33 research outputs found

    Evaluasi Kinerja Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Sektor Pendidikan Provinsi DIY

    Full text link
    This study aims to determine the performance of the education budget in the province of Yogyakarta Special Region which consists of five regions of Bantul, Kulonprogo, Gunungkidul, Sleman and Yogyakarta. Performance is measured from the level of school participation rate (APS), which is influenced by the ratio of education expenditure to PDRB (EDU / PDRB), PDRB per capita (Y / KAP) and the Literacy Rate (LTRC). The analysis used is panel data regression. Of the 5 and 10 cross section time series data are obtained 50 data for the purpose of estimation. The result is EDUPDRB variable has a coefficient of 2.70, the variable Y / KAP 6.26 and LTRC variable has a coefficient of 0.04. Of the three independent variables, the variable Y / KAP has the greatest influence coefficients. If the education budget rose 1 percent, enrollment rates (APS) will rise 2.70 percent, where per capita income rose 1 percent, the APS will rise 6.26 percent, when literacy rates rose 1 percent, the APS will rise 0.04 percent . From these results it can be concluded that the performance of education or level of APS is highly dependent on income per capita. It means that in order to improve the performance of local governments as well as continue to improve its education budget also increases revenue. The increase in revenue as a representation of the people\u27s income increased disposable income to finance their children\u27s education will also increase. As good as the awareness of the importance of higher education with AMK if it is not accompanied by the ability financially it will be useless

    Membuat Media Pembelajaran yang Menarik

    Full text link
    Dunia pendidikan dewasa memasuki era dunia media, di mana kegiatan pembelajaran menuntut dikuranginya metode ceramah dan diganti dengan pemakaian banyak media. Lebih-lebih pada kegiatan pembelajaran saat ini yang menekankan pada keterampilan proses dan aktif learning, maka kiranya peranan media pembelajaran (yang dalam uraian selanjutnya sering disebut media), menjadi semakin penting. Dalam kaitannya dengan fungsi media pembelajaran, dapat ditekankan beberapa hal berikut ini: sebagai alat untuk membuat pembelajaran yang lebih efektif, mempercepat proses belajar, meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar, mengkongkretkan yang abstrak sehingga dapat mengurangi terjadinya penyakit verbalisme. Perencanaan dalam pembuatan media meliputi: Identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa, Perumusan tujuan, memilih, merubah dan merancang media pembelajaran, Perumusan materi, pelibatan siswa dan evaluasi (Evaluation). Untuk mengembangkan media pembelajaran perlu diperhatikan prinsip VISUALS, yang dapat digambarkan sebagai singkatan dari kata-kata: Visible: mudah dilihat, Interesting: menarik, Simple: sederhana, Useful: isinya berguna/bermanfaat, Accurate: Benar (dapat dipertanggungjawabkan), Legitimate: masuk akal/sah, Structured: terstruktur/tersusun dengan baik. Beberapa media yang dapat dibuat dan dipergunakan dalam pembelajaran ekonomi antara lain: flipchart, flannel graph, flash card, barang bekas, powerpoint dan lain-lain

    Implementasi Model Pembelajaran Ekonomi Berbasis Kompetensi dengan Pendekatan Kontekstual

    Full text link
    This research was intended to know the extent of contextual approaches (Contextual Teaching and Learning) able to overcome practical problems in compliance with the students\u27 ability to construct a concept/meaning from what they learned. The scope of this inquiry included the implementation of contextual approaches to the subject of Introduction to Economic Science in Economic Cooperative Education Study Program of Business Education Department of Faculty of Social Science of Yogyakarta State University. This was a participatory action research. The action research was implemented in the academic years of 2003/2004 for the subject of Introduction to Economic Science. This research was conducted in several steps as follows: Planning, Action Implementation, Control and Evaluation, and Analysis and Reflection. The results show that: (1) in the first cycles, the ways of answering questions, answers the students present are not qualified, the frequency of expressing opinions tends to be minimum, and the interaction among students are low. Due to lack of time in accordance with the grouping and student classification spending too much time, 2 CTL methods can be used to improve: the students\u27 participation in discussing the results of the discussion conducted, the students\u27 way in revealing describing oral description review, the students\u27 capability in constructing concept/meaning. In applying CTL, it is found some weaknesses as follows: the frequent use of CTL method makes the students saturated, the use of CTL method requires more cost, it is good for creating media or doing observation, for the students with high level of learning motivation it is exciting for they regard that they have chance to deliver more opinions, and those with low level of learning motivation it makes them passive and talking to themselves (not interested)

    EVALUASI IMPLEMENTASI PROGRAM PENDIDIKAN EKONOM KREATIF DI SATUAN PENDIDIKAN SMA/SMK SEBAGAI BAHAN PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN EKONOMI KREATIF DI SMA/SMK DAERAH ISTEMEWA YOGYAKARTA

    Get PDF
    Penelitian ini memiliki beberapa tujuan penelitian antara lain yaitu: 1) mengetahui tingkat pemahaman guru tentang pendidikan ekonomi kreatif dilihat dari akreditasi sekolah di SMA dan SMK, 2) mengetahui besarnya nilai-nilai pendidikan ekonomi kreatif yang diintegrasikan dalam KTSP dokumen I dan II dilihat dari akreditasi sekolah di SMA dan SMK, 3) mengetahui besarnya nilai-nilai pendidikan ekonomi kreatif yang diintegrasiakan dalam kegiatan pembelajaran dilihat dari akreditasi sekolah di SMA dan SMK, 4) mengetahui besarnya nilai-nilai pendidikan ekonomi kreatif yang diintegrasikan dalam kegiatan pengembangan diri dilihat dari akreditasi sekolah di SMA dan SMK, 5) mengetahui kendala yang dihadapi sekolah dalam melaksanakan program pendidikan ekonomi kreatif di SMA dan SMK DIY, 6) mengetahui sarana prasarana yang sudah disediakan sekolah untuk mendukung program pendidikan ekonomi kreatif di SMA dan SMK DIY. Jenis penelitian yang digunakan untuk mengevaluasi program pendidikan ekonomi kreatif di SMA-SMK se-DIY adalah penelitian evaluatif dengan pendekatan kuantitatif. Dengan popolasi seluruh SMA-SMK se-DIY. Sedangkan untuk sampel digunakan teknik multistage quota random sampling. Pengupulan data dilakukan dengan tes, angket, observasi dan dokumentasi. Hasil dari penelitian tahun pertama yang sudah dilakukan yaitu: 1) Pemahaman guru SMA dan SMK terhadap pendidikan ekonomi kreatif termasuk dalam kategori sedang. Dengan skor 72,22 untuk SMA akreditasi A dan 75,00 untuk SMK akreditasi B. Sementara itu, sebesar 64,29 untuk SMA akreditasi A dan sebesar 66,67 untuk SMK akreditasi B; 2) Pengintegrasian nilai-nilai ekonomi kreatif dalam KTSP, dalam dokumen I di SMA dengan akreditasi A sebesar 77,78% dan di SMA akreditasi B baru sekitar 57,14%. Dalam dokumen II, di SMA akreditasi A sebesar 78,12% dan di SMA dengan akreditasi B baru sekitar 71,43%. Pengintegrasian nilai-nilai ekonomi kreatif dalam dokumen I yang ada di SMK akreditasi A sebesar 80% dan di SMK akreditasi B sebesar 66,67%. Sementara itu, dalam dokumen II di SMK dengan akreditasi A sebesar 80% dan di SMK akreditasi B sebesar 73,33%; 3) Pengintegrasian nilai-nilai ekonomi kreatif dalam kegiatan pembelajaran termasuk dalam kategori sedang. Sementara itu, di SMA akreditasi B sebesar 35,71% pengintegrasian nilai-nilai ekonomi kreatif dalam kegiatan pembelajaran termasuk dalam kategori rendah. Sedangkan di SMK akreditasi B sebesar 25% pengintegrasian termasuk dalam kategori rendah; 4) Pengintegrasian nilai-nilai ekonomi kreatif dalam kegitan pengembangan diri yang ada di sekolah diperoleh rerata skor sebesar 15,43 untuk SMA dan sebesar 22 untuk SMK. Kedua skor tersebut termasuk dalam kategori sedang; 5) Kendala utama yang dialami antara SMA dan SMK dalam melaksanakan program pendidikan ekonomi kreatif relatif sama. Di SMA kendala utama yang dihadapi sekolah adalah minimnya pendanaan dengan besarnya skor 64,58% untuk SMA dan sebesar 60,41% untuk SMK. 6) Perpustakaan dan majalah dinding merupakan sarana dan prasarana yang ada di semua sekolah baik SMA maupun SMK. Di SMA sarana dan prasarana yang belum ada yaitu laboratorium kewirausahaan

    PENGEMBANGAN MEDIA GAME ULAR TANGGA EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR EKONOMI

    Get PDF
    Penelitian ini merupakan pengembangan berupa game sebagai media pembelajaran yang bertujuan untuk: 1) Mengembangkan Game Ular Tangga Ekonomi; 2) Mengetahui kelayakan Game Ular Tangga Ekonomi sebagai media pembelajaran berdasarkan penilaian ahli materi dan ahli media; 3) Mengetahui penilaian peserta didik mengenai penggunaan Game Ular Tangga Ekonomi sebagai media pembelajaran; 4) Meningkatkan minat belajar ekonomi dengan menggunakan Game Ular Tangga Ekonomi. Metode penelitian ini adalah Research and Development (R&D) dengan model pengembangan ADDIE, dengan tahapan: 1) analisis; 2) desain; 3) pengembangan; 4) implementasi; 5) evaluasi. Validasi dilakukan oleh 2 orang ahli media dan 2 orang ahli materi. Media yang dikembangkan diujicoba oleh 6 peserta didik kelas X IPS 2 dan 32 peserta didik kelas X IPS 1 SMA N 1 Sedayu. Hasil penilaian ahli media mendapat nilai rata-rata 3,89 dengan kategori “Layak”. Hasil penilaian ahli materi mendapat nilai rata-rata 3,82 dengan kategori “Layak”. Hasil penilaian pada uji coba kelompok kecil mendapat nilai rata-rata 3,64 dengan kategori “Layak”. Hasil penilaian pada uji coba kelompok besar mendapat nilai rata-rata 3,76 dengan kategori “Layak”. Media pembelajaran yang dikembangkan dapat meningkatkan minat belajar peserta didik pada mata pelajaran ekonomi dengan nilai rata-rata 3,92 termasuk dalam kategori “Meningkat”. Game Ular Tangga Ekonomi ini layak digunakan sebagai media pembelajaran dan dapat meningkatkan minat belajar ekonomi peserta didik. Kata kunci : Game Ular Tangga Ekonomi, Media Pembelajaran, Minat Belajar

    Produktifkah Human Capital Investment Oleh Pemerintah Daerah Provinsi Dalam Era Desentralisasi?

    Full text link
    : Is The Human Capital Investment of Provincial Governments Productive in Decentralization Era? The effectiveness of government spending, especially investment in human capital, increases labor productivity also depends on how the local government determines the type of expenditure. The purpose of this study is to determine the effect of government spending in general and functionally to labor productivity. The approach used in this study is a quantitative approach, econometric method. This study uses secondary data from local government budgets across Indonesia summary provided by the Indonesian Ministry of Finance Directorate General of Regional Financial Balance. The data used is the provincial-level economic analysis units throughout Indonesia in 2012. This research shows that provincial government spending in human capital investment does not effectively increase labor productivity. Total provincial government spending does not affect the regional labor productivity. Government spending in the areas of public facilities and housing positively influence regional labor productivity
    corecore