7 research outputs found

    Isolasi Dan Karakterisasi Gen Sitrat Sintase Bakteri Pseudomonas Aeruginosa Dari Filosfer Hevea Brasiliensis Muell. Arg.

    Full text link
    Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri utama di dalam rizosfer yang mempunyai sifat-sifat yang dapat dimanfaatkan di dalam pertanian dan lingkungan. Bakteri tersebut mensekresikan asam organik yang dapat melepaskan fosfor dan melindungi akar dari keracunan aluminium. Sitrat merupakan asam organik yang dominan disekresikan oleh Pseudomonas di dalam tanah. Sitrat menujukkan afinitas terhadap aluminium dan menyediakan fosfor yang lebih tinggi dibandingkan asam organik lainnya. Asam organik ini disintesis dai sebuah reaksi antara aksaloasetat dan asetil KoA, dikatalisis oleh sitrat sintase (CS) di dalam siklus Kreb. Penelitian ini dilakukan untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi sitrat sintase dari Pseudomonas aeruginosa yang telah diisolasi dari permukaan daun tanaman karet. Primer spesifik untuk gen CCS didesain berdasarkan sekuen gen sitrat sintase beberapa bakteri yang disimpan di Genbank. Primer tersebut digunakan untuk mengamplifikasi gen CS dengan menggunakan mesin PCR. Gen CS telah berhasil diisolasi dari bakteri filosfere Pseudomonas aerugunosa. Gen CS Pseudomonas aeruginosa (PaCS) tersebut terdiri dari 1287 pb dan menyandikan 428 asam amino. PaCS mempunyai kesamaan asam amino yang tinggi dan hidrofobisitas dengan CS bakteri lainnya dan diduga mempunyai persamaan aktivitas enzim. Diterima : 11 April 2013; Disetujui : 17 September 2013 How to Cite : Tistama, R., Widyastuti, U., & Suharsono. (2013). Isolasi dan karakterisasi gen sitrat sintase bakteri Pseudomonas aeruginosa dari filosfer Hevea Brasiliensis Muell. Arg.. Jurnal Penelitian Karet, 31(2), 127-138. Retrieved from http://ejournal.puslitkaret.co.id/index.php/jpk/article/view/14

    Protein Lateks Hevea Brasiliensis Sebagai Fungisida Untuk Pengendalian Penyakit Tanaman

    Full text link
    Serum lateks tanaman karet mengandung berbagai jenis protein yang berkaitan dengan protein pertahanan terhadap patogen. Pemanfaatan protein-protein lateks tersebut sebagai produk pengendali jamur patogen masih terkendala oleh metode isolasi protein serum lateks yang memerlukan peralatan dan biaya yang mahal. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan metode isolasi protein lateks yang lebih sederhana dan menguji daya hambat protein-protein lateks tersebut terhadap pertumbuhan beberapa spesies jamur patogen pada tanaman pangan dan perkebunan. Pemisahan serum tertinggi diperoleh dari lateks yang dikoagulasikan dengan 37,5 mL asam format 5% tiap 1 liter lateks. Aseton, amonium sulfat dan Trichloric Acid (TCA) cukup efektif mempresipitasikan protein-protein di dalam serum lateks. Aseton dan amonium sulfat mempresipitasi protein masing-masing sebanyak 7,78 mg/mL dan 9,2 mg/mL serum, dan lebih tinggi dibandingkan TCA yaitu 5,56 mg/mL serum. Aktivitas enzimatik superoksid dismutase (SDO) protein hasil presipitasi dengan aseton dan amonium sulfat lebih tinggi dibandingkan protein hasil presipitasi dengan TCA, meskipun aktivitas SOD spesifik masing-masing perlakuan tidak berbeda nyata. Protein lateks memiliki daya hambat in vitro yang luas terhadap spesies jamur patogen yaitu 13,70% hingga 33,18% terhadap kontrol. Fusarium oxysporum, Collectrotichum capsici dan Rigodoporus microporus merupakan jamur patogen yang peka terhadap aktivitas protein-protein lateks

    Exploration and Characterization of Microorganisms From Rubber Seed and the Benefits for Rubber Plant Growth (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.)

    Full text link
    The object of this research are to explore the microorganisms from rubber seed to prevent seed pathogens and beneficial to the growth of rubber plant. The research was conducted in the protection laboratory and greenhouse Sungei Putih Research Center from September to December 2014, using completely randomized design non factorial with 7 treatments and 4 replications. The treatments used are microorganisms exploration of healthy rubber seed, ie M0 (control), M1 (Trichoderma sp.(a)), M2 (Trichoderma sp.(b)), M3 (Aspergillus sp.), M4 (Rhizopus sp.), M5 (Isolates BBK(a)), and M6 (isolates BBK(b)). The results showed that microorganisms exploration from the healthy rubber seed has significant effect on all parameters. The best results to inhibit seed pathogens in the laboratory is Aspergillus sp. at 81.27%. For germinate speed and plants height the best results are Trichoderma sp.(b) at 5.75 days and 28.90 cm. The best results for the length of the root is Trichoderma sp.(a) at 35.10 cm, and for the root weight is Aspergillus sp at 4,91 g. Trichoderma sp.(a), Trichoderma sp.(b), and Aspergillus sp. besides potential as biocontrol agents pathogenic seed by way of seed coating, also has potential as a stimulator of growth and biological fertilizer which can improve the quality of the rubber plant growth

    Effect of Ascorbic Acid to Recovery of Partial Tapping Panel Dryness (TPD) of Rubber Plant in the Clones of PB 260 and IRR of 42

    Full text link
    Effect of Ascorbic Acid to Recovery of Partial Tapping Panel Dryness (TPD) of Rubber Plant In The clones of PB 260 andIRR of 42,This aim of the research is to determine the effect of Ascorbic Acid to Recovery of Partial Tapping Panel Dryness (TPD) of clones PB 260 and IRR 42 rabber plant. This research was conducted at the research Estate and Physiological Laboratory of Balai Penelitian Sungei Putih, Pusat Penelitian Karet, Galang, Deli Serdang, Sumatra Utara, from May 2015 ­- October 2015, The research was designed by split plot with two factors. The main plot was clonesrubber plant (PB 260 and IRR 42), the subplot was treatments ascorbic acid(0 ppm, 150 ppm, 300 ppm, 450 ppm).Parameters measured were the levels of sucrose, inorganic phosphate, thiol, superoksidase dismutase (SOD), latex productivity and stoppage index.The results showed that clones PB 260 and IRR 42 rubber live significant different on production of latex. Application of Ascorbic acid him no significantly different on the levels of thiol, level of sukrosa,level of inorganic phosphate. The Interaction of the two treatment is significantly different with latex productivity

    Pengembangan Teknik Serologi untuk Deteksi Dini Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus Microporus) pada Tanaman Karet

    Full text link
    Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) yang disebabkan oleh Rigidoporus microporus merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman karet. Penyakit ini dapat menimbulkan kerugian besar karena mengakibatkan kematian tanaman dan tambahan biaya yang cukup tinggi untuk pengendalian penyakit tersebut. Oleh karena itu, USAha pencegahan melalui deteksi dini akan lebih efektif dan ekonomis dari pada pendekatan kuratif. Deteksi dini gejala penyakit JAP secara konvensional masih sulit dilakukan, dan baru diketahui secara pasti ketika serangan patogen sudah sampai pada tahap lanjut (stadia berat). Upaya mempercepat deteksi ini membutuhkan teknologi yang praktis dan mudah diadopsi oleh para pekebun. Perangkat teknologi untuk mendeteksi adanya materi protein dapat dilakukan melalui pemeriksaan antibodi yang berada di dalam serum. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan teknik serologis untuk mendeteksi gejala serangan dini penyakit jamur akar putih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi antibodi untuk mendeteksi JAP dapat diperoleh dengan mengimunisasi ayam petelur dengan ekstrak kasar fruiting body (AgF) atau miselium (AgM) sebanyak dua kali dengan interval 3 hari. Antibodi hasil reaksi inokulasi ekstrak badan buah (AbF) dan ekstrak miselium (AbM) dapat mengenali AgM dan AgF dengan tingkat reaksi yang berbeda. AbM tidak dapat secara spesifik mendeteksi adanya infeksi JAP melalui daun dan kurang sensitif mendeteksi miselium di tanah. Sebaliknya AbF dapat mendeteksi tanaman terserang JAP melalui daun dan dapat mendeteksi miselium di dalam tanah

    Pengembangan Teknik Serologi untuk Deteksi Dini Penyakit Jamur Akar Putih (Rigidoporus Microporus) pada Tanaman Karet

    Get PDF
    Penyakit Jamur Akar Putih (JAP) yang disebabkan oleh Rigidoporus microporus merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman karet. Penyakit ini dapat menimbulkan kerugian besar karena mengakibatkan kematian tanaman dan tambahan biaya yang cukup tinggi untuk pengendalian penyakit tersebut. Oleh karena itu, USAha pencegahan melalui deteksi dini akan lebih efektif dan ekonomis dari pada pendekatan kuratif. Deteksi dini gejala penyakit JAP secara konvensional masih sulit dilakukan, dan baru diketahui secara pasti ketika serangan patogen sudah sampai pada tahap lanjut (stadia berat). Upaya mempercepat deteksi ini membutuhkan teknologi yang praktis dan mudah diadopsi oleh para pekebun. Perangkat teknologi untuk mendeteksi adanya materi protein dapat dilakukan melalui pemeriksaan antibodi yang berada di dalam serum. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan teknik serologis untuk mendeteksi gejala serangan dini penyakit jamur akar putih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi antibodi untuk mendeteksi JAP dapat diperoleh dengan mengimunisasi ayam petelur dengan ekstrak kasar fruiting body (AgF) atau miselium (AgM) sebanyak dua kali dengan interval 3 hari. Antibodi hasil reaksi inokulasi ekstrak badan buah (AbF) dan ekstrak miselium (AbM) dapat mengenali AgM dan AgF dengan tingkat reaksi yang berbeda. AbM tidak dapat secara spesifik mendeteksi adanya infeksi JAP melalui daun dan kurang sensitif mendeteksi miselium di tanah. Sebaliknya AbF dapat mendeteksi tanaman terserang JAP melalui daun dan dapat mendeteksi miselium di dalam tanah
    corecore