3 research outputs found

    ANALISIS KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) GURU BAHASA INDONESIA KELAS X DI SMA NEGERI SE-KOTA SUKABUMI

    Get PDF
    Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakteristik pembelajaran kooperatif pada RPP guru bahasa Indonesia di SMA Negeri 3, SMA Negeri 4, dan SMA Negeri 2 Kota Sukabumi. Adapun karakteristik tersebut yaitu pembagian kelompok berdasarkan tingkatan pengetahuan (heterogen), tanggung jawab individu terhadap individu, dan rekognisi tim atau penghargaan terhadap tim. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan desain ex post facto tipe studi kasus. Subjek dalam penelitian adalah RPP serta guru bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri se-Kota Sukabumi. Objek dalam penelitian yaitu karakteristik pembelajaran kooperatif. Instrumen dalam penelitian menggunakan pernyataan dan pertanyaan berkaitan dengan karakteristik kooperatif serta sintak dalam pembelajaran kooperatif. Berdasarkan pada tabel analisis dapat diketahui bahwa pada RPP bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 3 Kota Sukabumi yang mencantumkan karakteristik pembelajaran kooperatif secara lengkap terdapat pada meteri hikayat KD 3.7. Kemudian pada beberapa materi, karakteristik tersebut tidak seluruhnya dicantumkan, seperti pada materi LHO, eksposisi, anekdot, negosiasi, debat, biografi dan puisi. Karakteristik pembelajaran kooperatif di SMA Negeri 4 Kota Sukabumi dan SMA Negeri 2 Kota Sukabumi memiliki hasil yang sama, yaitu tercantum dua karakteristik pembelajaran pada semua materi atau KD yakni tanggung jawab individu terhadap individu dan rekognisi tim. Adapun karakteristik yang tidak dicantumkan pada semua materi di RPP bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 4 Kota Sukabumi dan SMA Negeri 2 Kota Sukabumi yaitu pembagian kelompok berdasarkan tingkatan pengetahuan (heterogen).Kata Kunci: Pembelajaran, Kooperatif, RPP, Karakteristik, GuruAbstract.This study aims to find out how the characteristics of cooperative learning in Indonesian language teacher RPP in SMA 3, SMA 4, and SMA 2 in Kota Sukabumi. The characteristics are group division based on the level of knowledge (heterogeneous), individual responsibility towards the individual, and team recognition or respect for the team. This type of research is qualitative descriptive with ex post facto type case study design. Subjects in the study were RPP as well as Indonesian language teachers in class X of the Senior High Schools throughout Sukabumi City. The objects in the study are the characteristics of cooperative learning. Instruments in research use statements and questions related to cooperative characteristics and syntax in cooperative learning. Based on the analysis table, it can be seen that in the Indonesian language RPP class X, Public High School 3, Sukabumi City, which lists the characteristics of cooperative learning in full, is contained in the KD 3.7 story series. Then in some materials, these characteristics are not entirely included, such as in the LHO material, exposition, anecdote, negotiation, debate, biography and poetry. Characteristics of cooperative learning in 4 Public High Schools in Sukabumi City and Sukabumi City 2 High School have the same results, namely listed two learning characteristics in all material or KD, namely individual responsibility towards individuals and team recognition. The characteristics that are not included in all material in Indonesian Language RPP class X, Public High School 4, Sukabumi City and Public High School 2, City of Sukabumi, are divided into groups based on the level of knowledge (heterogeneous).Keyword: Learning, Cooperative, RPP, Characteristics, Teache

    Implementasi Teknik Ice Breaking Pada Pembelajaran Di Sd 64/I Muara Bulian

    Get PDF
    Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi teknik ice breaking pada pembelajaran di sekolah dasar. Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal di SDN 64/I Muara Bulianmulai pada bulan November 2021. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologis. Sumber data diambil dari guru kelas III B. Penelitian ini menggunakan teknik pengunpulan data observasi, wawancara, studi dokumen, perekaman audio/video, dan kartu catatan lapangan (field note). Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan menggunakan model yang dikemukakan oleh Spradley, yaitu; analisis domain, analisis taksonomi, dan analisis komponensial.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa guru mengimplementasikan ice breaking dilakukan untuk mengoptimalkan kembali situasi belajar yang pada awalnya pembelajaran terlihat tidak kondusif karena siswa yang mulai mengantuk, jenuh, bosan, tidak fokus dan konsentrasi pada penjelasan guru sehingga guru melakukan kegiatan pendinginan untuk mengembalikan perhatian siswa kepada guru, biasanya guru mengimplementasikan teknik ice breaking pada saat memulai pelajaran, saat guru sedang menyampaikan materi, dan di akhir pelajaran. Dalam mengimplementasikan ice breaking guru dapat melakukannya tanpa alat atau hanya memanfaatkan anggota tubuh saja, serta dapat dilakukan dengan menggunakan alat/media disekitar, hal tersebut dilakukan agar siswa dapat bergerak aktif, sehingga siswa dapat menghilangkan rasa ngantuk, bosan, dan jenuhnya, saat guru menyampaikan materi kembali.&nbsp

    Implementasi Teknik Ice Breaking pada Pembelajaran di SD 64/I Muara Bulian

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi teknik ice breaking pada pembelajaran di sekolah dasar. Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal di SDN 64/I Muara Bulianmulai pada bulan November 2021. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologis. Sumber data diambil dari guru kelas III B. Penelitian ini menggunakan teknik pengunpulan data observasi, wawancara, studi dokumen, perekaman audio/video, dan kartu catatan lapangan (field note). Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan menggunakan model yang dikemukakan oleh Spradley, yaitu; analisis domain, analisis taksonomi, dan analisis komponensial.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa guru mengimplementasikan ice breaking dilakukan untuk mengoptimalkan kembali situasi belajar yang pada awalnya pembelajaran terlihat tidak kondusif karena siswa yang mulai mengantuk, jenuh, bosan, tidak fokus dan konsentrasi pada penjelasan guru sehingga guru melakukan kegiatan pendinginan untuk mengembalikan perhatian siswa kepada guru, biasanya guru mengimplementasikan teknik ice breaking pada saat memulai pelajaran, saat guru sedang menyampaikan materi, dan di akhir pelajaran. Dalam mengimplementasikan ice breaking guru dapat melakukannya tanpa alat atau hanya memanfaatkan anggota tubuh saja, serta dapat dilakukan dengan menggunakan alat/media disekitar, hal tersebut dilakukan agar siswa dapat bergerak aktif, sehingga siswa dapat menghilangkan rasa ngantuk, bosan, dan jenuhnya, saat guru menyampaikan materi kembali.&nbsp
    corecore