2 research outputs found

    STUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN MANGROVE DI KUPANG

    Get PDF
    Studi etnobotani berguna untuk menganalisis pemanfaatan jenis dan bagian tumbuhan mangrove secara kuantitatif berdasarkan indeks signifikansi budaya (Index of Cultural Significance) masyarakat pesisir. Penelitian dilakukan di area mangrove Taman Wisata Mangrove Kelurahan Oesapa, Pantai Manikin, Pantai Sulamanda Desa Mata Air, Desa Kelapa Tinggi di Kelurahan Tarus, Desa Oebelo dan Desa Pariti. Pengumpulan data menggunakan metode survei lapangan, observasi dan teknik wawancara semi-terstruktur tentang tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan dan cara pengolahan terhadap masyarakat yang ada di sekitar hutan mangrove. Hasil wawancara diperoleh bahwa terdapat 6 (enam) spesies mangrove major, yakni: Avicennia marina, Sonneratia alba, Bruguiera parviflora, Ceriops tagal, Rhizophora apiculata, dan R. mucronata, dan 1 (satu) spesies mangrove asosiasi, yakni Nypa fruticans. Berdasarkan nilai Indeks Signifikansi Budaya (ICS), R. mucronata memiliki nilai ICS tertinggi (708), yaitu sebagai indikator lingkungan (340) dan bahan bangunan (320). A. marina, nilai ICS 114, terutama pemanfaatannya untuk bahan obat (108), dan S. alba bernilai ICS 54, terutama sebagai  pengganti sirih (12). Mangrove digunakan sebagai indikator lingkungan, kayu bakar, bahan bangunan, bahan obat, kegiatan pertanian, berkaitan dengan mitos, pengganti sirih, pembuatan garam, bahan perahu, pembuatan sirup dan pakan ternak.The ethnobotanical study is useful for analyzing the quantitative utilization of the species and parts of the mangrove plants, based on the Index of cultural significance (ICS) in the coastal communal. Research sites were Mangrove Tourism Park Oesapa Village, Manikin Beach, Sulamanda Beach Mata Air Village, and Kelapa Tinggi village in Tarus Subdistrict, Oebelo village also Pariti village. The data collection uses field survey methods, observation, and semi-structured interview techniques about plants, plant parts used, and processing methods. Interview results obtained 6 (six) species of major mangrove species: Avicennia marina, Sonneratia alba, Bruguiera parviflora, Ceriops tagal, Rhizophora apiculata, and R. mucronata, and 1 (one) associate mangrove species: Nypa fruticans. Based on ICS values, R. mucronata has the highest ICS value of 708 as an environmental indicator (340), building materials (320) and firewood (48). A. marina, with ICS scores of 114 uses for medicines (108), and S. alba the ICS is 54, especially as betel substitute (12). The community uses the mangroves as environmental indicators, firewood and construction materials, medicines, agricultural activities, related to myths, betel substitutes, making salt, boat materials, syrup, and livestock feed. &nbsp

    ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PENYAKIT ICE-ICE PADA RUMPUT LAUT JENIS Kappaphycus alvarezii (Doty) Doty HASIL KULTUR JARINGAN YANG DIBUDIDAYA DENGAN METODE YANG BERBEDA DI PERAIRAN TABLOLONG

    Get PDF
    Abstrak - Budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii telah dimulai di Perairan Tablolong sejak 1999 dan berkembang pesat.  Masalah muncul dan menurunkan produksi rumput laut di Desa Tablolong sejak munculnya fenomena penyakit ice-ices sejak sekitar tahun 2007.  penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pertumbuhan dan insiden penyakit pada rumput laut Kappaphycus alvareziii hasil kultur jaringan yang  dibudidaya dengan metode yang berbeda di Perairan Tablolong. Sampel penelitian adalah Kappahycus alvarezii hasil kultur jaringan yang dibudidaya di perairan Desa Pukuafu, Rote. Penelitian dilakukan pada September-November 2020.  Metode yang digunakan adalah metode eksperiman budidaya di lapangan dengan menggunakan metode lepas Dasar dan Longline. Data diambil setiap minggunya selama 7 minggu pemeliharaan.  Data yang diambil adalah berat basah dan pengamatan serta perhitungan terhadap insiden penyakit ice-ice. Analisis data dilakukan dengan menghitung pertumbuhan spesifik, pertumbuhan absolut dan insiden penyakit.Hasil penelitian menunjukan bahwa untuk pertumbuhan spesifik berkisar antara 0,82-7,65% per hari.  Metode Longline memberikan pertumbuhan spesifik yang lebih baik (rata-rata 3,73% per hari) dibandingkan metode lepas dasar (rata-rata 3,18%).  Untuk pertumbuhan absolut, metode longline memberikan hasil yang lebih baik yaitu 522,5 gr, dibandingkan metode lepas dasar, 374,5 gr.  Terkait dengan penyakit ice-ice, tanaman mulai terinfeksi sejak minggu pertama hingga akhir pemeliharaan, dengan puncaknya pada minggu keenam.  Metode longline memberikan insiden penyakit yang lebih rendah (rata-rata 49,98%) dibandingkan dengan metode lepas dasar (rata-rata 45,72%)     Kata Kunci :  Pertumbuhan, ice-ice, Kappaphycus alvarezii, Metode Longline, Metode Lepas Dasar.&nbsp
    corecore