze the comparative and competitive advantages of black pepper. Researchused the method of structured survey. Primary data were collected from 60farmers, 15 merchants, 5 agents of processing, and exporters. While secondarydata were collected from Central Agency of Statistics, the Office of Estate Crops,and Institutions of Research related to this study. The financial visibility of pepperfarm was counted by using method of input-output analysis to get value ofBeneficial Cost Ratio (B/C Ratio), Net Present Value (NPV), and Internal Rate ofReturn (IRR). While the value of comparative and competitive advantages wereestimated by using method of Policy Analysis Matrix (PAM). Results showed that,period of pepper farm was 10 years where in the fourth year, pepper crop startedcreate production of Rp.7.682 million and earnings of Rp.4.376. In sixth year, itgave the highest production and earnings, namely Rp.9.849 million and Rp.7.816million, respectively. While in the tenth year, it reached the lower production ofRp.5.318 million and earnings of Rp.3.028 million/ha/year. At interest rate of 24percent, it took NPV of Rp.0.27 million per hectare with B/C Ratio of 1.02. At levelof input-output actual, break-even point of pepper farm reached IRR of 24,63percent. Eighty percent of farmers sold their black pepper to small collectingmerchant and the others (20%) sold to large collecting merchant. The smallcollecting merchant (90%) sold black pepper to large collecting merchant andthen large collecting merchant sold them to large merchant/exporter. The highestprofit margin successively happened at large collecting merchant (Rp.505), largemerchant/ exporter (Rp.500), and small collecting merchant (Rp.440)/kg pepperseed. The highest value of DRCR was happened in the sixth year, namely 0.22.While in fourth and eighth year, it reached DRCR of 0.32 and 0.30, respectively.At the other side, the value of competitive advantage also saw adequately, thatwas 0.41 (in fourth year), 0.20 ( in sixth year), and 0.30 (in eighth year)

    Daya Saing Komoditas Promosi Ekspor Manggis, Sistem Pemasaran Dan Kemantapannya Di Dalam Negeri (Studi Kasus Di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat)

    Full text link
    EnglishMangosteen export ranks first in that of fresh fruits. This fruit has comparative and comparative advantages for export markets. The research was conducted in September 2009 in Purwakarta Regency, West Java Province. Objectives this study were: (i) to analyze financial feasibility of mangostene farming, (ii) to analyze comparative and competitive advantages of mangosteen, and (iii) to assess the impacts of government policies and the influence of input and output price changes on the competitiveness of mangosteen in Indonesia. It applied a survey method using structured questionnaires. Primary data were collected from 20 mangosteen farmers, 5 merchants, and 2 exporters. Secondary data were collected from relevant agencies. Comparative and competitive advantages were estimated using a Policy Analysis Matrix (PAM). The results showed that profit of mangosteen farming could be determined after the sixth year after planting with production of 1.2 tons and profit of Rp 1.5 million per hectare. The highest production occurred in the 18th year with average production of 12.6 tons and benefit of Rp 68.5 million per hectare. Fruit production started decreasing in the 24th or 25th year. Results of PCR and DRC analyses showed values each of 0.40 and 0.19 implying that the mangostene farming having competitive and comparative advantages. Government policy on tradable inputs offered incentives to the farmers indicated by NPCI value of 0.76, but it had negative impact on mangostene price with NPCO value of 0.49. The government needs to pay attention to some indicators, such as those of trade and comparative and competitive advantages so that the mangostene farmers may benefit from them and get higher incomes.IndonesianSumbangan ekspor buah manggis beberapa tahun terakhir ini sangat besar dalam rangka meningkatkan devisa negara dan pendapatan petani. Ekspor manggis menempati urutan pertama ekspor buah segar ke mancanegara. Manggis Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yang nyata untuk pasar ekspor. Penelitian dilaksanakan pada Tahun 2009 pada bulan Septembar di Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat. Tujuan penelitian adalah : (i) menganalisis kelayakan finansial USAhatani manggis, (ii) menganalisis keunggulan komparatif dan kompetitif manggis, dan (iii) mengkaji dampak kebijakan pemerintah serta pengaruh Perubahan harga masukan dan keluaran terhadap daya saing manggis di Indonesia. Penelitian menggunakan metode survei terstruktur, wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner. Data primer dikumpulkan dari 20 petani manggis, 5 pedagang, dan 2 eksportir. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait. Kelayakan finansial USAhatani manggis dihitung secara sederhana. Sedangkan keunggulan komparatif dan kompetitif diestimasi dengan menggunakan metode Policy Analysis Matrix (PAM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada awal tahun memperoleh keuntungan yaitu pada tahun ke 6 dimana produksi mencapai 1,2 ton dengan keuntungan yang dicapai Rp. 1,5 juta per ha. Produksi tertinggi terjadi pada tahun ke 18 yaitu 12,6 ton per ha, dengan keuntungan yang dapat dicapai Rp. 68,5 juta dan mengalami penurunan pada tahun ke 24 hingga 25. Hasil analisis nilai PCR sebesar 0.40 dan DRC 0.19 menyiratkan bahwa sistem komoditi ini juga memiliki keunggulan kompetitif maupun komparatif. Kebijakan pemrintah pada faktor produksi yang dapat diperdagangkan terbukti memberikan insentif kepada petani manggis seperti diukur dari nilai NPCI (0,76) kurang 1, dan kebijakan terhadap harga manggis berdampak negatif dengan nilai NPCO (0,49) lebih kecil dari 1. Untuk kedepannya pemerintah perlu meluangkan perhatiannya sebagai pengambil kebijakan untuk mencermati beberapa indikator antara lain indikator perdagangan, serta indikator keunggulan kompetitif dan komparatif sehingga peluang untuk memanfaatkan Perubahan tersebut dapat direalisasikan agar kesejahteraan petani manggis khususnya lebih terjamin

    Analisis USAhatani dan Keragaan Marjin Pemasaran Jeruk di Kabupaten Karo

    Full text link
    Marketing institute is one of the important factor in horticulture agribusiness andone of the including the pledge commodity of is orange. This article aim to wish toknow earnings of farmer and margin marketing of orange in Sub-Province of Karo .Result of analysis of farming show the existence of advantage in this commodityconducting, this matter isn't it from ratio of R/C to 2, 97. Acquirement of marketingmargin between institutes of marketing in concerned tend to vary and lame.Acquirement of the marketing margin at modern market, retailer, interislandmerchant, and merchant of mains market each of Rp 4.300 / kg, Rp 900 / kg, Rp 350/kg, and Rp 1.000 /kg. Whereas acquirement of marketing margin at merchant ofcompiler of and countryside of perkoper equal to Rp 150 / kg and of Rp 125 /kg.Mount share farmer of orange to institute of marketing of modern market, retailer,merchant of mains market and interisland merchant each of 10%, 17, 14%, 24,0%,and 28,57%. While to institute of marketing of merchant of compiler of andcountryside of perkoper equal to 80% and 72,73%. Economical, orange still profit.This advantage still improved potential corrected the production system of so that theproductivity of can be improved. To be expected by this production process canimprove quality and amount especially higher level super ordinate again so that haveopportunity to access to market the broaderness, especially export
    • …
    corecore