44 research outputs found

    PERANCANGAN PROGRAM SISTEM PENGKODEAN FITUR PRODUK (CODING SYSTEM) METODE OPITZ DENGAN MENGGUNAKAN PRO/ENGINEER

    Get PDF
    Produksi massal merupakan salah satu aktifitas dalam dunia industri yang sangat dominan, berkisar 60-80% dari semua aktifitas produksi. Kesulitan utama yang sering ditemui dalam produksi massal adalah menghasilkan sebuah produk, dengan varian yang cukup banyak, sehingga desainer harus merancang sebanyak jumlah varian yang diinginkan. Salah satu tahap perancangan adalah penggambaran komponen, baik secara manual maupun berbantuan software CAD. Jika ingin menggambar varian komponen yang bentuk dan dimensinya hampir sama dengan komponen yang sudah digambar, desainer harus mencari file gambar tersebut berdasarkan nama gambar yang sudah diberikan sebelumnya. Setelah menemukannya, barulah desainer dapat melakukan penggambaran ataupun pengembangan dari gambar tersebut. Proses mencari file gambar, sampai penggambaran ulang membutuhkan waktu yang cukup lama, apalagi jika komponen yang akan dirancang memiliki varian yang banyak. Hal ini tentu saja mempengaruhi biaya produksi, terkait dengan waktu produksi yang semakin lama sehingga produk tidak dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Group Technology (GT) merupakan filosofi dimana beberapa masalah adalah sama, masalah yang sama tersebut dikelompokkan lalu dibuat sebuah pemecahan tunggal untuk mengatasi hal tersebut sehingga menghemat waktu dan tenaga. Dalam aplikasinya, GT bermanfaat untuk mengoptimasi perencanaan dalam proses manufaktur, karena bentuk yang sama mengacu pada proses manufaktur sama untuk material yang sama. Sistem pengkodean Opitz (Opitz Coding System) dalam GT sangat membantu dalam mengetahui golongan suatu komponen, sehingga desainer dapat dengan mudah mengidentifikasi komponen yang sudah ada maupun yang baru. Hal ini dikarenakan, semua komponen yang mempunyai kemiripan bentuk dan dimensi akan digolongkan. Berdasarkan permasalahan tersebut, dilakukan perancangan program sistem pengkodean Opitz dengan menggunakan Pro/Engineer, yang bertujuan untuk mereduksi jumlah gambar melalui standarisasi, serta mereduksi proses menggambar ulang produk yang sudah ada. Dalam pembuatan program ini, terlebih dahulu dilakukan pemodelan komponen dengan fitur-fitur yang disesuaikan dengan sistem Opitz menggunakan Pro/Engineer Selanjutnya membuat pengelompokan fitur-fitur ke dalam 5 digit kode berdasarkan kemiripan fitur dasar dari komponen tersebut. Kelima digit tersebut terdiri dari: part class, external shape and elements, internal shape and elements, plane-surface machining, dan auxiliary holes and gear teeth. Setelah itu dilakukan pembuatan program dengan menggunakan Pro/Program, sehingga desainer hanya perlu menginput 5 digit kode sesuai dengan varian komponen yang diinginkan. Setelah program selesai, dilakukan verifikasi terhadap program tersebut, untuk mengetahui apakah program yang dibuat sesuai dengan kebutuhan. Hasil keluaran program berupa gambar model 3D, sehingga desainer hanya perlu melakukan modifikasi dimensi atau menambahkan fitur lain yang tidak terdapat dalam sistem kode. Selanjutnya komponen tersebut dapat langsung ditampilkan dalam bentuk gambar kerja, beserta dimensi dan penjelasan lainnya. Dengan program ini, desainer lebih mudah dalam membuat gambar komponen yang mempunyai kemiripan fitur dasar tanpa harus menggambar dari awal sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga serta mendukung proses pengembangan produk

    ANALISIS RELIABILITAS PADA SISTEM PRODUKSI LAMPU DEPAN HONDA SUPRA DI PT. XYZ.

    Get PDF
    PT. XYZ memproduksi spare part sepeda motor berbahan dasar polimer. PT. XYZ ingin mengidentifikasi sub sistem mana yang reliabilitasnya rendah, terutama di departemen produksi. Tujuan penelitian ini adalah mencari sub sistem dengan reliabilitas terendah pada periode tertentu yang dapat mempengaruhi reliabilitas sistem produksi. Analisis dilakukan pada divisi injection sampai dengan metalizing. Analisis tidak mencakup metal cutting dan forming pada divisi blanking, proses packaging, dan proses recycle plastik. Karena varian produk PT XYZ sangat banyak, pada penelitian ini diambil satu jenis produk yaitu Lampu Depan Honda Supra X-125.Metode analisis menggunakan Markov Model berbantuan software Weibull++ evaluation version dan CARMS freeware. Langkah pertama adalah menen¬tukan system effectiveness sistem produksi lampu depan Supra X-125. Sistem produksi tersebut adalah urutan proses pembuatan produk beserta mesin-mesin yang digunakan. Selanjutnya dilakukan functional breakdown sistem produksi, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi system effectiveness. Failure dan repair rate diperoleh dari hasil analisis Weibull++ berdasarkan data history card mesin yang digunakan. Pembuatan diagram Markov dan anali¬sa¬nya menggunakan software CARMS. Hasil analisis menunjukkan bahwa reliabilitas terendah dalam jangka waktu simulasi 30 hari terjadi pada sub sistem oven, divisi metalizing, yakni sebesar 0,676. Reliabilitas dari sistem produksi Lampu Depan Supra X-125 di PT. XYZ pada hari ke-30 adalah 0,5638

    PERANCANGAN SISTEM PENGKODEAN FITUR PRODUK (CODING) DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE PRO/ENGINEER

    Get PDF
    Salah satu tahapan dalam perancangan dan pengembangan produk adalah penggambaran komponen. Proses penggambaran yang dilakukan ada dua jenis, yaitu: pembuatan gambar baru dan pengembangan dari gambar yang sudah ada. Untuk menggambar komponen yang bentuk dan dimensinya hampir sama dengan gambar sebelumnya, desainer harus mencari file gambar tersebut berdasarkan nama gambarnya. Hal ini membutuhkan waktu lama sehingga dapat meningkatkan biaya perancangan. Oleh karena itu, dirancang sebuah program dengan mengaplikasikan sistem coding Group Technology, dimana komponen yang mempunyai kemiripan bentuk dan dimensi, dikelompokkan berdasarkan kesamaan fitur dasarnya. Jenis komponen yang menjadi obyek penelitian ini adalah poros alat/mesin pengolah bahan makanan. Poros dimodelkan dengan menggunakan Pro/Engineer berdasarkan fitur-fitur yang diperlukan, yaitu: bentuk poros (L/D), dengan/tanpa groove, dan jumlah tingkatan poros. Langkah selanjutnya, menentukan digit dari sistem coding berdasarkan penggolongan kemiripan fitur dasar dari masing-masing poros. Kemudian dilakukan pembuatan program dengan menggunakan Pro/Program, sehingga desainer hanya perlu menginput 3 digit kode sesuai dengan poros yang diinginkan. Software akan menampilkan model 3D dan gambar kerja dari poros tersebut, dan selanjutnya desainer dapat melakukan modifikasi lebih lanjut. Dengan program ini, desainer lebih mudah dalam membuat gambar komponen yang mempunyai kemiripan fitur dasar tanpa harus menggambar dari awal sehingga dapat menghemat waktu dan tenaga serta mendukung proses pengembangan produk

    ANALISIS FLEXIBLE ASSEMBLY LINE DENGAN MELAKUKAN VIRTUAL PROTOTYPING

    Get PDF
    Saat ini, sistem perakitan yang fleksibel dan otomatis (flexible assembly system) semakin memegang peranan yang penting karena masa pakai produk yang semakin pendek dan banyaknya jenis dari variasi dari produk yang diproduksi. Untuk menyelesaikan masalah-masalah balancing yang timbul pada flexible assembly line diperlukan analisis. Pada penelitian ini, flexible assembly line dimodelkan, disimulasikan, dan dianalisis dengan menggunakan virtual prototype. Flexible assembly line ini terdiri dari tiga station atau mekanisme yang mempunyai fungsi yaitu untuk melakukan aktivitas grasping, feeding, moving, serta aligning sebuah komponen yang berbentuk kubus, balok, silinder, atau bola dengan berbagai macam ukuran. Selain keempat aktivitas tersebut, tiga station tersebut juga mampu untuk melakukan joining dengan cara memutar komponen pada sumbunya. Kasus perakitan yang dibahas pada penelitian ini adalah merakit sebuah pegas ke dalam silinder berlubang dan kemudian menyambung sebuah baut ke silinder berlubang. Pada kasus ini, konfigurasi perakitan yang divariasikan adalah tata letak station dan operasi tiap station. Sedang tujuan yang ingin dicapai adalah mendapatkan waktu station yang sesuai agar tidak diperlukan buffer. Jika cycle time yang diinginkan adalah 8 detik maka dari hasil analisis didapatkan dua alternatif konfigurasi yang feasible. Model yang dibuat dan disimulasikan dapat memberikan gambaran flexible assembly line secara visual yang lebih riil dibandingkan hanya menggunakan simulasi biasa walaupun pemodelannya membutuhkan waktu yang lebih lama. Dengan melakukan simulasi virtual prototype dari flexible assembly line, kemungkinan kegagalan dari flexible assembly line seperti kemungkinan terjadinya tabrakan bisa diantisipasi sebelumnya. Selain itu analisis flexible assembly line ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah balancing yang mungkin terjadi dan kemudian mendapatkan beberapa alternatif pemecahan masalah tersebut sehingga pembuatan prototip fisik dapat diminimalkan dan mencegah kerugian yang besar baik dari segi waktu maupun dari segi biaya

    PERANCANGAN ALAT PEMBUAT SUSU KEDELAI UNTUK HOME INDUSTRY

    Get PDF
    Proses pembuatan susu kedelai dibagi menjadi 5 tahap, yaitu perendaman kedelai, pengupasan kedelai, penghancuran kedelai, penyaringan, dan pemasakan. Semua proses dilakukan secara manual (dengan tangan), kecuali proses penghancuran dengan menggunakan blender. Kendala bagi home industry susu kedelai antara lain: hasil cara pembuatannya kurang bersih dan kurang higienis, karena pemerasannya menggunakan tangan dan memerlukan tenaga yang besar. Akibatnya, warna susu kedelai kurang putih dan cepat busuk. Selain itu, kapasitas produksinya tidak dapat memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya membutuhkan waktu yang lama. Kapasitas blender hanya dapat menampung 200 gr kedelai (sesudah direndam) dengan volume air ± 1,5 liter. Untuk menghasilkan 15 liter susu kedelai, dibutuhkan waktu ± 2 jam. Oleh karena itu, dilakukan perancangan alat pembuat susu kedelai dengan spesifikasi: (1) Higienis. ; (2) Kapasitas blender diperbesar 10 kali. ; (3) Tahap penghancuran, penyaringan, dan pemasakan digabung menjadi satu tahap ; (4) Harga dibawah Rp. 2 juta ; (5) mudah digunakan dan dibersihkan. Berdasarkan ujicoba prototype, diperoleh kesimpulan bahwa alat ini mempunyai kapasitas 15 liter untuk sekali proses selama 45 menit, dengan bahan kedelai kering sebanyak 1 kilogram

    Pemodelan dan Simulasi Mekanik Perancangan Dongkrak Mobil Sedan Berpenggerak Motor Listrik

    Get PDF
    Dongkrak merupakan alat bantu yang harus ada pada setiap mobil. Masing-masing mobil sudah disediakan dongkrak dengan jenis yang beragam, tergantung jenis mobilnya. Pemakaian utama dari dongkrak adalah untuk membantu proses penggantian ban mobil. Beberapa jenis dongkrak yang sering ditemui antara lain dongkrak dengan sistem hidrolik, dongkrak ulir, dan sebagainya. Yang menjadi masalah, tidak semua pengemudi mobil terbiasa untuk mengganti ban. Proses penggantian ban kadang merupakan hal yang dirasa berat, apalagi jika ban harus diganti pada saat lalu lintas ramai, di jalanan yang sepi, ataupun di waktu hujan. Disamping banyak kesulitan dalam menempatkan dongkrak, proses pengangkatan mobil menggunakan dongkrak memerlukan waktu yang lama serta tenaga yang cukup besar. Hal ini disebabkan karena pengemudi harus menaik-turunkan tuas (untuk dongkrak hidrolis) atau memutar lengan engkol (untuk dongkrak ulir) berulang kali,sampai ketinggian yang dikehendaki. Oleh karena itu, dilakukan perancangan dongkrak mobil berpenggerak motor listrik sehingga dapat mempercepat proses pengangkatan mobil, serta tidak menimbulkan kelelahan karena melakukan gerakan yang sama berulang kali. Konsep perancangan dari dongkrak ini merupakan gabungan dari mekanisme dongkrak buaya dan dongkrak ketupat dan difokuskan pada mobil jenis sedan. Proses pemutaran lengan engkol pada dongkrak secara manual diganti dengan menggunakan motor listrik DC, dengan supply tegangan dari pemantik rokok pada mobil. Perancangan diawali dengan pengumpulan data tentang spesifikasi dongkrak pada mobil sedan dan motor listrik yang sesuai. Konsep perancangan dongkrak dimodelkan dengan menggunakan software Pro/Engineer Wildfire 3.0. Dengan menggunakan fitur Mechanism pada Pro/E, hasil assembly disimulasikan untuk mengetahui apakah pergerakan dan mekanismenya sudah sesuai. Karena menggunakan motor, maka harus dilakukan modifikasi pada dongkrak agar motor dapat ditempatkan dengan baik. Selanjutnya dilakukan analisis teknik dengan menggunakan Pro/Mechanica untuk mengetahui apakah dongkrak ini layak untuk digunakan. Dengan adanya pemodelan digital dan simulasi mekanik dengan menggunakan software CAD dapat diketahui bagian-bagian mana yang tidak bekerja dengan sempurna. Selain itu, perancangan dongkrak mobil sedan dapat dilakukan lebih mudah dan lebih cepat sehingga menghemat waktu dan biaya

    Redesain Mesin Pemarut Kelapa Mini untuk Mereduksi Biaya material dan Biaya Manufaktur

    Get PDF
    Proses memarut kelapa membutuhkan tenaga yang relatif besar dan skill khusus agar hasilnya baik dan tangan tidak terluka. Untuk memudahkan proses pemarutan, menjaga higienitas, serta meningkatkan kapasitas pemarutan pada rumah tangga dan industri kecil, sudah dirancang alat bantu atau mesin parut kelapa. Banyak alat pemarut kelapa dijual dengan harga bervariasi. Salah satu desain yang sudah beredar di pasar adalah mesin pemarut kelapa mini untuk industri kecil dan rumah tangga. Mesin ini didesain untuk meningkatkan keamanan pemakai, memudahkan proses pemarutan kelapa, meningkatkan kapasitas, serta menjaga higienitas dari kelapa parut. Akan tetapi, harga dari mesin pemarut kelapa mini masih relatif mahal dan masih dimungkinkan untuk dikurangi. Pada perancangan ini dilakukan redesain mesin pemarut kelapa mini untuk mengurangi biaya material dan biaya manufakturnya. Metode yang digunakan adalah melakukan perubahan bentuk dan dimensi untuk pada kerangka dan penyangga. Di samping itu juga dilakukan perubahan pada komponen penutup sehingga proses pembuatannya menjadi lebih mudah dan murah. Desain tersebut dievaluasi dengan metode DFM/DFA untuk menurunkan biaya manufaktur dan perakitan. Dengan melakukan redesain pada mesin pemarut kelapa mini ini, harga mesin dapat direduksi tanpa mengurangi fungsi dan efisiensiny

    The Influence of Annealing Temperature and Holding Time Near Glass Transition Temperature on the Tensile Strength of Fused Deposition Modeling Printed Polylactic Acid

    Get PDF
    Thermal annealing can be implemented to improve the mechanical strength of a 3D-printed object. The critical parameters of thermal annealing are temperature and holding time. Based on the literature review, the implemented annealing temperature affects the required holding time. As using a lower annealing temperature and holding time can reduce the required heat and increase the efficiency of the process, this research investigates the implementation of the annealing temperature near the glass transition temperature with a short holding time. The aim of this research is to investigate the influence of the thermal annealing temperature range of 65°C to 85°C and the holding time of 45 minutes to 75 minutes on the ultimate tensile strength of a polylactic acid part printed using fused deposition modeling. The experiment implemented a 32-factorial design methodology with two replications. The experiment results show that thermal annealing slightly above the glass transition temperature promotes higher interlayer diffusion of raster and layers, increasing ultimate tensile strength. Meanwhile, the investigated holding time does not influence the ultimate tensile strength of the annealed part. As the holding time range might not be able to accomplish the maximum crystallization for the annealing temperature range between 65°C and 85°C, further research is required to study the influence of a longer holding time on the ultimate tensile strength of the specimen annealed at a slightly above the glass transition temperature

    PERANCANGAN ULANG MESIN STUFFING RIBBON PADA PT. XYZ DENGAN METODE REVERSE ENGINEERING

    Get PDF
    Penggunaan mesin stuffing ribbon pada proses penggulungan pita printer di PT. XYZ saat ini dirasakan kurang maksimal. Selain produktivitas rendah, mesin ini membutuhkan operator relatif banyak dengan waktu idle cukup lama. Salah satu penyebabnya adalah proses pemotongan pita masih dilakukan secara manual, ditambah dengan layout mesin yang kurang ergonomis. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan perbaikan desain mesin stuffing ribbon yang sudah ada dengan menggunakan metode reverse engineering. Me¬to¬de ini diimplementasikan dengan bantuan software Pro/Engineer untuk memodelkan komponen dalam bentuk CAD model serta mengetahui geometri yang belum tersedia sebelumnya. Model CAD tersebut diperoleh melalui proses dismantling, pengukuran serta identifikasi informasi geometri komponen. Selanjut¬nya model CAD diguna¬kan untuk mengevaluasi, mengembangkan, serta menyimulasikan hasil ran¬cang¬an yang baru. Perancangan mesin stuffing ribbon dilakukan pada pengembangan jumlah liner, desain dudukan roll dan mekanisme penarik pita, serta desain mekanisme dan kontrol otomatis proses pemotongan pita. Dari hasil perancangan diperoleh desain mesin stuffing ribbon yang baru dengan spesifikasi: kapasitas mesin 1000 pcs/hari, dapat dioperasikan oleh 1 operator dengan waktu berhenti 2 detik, pemotongan dengan kawat neckline secara otomatis, daya motor 110 watt, dengan kisaran biaya prototip sebesar 4 juta rupiah

    Development of information technology assisted learning for improving the quality of learning in product design

    Get PDF
    Information technology plays an important role in the global world. The information technology has an effect on almost every sector including in education sector. This paper presents an overview of learning method in product design that is currently performed in Manufacturing Engineering at University of Surabaya and discusses about the development of information technology assisted learning for improving the quality of learning in product design. In the information technology assisted learning, the learning method evolves from classical learning to problem-based learning using information technology e.g. Computer, LCD, Intranet, and Internet. By implementing information technology assisted learning, students are driven to learn mostly by themselves and lecturer is functioned only as a facilitator
    corecore