13 research outputs found
PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN KRITIS BEKAS PERTAMBANGAN RAKYAT UNTUK KELOMPOK TANI DI KABUPATEN GUNUNG MAS
Hasil penelitian tahun 2014 memperlihatkan kegiatan rehabilitasi menggunakan metode bioremediasi dan biofertilisasi, mampu mendukung pertumbuhan tanaman pada lahan kritis bekas pertambangan rakyat di Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Jenis tanaman yang tumbuh dengan baik: karet, jambu mete, dan nenas. Tujuan kegiatan tahun 2015 menemukan metode yang tepat untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam rehabilitasi lahan bekas tambang. Kegiatan yang dilakukan: 1) membentuk kelompok tani di Desa Tumbang Empas dan sekitarnya, untuk pemberdayaan masyarakat memanfaatkan lahan kritis bekas tambang; 2) msosialisasi pentingnya reklamasi kritis bekas pertambangan rakyat kepada kelompok tani di Kabupaten Gunung Mas; 3) pelatihan pembuatan pupuk organik diperkaya mikroorganisme; 4) pendampingan kegiatan rehabilitasi pada lahan kritis bekas pertambangan; 5) demo plot revegetasi lahan bekas pertambangan rakyat, sebagai plot percontohan untuk kegiatan rehabilitasi lahan. Jenis tanaman: karet, nenas madu, dan jambu mete. Jumlah tanaman: karet 600 pohon, nenas 1200, dan jambu mete 200 batang. Pemupukan dilakukan 2 kali (sebelum tanam, dan 3 bulan setelah tanam). Pengamatan di lapangan selama 6 bulan. Parameter keberhasilan kegiatan berupa: 1) peningkatan pengetahuan dan keterampilan kelompok tani tentang cara rehabilitasi lahan kritis bekas pertambangan; 2) keterlibatan kelompok tani dalam kegiatan rehabilitasi lahan; 3) kemampuan tanaman untuk tumbuh pada lahan kritis. Hasil kegiatan memperlihatkan: 1) kegiatan sosialisasi mampu meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait dampak negatif lahan bekas tambang yang tidak direhabilitasi, serta prosedur rehabilitasi lahan kritis yang dapat dilakukan oleh masyarakat; 2) kegiatan pelatihan mampu meningkatkan keterampilan masyarakat untuk membuat pupuk organik dan mengaplikasikan pupuk di lapangan untuk kegiatan rehabilitasi lahan kritis; 3) kegiatan pendampingan dalam bentuk pembuatan pupuk organik, pemberian pupuk, dan penanaman pada lahan kritis bekas tambang, mampu meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam turut serta memulihkan kondisi lahan kritis; 4) tiga jenis tumbuhan yang ditanam pada lahan kritis bekas pertambangan rakyat di Desa Tumbang Empas, Kecamatan Mihing Raya, Kabupaten Gunung Mas, mampu tumbuh dan beradaptasi dengan baik, didukung oleh sumber nutrisi yang berasal dari pupuk organik diperkaya mikroorganisme. Saran: 1) tingkat kesadaran masyarakat untuk ikut memulihkan kondisi lahan kritis bekas tambang di Kabupaten Gunung Mas, masih perlu ditingkatkan; 2) Kegiatan yang disarankan untuk diterapkan secara langsung pada lahan kritis bekas tambang adalah penggabungan antara revegetasi lahan dengan usaha pertanian/peternakan atau pembuatan kolam terpal pada lokasi lahan bekas tambang
APLIKASI BIOREMEDIASI, MIKORIZA, DAN BIOFERTILISASI UNTUK MENUNJANG PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS DI KALIMANTAN TENGAH
Lahan berpasir pasca tambang emas di Kalimantan Tengah memiliki luas puluhan ribu hektar. Lahan berpasir ini telah menjadi lahan kritis yang ditandai dengan hilangnya lapisan topsoil tanah, minimnya unsur hara dan vegetasi tanah, sebagian lahan masih terkontaminasi Hg (merkuri) dalam kisaran 2 hingga 4,5 ppm, dan pH tanah rata-rata 5. Kondisi ini sangat tidak menunjang pertumbuhan tanaman, akibatnya lahan berpasir yang rata-rata telah tidak digunakan lagi selama 2 hingga 10 tahun, tetap menjadi lahan berpasir yang sangat minim vegetasi. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengurangi kontaminasi merkuri melalui proses bioremediasi menggunakan konsorsium bakteri lokal yang potensial mereduksi merkuri, 2) memperbaiki kondisi stuktur dan tekstur tanah melalui perlakuan penambahan media tanah dari bahan organik limbah sawit, 3) meningkatkan unsur hara tanah melalui penambahan biofertiliser dan mikoriza, 4) meningkatkan vegetasi tanah melalui kegiatan revegetasi menggunakan tanaman penutup dari kelompok leguminosae (Calopogonium sp.), dan jenis tumbuhan kelapa sawit. Metode penelitian yang digunakan adalah implementasi untuk uji secara eksperimental di laboratorium untuk menentukan metode persiapan lahan yang sesuai untuk kelapa sawit (penelitian tahun I), dan eksperimental di lapangan (penelitian tahun II) dengan menggunakan hasil terbaik yang diseleksi dari tahun I, dan melibatkan penduduk setempat untuk proses persiapan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Pada penelitian tahun ke III, dipilih hasil terbaik dari penelitian tahun II, dengan lebih mengoptimalkan peran serta masyarakat. Perlakuan dalam penelitian berupa: bioremediasi, penambahan mikoriza, biofertilisasi, dan revegetasi. Indikator keberhasilan diukur dari: 1) pengurangan polutan merkuri pada tanah, 2) peningkatan unsur hara tanah (makro dan mikro), 3) perbaikan stuktur dan tekstur tanah, 4) pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Metode bioremediasi menggunakan konsorsium bakteri Pseudomonas sp. dan Klebsiella sp. (telah diuji sejak tahun 2006), Biofertiliser menggunakan: limbah sawit dan kompos dari limbah tumbuhan dan hewan. Jenis mikoriza yang digunakan adalah MVA, jenis tanaman penutup berupa Calopogonium sp., dan Arachis sp., dan tumbuhan bernilai ekonomis yang diuji coba adalah kelapa sawit. Lokasi penelitian dilaksanakan di areal pasca tambang emas di Hampalit, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Lokasi ini dipilih karena merupakan lokasi terbesar dengan hamparan lahan tandus berpasir yang paling luas dan representatif untuk lahan pasca tambang emas di Kalimantan Tengah. Hasil penelitian ini sangat diharapkan bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat setempat, agar lahan rusak pasca tambang emas di Kalimantan Tengah dapat dipulihkan kembali kondisinya, dan dapat lebih produktif. Hasil penelitian tahun II memperlihatkan perlakuan bioremediasi, biofertilisasi, penambahan mikoriza, penambahan senyawa organik, dan penutup tanah secara terpadu, berpengaruh sangat signifikan terhadap penurunan kadar Hg tanah, terhadap peningkatan unsur hara tanah, serta dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kelapa sawit pada lahan pasca penambangan emas. Perlakuan kombinasi bahan pengaya organik berupa arang kayu dan jenis biofertilizer plus dari kelompok P2 yang diperkaya oleh mikroorganisme tanah subur dan EM4, memberikan peningkatan pertumbuhan tanaman yang lebih cepat dibandingkan jenis perlakuan lainny
APLIKASI BIOREMEDIASI, MIKORIZA, DAN BIOFERTILISASI UNTUK MENUNJANG PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT PADA LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS DI KALIMANTAN TENGAH 2012
Lahan berpasir pasca tambang emas di Kalimantan Tengah memiliki luas puluhan ribu hektar. Lahan berpasir ini telah menjadi lahan kritis yang ditandai dengan hilangnya lapisan topsoil tanah, minimnya unsur hara dan vegetasi tanah, sebagian lahan masih terkontaminasi Hg (merkuri) dalam kisaran 2 hingga 4,5 ppm, dan pH tanah rata-rata 5. Kondisi ini sangat tidak menunjang pertumbuhan tanaman, akibatnya lahan berpasir yang rata-rata telah tidak digunakan lagi selama 2 hingga 10 tahun, tetap menjadi lahan berpasir yang sangat minim vegetasi. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengurangi kontaminasi merkuri melalui proses bioremediasi menggunakan konsorsium bakteri lokal yang potensial mereduksi merkuri, 2) memperbaiki kondisi stuktur dan tekstur tanah melalui perlakuan penambahan media tanah dari bahan organik limbah sawit, 3) meningkatkan unsur hara tanah melalui penambahan biofertiliser dan mikoriza, 4) meningkatkan vegetasi tanah melalui kegiatan revegetasi menggunakan tanaman penutup dari kelompok leguminosae (Calopogonium sp.), dan jenis tumbuhan kelapa sawit. Metode penelitian yang digunakan adalah implementasi untuk uji secara eksperimental di laboratorium untuk menentukan metode persiapan lahan yang sesuai untuk kelapa sawit (penelitian tahun I), dan eksperimental di lapangan (penelitian tahun II) dengan menggunakan hasil terbaik yang diseleksi dari tahun I, dan melibatkan penduduk setempat untuk proses persiapan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Pada penelitian tahun ke III, dipilih hasil terbaik dari penelitian tahun II, dengan lebih mengoptimalkan peran serta masyarakat. Perlakuan dalam penelitian berupa: bioremediasi, penambahan mikoriza, biofertilisasi, dan revegetasi. Indikator keberhasilan diukur dari: 1) pengurangan polutan merkuri pada tanah, 2) peningkatan unsur hara tanah (makro dan mikro), 3) perbaikan stuktur dan tekstur tanah, 4) pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Metode bioremediasi menggunakan konsorsium bakteri Pseudomonas sp. dan Klebsiella sp. (telah diuji sejak tahun 2006), dan tumbuhan fitoremediator merkuri berupa karamunting (Melastoma sp.,) yang telah diuji sejak tahun 2009. Biofertiliser menggunakan: limbah sawit dan kompos dari limbah organik. Jenis mikoriza yang digunakan adalah MVA, jenis tanaman penutup berupa Calopogonium sp., dan Arachis sp., dan tumbuhan bernilai ekonomis yang diuji coba adalah kelapa sawit. Lokasi penelitian dilaksanakan di areal pasca tambang emas di Hampalit, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Lokasi ini dipilih karena merupakan lokasi terbesar dengan hamparan lahan tandus berpasir yang paling luas dan representatif untuk lahan pasca tambang emas di Kalimantan Tengah. Hasil penelitian ini sangat diharapkan bermanfaat bagi pemerintah dan masyarakat setempat, agar lahan rusak pasca tambang emas di Kalimantan Tengah dapat dipulihkan kembali kondisinya, dan dapat lebih produktif. Hasil penelitian tahun I memperlihatkan perlakuan bioremediasi, biofertilisasi, penambahan mikoriza, penambahan senyawa organik, dan penutup tanah secara terpadu, menghasilkan perbaikan fisik tanah ditinjau dari tekstur, dari sebelumnya didominasi tanah berpasir, menjadi tanah dengan terjadinya peningkatan tekstur halus tanah, dan penurunan persentase tekstur pasir. Perbaikan kondisi fisik tanah, memicu tumbuhnya 1 hingga 5 jenis tanaman lain pada tiap plot perlakuan, hal ini tidak ditemukan pada kontrol. Bibit sawit usia 4,5 bulan, tumbuh subur di media tanah pasir dari ex lahan tambang emas, dengan kondisi jumlah daun rata-rata 5 helai, panjang batang rata-rata 20 cm, diameter batang rata-rata 1,22 cm, panjang akar rata-rata 17 cm. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi bibit sawit yang ditanam di tanah subur pada usia yang sama, yakni: jumlah daun 5 helai, panjang batang 26,6 cm, dan diameter batang 1,3 cm. Kondisi
pertumbuhan sawit pada tanah pasir yang diberi perlakuan memperlihatkan kenaikan sebesar 40% pada parameter panjang batang, kenaikan jumlah daun sebesar 23%, kenaikan luas permukaan daun sebesar 82%, dibandingkan kontrol. Kesimpulan penelitian: lahan berpasir ex areal penambangan emas, masih punya potensi untuk diolah menjadi lahan produktif untuk lahan perkebunan, terutama dari jenis kelapa sawit. Penelitian tahun II, merupakan uji coba skala lapang, menggunakan formula terbaik hasil seleksi tahun I, dan melibatkan penduduk setempat untuk proses persiapan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Aplikasi gabungan formula terbaik di lapangan ini dilakukan menggunakan 3 teknik, yakni: aplikasi formula cair, semi solid, dan solid, dengan jenis tanaman kelapa sawit, dan tanaman penutup kombinasi Arachis sp. dan Colopogonium sp. Lokasi penelitian tahun ke II di areal pasca tambang emas di Hampalit, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah
PELATIHAN APLIKASI TEKNIK PENGUKUSAN PEWARNA ALAMI BERBASIS TEMPATAN PADA BAHAN SUTRA DI KELOMPOK ASOSIASI BAWI DAYAK KOTA PALANGKA RAYA
This article describes comprehensive training centered on applying the technique of steaming natural dyes sourced from local plants to silk in ecoprint batik, which was carried out at the Bawi DayakAssociation group located in Palangka Raya City. Natural dyes, derived from native flora, play an important role in preserving cultural heritage, encouraging sustainable practices, and promoting environmentally friendly alternatives to synthetic dyes. This training program aims to empower members of the Bawi DayakAssociation with the knowledge and skills needed to proficiently apply the technique of steaming natural dyes to silk fabric in ecoprint batik. This service aims to increase partners' knowledge and skills regarding making ecoprints using the steaming technique, 1) providing information to mothers about steaming techniques to make colors and motifs, and 2) training mothers in making ecoprints using the steaming technique. The socialization stage is carried out through socializing the eco-printing steaming technique as an environmentally friendly product and introducing materials for eco-printing production. Ecoprinting training using the steaming technique includes the following stages: wetting (wetting the silk fabric), attaching sheets of natural flora leaves to the silk fabric, steaming and fixing. This will improve the skills of our partners who make natural dyeing ecoprints with the steaming technique and provide them with better incom
Kearifan Lokal Pemanfaatan Tumbuhan Berkhasiat Obat Masyarakat Desa Tahawa
The local wisdom in utilizing medicinal plants by the community of Tahawa Village in the tourist area of 'Sahai Tambi Balu' in Pulang Pisau Regency needs to be preserved as a form of conservation and to enhance the community's economy. The research was conducted using observation and in-depth interviews as the methods. The data analysis was done descriptively and qualitatively. The research findings in the tourist area of 'Sahai Tambi Balu' identified a total of 19 types of medicinal plants used by the community for treating various ailments. To collect medicinal plants from their natural habitat, certain protocols and permissions are required. Firstly, the community seeks permission from the Almighty God, and secondly, they seek permission from the medicinal plants themselves, as they are believed to possess a spirit or soul. Medicinal plants can provide benefits through their roots, stems, and leaves, each with its own method of usage. The manner of usage varies depending on whether it is for external or internal treatment, depending on the specific illness. Preserving the local wisdom of the community in harvesting medicinal plants is crucial for conservation efforts to protect the existence of these medicinal plantsKearifan lokal pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat desa Tahawa di Kawasan wisata “Sahai Tambi Balu” kabupaten Pulang Pisau perlu dipertahankan sebagai bentuk konservasi dan peningkatan ekonomi masyarakat. Penelitian dilakukan dengan metode observasi dan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan secara deskriftif kualitatif. Hasil penelitian di kawasan wisata “Sahai Tambi Balu” teridentifikasi sebanyak 19 jenis tumbuhan obat yang digunakan masyarakat dalam mengobati penyakit. Dalam mengambil tumbuhan obat dari tempat tumbuhnya diperlukan tata cara sebagai syarat dan ijin mengambil tumhuhan obat. Pertama mohon kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kedua ijin kepada tumbuhan obat itu sendiri karena diyakini memiliki roh atau jiwa. Manfaat tumbuhan obat dapat berasal dari akar, batang dan daun dengan cara penggunaan masing-masing. Cara Penggunaan dapat untuk pengobatan luar dan pengobatan dalam tergantung penyakit yang diderita. Kearifan local masyarakat dalam mengambil tumbuhan obat perlu dipertahankan sebagai upaya konservasi melindungi keberadaan tumbuhan obat itu sendir
Ethnobotanical study of medicinal plants in Natai Sedawak village, Sukamara Regency, Central Kalimantan, Indonesia
The aim of the study was to inventory ethnobotanical potential of medicinal plants used by the people of Natai Sedawak and to know the diversity of the medicinal plant species in the forest of Natai Sedawak Village. This study used an exploratory survey method and data collection techniques with interviews and direct observations in the field. The study concluded that in the village of Natai Sedawak, 62 species of medicinal plants were found whose roots, stems, seeds, fruit, flowers, leaves, bark and sap are being used for various medicinal purposes by the local people
ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PAKAIAN ADAT DAYAK NGAJU BERBAHAN KULIT KAYU NYAMU DI NETTY SELVIA_OLSHOP KOTA PALANGKA RAYA
Kulit kayu Nyamu ini dapat dijadikan kerajinan atau suatu usaha yakni pembuatan pakaian adat dayak, salah satunya suku Dayak Ngaju, pembuatan produk pakaian dari kulit kayu Nyamu ini dapat dijadikan salah satu sumber pendapatan atau perkerjaan sehari-hari masyarakat seperti di daerah Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Tujuan penelitian untuk menganalisis kelayakan usaha serta menganalisis keuntungan pada pembuatan pakaian adat Dayaka Ngaju berbahan kulit kayu Ngamu di UD.Nety Selvia_Olshop Kota Palangka Raya. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus Analisis biaya, Penerimaan, Keuntungan, serta Analisis kelayakan usaha (RCR). Berdasarkan hasil penelitian analisis kelayaka usaha (RCR) dari usaha pembuatan pakaian adat Dayak Ngaju berbahana kulit kayu Nyamu di UD.Nety Selvia_Olshop Kota Palangka Raya sebesar 1,52 atau >1, dengan demikian usaha pembuatan pakaian tersebut dapat dikatakan menguntungkan bagi pengusaha. Analisis keuntungan pada usaha pembuatan pakaian adat Dayak Ngaju berbahan kulit kayu Nyamu di Nety Selvia_Olsop Kota Palangka Raya menguntungkan, dengan besar keuntungan yang diperoleh usaha di tahun 2022 sebesar Rp.142.033.500
Biodiversitas dan Identifikasi Jamur Basidiomycetes di Taman Nasional Sebangau, Kabupaten Katingan Kalimantan Tengah
Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan, pada umumnya sangat bergantung pada hasil hutan, baik itu hasil hutan berupa kayu maupun hasil hutan yang bukan berupa kayu. Kebutuhan masyarakat akan hasil hutan khususnya hasil hutan non kayu seperti damar, kemenyan, jamur, madu hutan serta produk lainnya akan semakin berkurang dengan beralihnya fungsi lahan hutan. Jamur merupakan salah satu produk hasil hutan non kayu yang paling disukai karena dapat dicari dengan mudah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis jamur Basidiomycetes serta untuk mengetahui jenis jamur pangan dan jamur obat yang ada di kawasan penelitian Punggualas Taman Nasional Sebangau. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode eksplorasi dan identifikasi dengan membuat plot ukuran 150 m x 100 m dengan jalur pengamatan jamur sebanyak 5 jalur, jarak antar jalur adalah 5 m dan lebar jalur 20 m. Hasil penelitian ditemukan 15 famili jamur Basidiomycetes, 49 jenis jamur dan jumlah individu jamur sebanyak 789 buah. Berdasarkan jumlah individu maka jamur Aucularia auricula merupakan jamur yang dominan tumbuh di Taman Nasional Sebangau. Indeks keanekaragaman (H´)=2,6260 tergolong sedang. Indeks kekayaan R=7,1956 tergolong tinggi dan indeks kemerataan E1=0,6747 tergolong sedang. Jamur Auricularia auricula (jamur kuping/kulat bitak) dan Pleurotus sp. (jamur tiram/kulat puti) termasuk jamur yang dapat dikonsumsi dan jamur Ganoderma applanatum termasuk jamur yang dapat digunakan sebagai bahan obat. Substrat jamur