196 research outputs found

    ANALISA KEBUTUHAN AIR IRIGASI PADA BENDUNG SEI WAMPU DI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT

    Get PDF
    Irigasi Sei Wampu yang berada di Kecamatan Stabat yang direncanakan dengan debit kebutuhan normal yang akan disadap sebesar 18,040 m3/dt dengan luas areal persawahan 10.991 hektar.Poros bendung yang direncanakan melintang sungai, tinggi bendung 9,234 meter,dengan jari-jari hidrolis 5,00 meter dari dasar sungai yang berada di elevasi + 24,22 m dan elevasi lantai depan + 19,22 m dengan bendung sebagai bangunan utamanya. Dasar perencanaan hidrolis bendung meliputi Debit Maksimum dan Minimum, Curah hujan dan debit banjir terhadap luas area yang dialiri. Kebutuhan air irigasi secara keseluruhan perlu diketahui karena merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistem irigasi. Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evaporasi, kehilangan air, kebutuhan air untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan dan konstribusi air tanah. Sumber air irigasinya berasal dari Sungai Sei Wampu. Faktor-faktor untuk menentukan kebutuhan ai ririgasi antara lain penyiapan lahan, penggunaan konsumtif, perkolasi dan rembesan, pergantian lapisan air dan curah hujan efektif. Dari hasil analisis dengan menggunakan metode Pennam dengan menggunakan sistem pola tanam Padi-Padi-Palawija dan menggunakan kebutuhan pengambilan 3 golongan dalam jangka waktu penyiapan lahan satu bulan, maka didapat besarnya nilai debit kebutuhan air irigasi maksimal masing-masing pada alternatif I 15,541 m3/dt, alternatif II 15,960 m3/dt, alternatif III 17,547 m3/dt di dapatkan nilai kebutuhan air irigasi maksimal yang terkecil yaitu 15,541 m3/dt

    Linear-nonlinear stiffness responses of carbon fiber-reinforced polymer composite materials and structures: a numerical study

    Get PDF
    The stiffness response or load-deformation/displacement behavior is the most important mechanical behavior that frequently being utilized for validation of the mathematical-physical models representing the mechanical behavior of solid objects in numerical method, compared to actual experimental data. This numerical study aims to investigate the linear-nonlinear stiffness behavior of carbon fiber-reinforced polymer (CFRP) composites at material and structural levels, and its dependency to the sets of individual/group elastic and damage model parameters. In this regard, a validated constitutive damage model, elastic-damage properties as reference data, and simulation process, that account for elastic, yielding, and damage evolution, are considered in the finite element model development process. The linear-nonlinear stiffness responses of four cases are examined, including a unidirectional CFRP composite laminate (material level) under tensile load, and also three multidirectional composite structures under flexural loads. The result indicated a direct dependency of the stiffness response at the material level to the elastic properties. However, the stiffness behavior of the composite structures depends both on the structural configuration, geometry, lay-ups as well as the mechanical properties of the CFRP composite. The value of maximum reaction force and displacement of the composite structures, as well as the nonlinear response of the structures are highly dependent not only to the mechanical properties, but also to the geometry and the configuration of the structures

    Penerapan Preventive Maintenance Dengan Menggunakan Metode Reliability Centered Maintenance Dengan Mengaplikasikan Grey Fmea Pada PT. Wxy

    Full text link
    PT. WXY adalah Perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan fruit cages (lori). Kendala yang dihadapi PT.WXY adalah terganggunya proses produksi yang disebabkan oleh kerusakan pada komponen mesin yang beresiko tingginya angka downtime. Masalah ini diselesaikan dengan menggunakan metode Reliability Centered Maintenance (RCM) yang mengaplikasikan Grey FMEA dalam menentukan prioritas perbaikan sehingga diperoleh perencanaan perawatan yang lebih optimal. Diagram pareto digunakan untuk menentukan mesin yang paling kritis pada metode RCM. Hasil diagram pareto diperoleh mesin bor magnet merupakan sistem yang paling kritis. Komponen yang terdapat dalam mesin bor magnet adalah saklar magnet, spindle, spindle sleeve, drilling chuck, motor NFA03LG-011, radial ball bearing, v-belt, dan pulley. Selanjutnya hasil penerapan Reliability Centered Maintenance dengan mengaplikasikan Grey FMEA diperoleh komponen yang harus dirawat secara terjadwal (time directed) adalah spindle dengan jadwal perawatan 33 hari, motor NFA03LG-011 dengan jadwal perawatan 36 hari, radial ball bearing dengan jadwal perawatan 43 hari, dan v-belt dengan jadwal perawatan 42 hari. Perawatan komponen yang tidak terjadwal (condition directed) adalah saklar magnet, spindle sleeve, drilling chuck, dan pulley. Penerapan metode RCM dengan melakukan simulasi terhadap distribusi kerusakan diperoleh penurunan downtime sebesar 20.56%

    Penggunaan Distribusi Normal Dalam Memodelkan Sebaran Persepsi Biaya Perjalanan Dan Transformasi Box-muller Pada Pengambilan Sampel Acak Model Pemilihan Rute Dan Pembebanan Stokastik

    Full text link
    Pada diri para pengguna jalan melekat perbedaan-perbedaan dari berbagai sisi, misalnya menyangkut usia, tingkat intelektual, status sosial, maksud perjalanan, cara pandang terhadap uang, dan lain-lain. Pada suatu sistem ruang, misalnya kota, di suatu interval waktu tertentu, misalnya satu jam, akan terjadi suatu pergerakan serentak dari berbagai zona asal ke berbagai zona tujuan. Dalam sistem ruang kota, terpetakan ruas-ruas jalan yang membentuk sistem jaringan jalan kota. Untuk keperluan perencanaan maupun manajemen operasional, akan dibutuhkan suatu perkiraan perilaku pergerakan lalulintas pada sistem jaringan jalan. Perkiraan perilaku pergerakan lalulintas bisa diperoleh melalui model pergerakan berbasis sistem. Dalam bidang pemodelan transportasi telah dikenal 4 komponen model perkiraan kebutuhan transportasi, yaitu Model Bangkitan, Model Distribusi, Model Pemilihan Moda, Model Pemilihan Rute, dan keempat model ini dapat digunakan dengan urutan tahapan sesuai jenis pendekatan persoalan transportasi yang akan diselesaikan. Memilih rute adalah suatu proses keputusan manusia, sebagai pengemudi atau pengguna jalan. Pada model yang paling sederhana keputusan manusia dapat dianggap seragam, atau semua memiliki persepsi yang sama. Upaya mendekati dunia nyata bahwa keputusan manusia sebagai pengemudi adalah beragam, dengan fokus pada keberagaman persepsi terhadap biaya perjalanan untuk suatu pasangan asal-tujuan, dapat dilakukan dengan menganggap bahwa persepsi biaya melintasi setiap ruas jalan dari sekelompok pengemudi merupakan suatu distribusi probabilitas. Pada studi ini dibahas model yang menggunakan distribusi normal sebagai distribusi biaya persepsi. Kemudian dalam simulasi (Monte Carlo) pembebanan model stokastik, dibutuhkan pengambilan sampel acak dari distribusi ini dengan menggunakan bilangan acak (random number). Untuk itu persamaan distribusi normal atau distribusi Gauss, perlu ditransformasikan melalui transformasi Box-Muller. Pada studi ini dicoba untuk menerapkan implementasi algoritma transformasi Box-Muller dengan pengkodean bahasa MS-Fortran Power Station . Kata

    Pengaruh Alokasi Waktu Terhadap Perilaku Perjalanan Rumah Tangga Pengguna Sepeda Motor Di Pusat Kota Semarang

    Full text link
    Downtown area is the area that located in the central of a city with a relatively close distance to the location of the activity and existing facilities and it is served by public transportation service, so that the number of private vehicles uses can be reduced. However, those conditions are not found in the downtown area of Semarang, where the number of motorcycle uses is high. That phenomenon needs to be observed from household scale as the main actors of trips. This study aims to investigate motor cycle travel behavior of households living in the downtowns area of Semarang. Based on the results it is found that husband and wife have different travel behavior along with their role in the household. Husbands have more trips related to work activities while wives have more trips related to household activities. Moreover, household travel behavior is different during weekdays and weekend. Variable which has the most influence on travel behavior in weekdays is daily activity that is accompany family members, while variables which have the most influence on travel behavior in weekend are non-daily activities such as recreation and visiting relatives. Pusat kota adalah kawasan yang menempati lokasi sentral dengan jarak relatif dekat dengan lokasi aktivitas serta fasilitas yang ada dan dapat diakses dengan jaringan pelayanan angkutan umum sehingga angka penggunaan kendaraan pribadi, khususnya bagi penduduk yang tinggal di dalamnya, dapat dikurangi. Namun kondisi tersebut tidak terjadi di pusat Kota Semarang karena angka penggunaan sepeda motor di sini cenderung tinggi. Fenomena tersebut perlu dicermati pada skala paling kecil, yaitu rumah tangga sebagai pelaku utama pergerakan. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis perilaku perjalanan rumah tangga pengguna sepeda motor yang tinggal di kawasan pusat Kota Semarang. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa pasangan suami dan istri memiliki perilaku perjalanan yang berbeda dalam melakukan aktivitas rumah tangga. Pergerakan suami lebih banyak dilakukan untuk kegiatan bekerja sedangkan istri lebih banyak berperan dalam aktivitas rumah tangga. Selain itu perilaku perjalanan rumah tangga pada hari kerja dan pada akhir pekan juga berbeda. Variabel yang paling mempengaruhi perilaku perjalanan pada hari kerja adalah aktivitas harian, yaitu mengantar anggota keluarga, sedangkan variable yang paling mempengaruhi pada akhir pekan adalah aktivitas non-harian, seperti rekreasi, jalan-jalan dan mengunjungi kerabat

    Hydrodynamic Modeling of Krypton and Xenon Propellant Performance in a Hall Thruster

    Full text link
    Peer Reviewedhttp://deepblue.lib.umich.edu/bitstream/2027.42/76147/1/AIAA-2007-5210-907.pd

    Kebijakan Sistem Transportasi Barang Multimoda Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

    Full text link
    More than 95% of freight movement in the Province of Aceh is done by the road mode. As most of the land in the province is surrounded by sea, the freight movement could have been done by sea transportation. Railway was already in the Province of Aceh long time ago, it began to operate in 1906, but the operation was closed in 1982. The Central Government and the Aceh Provincial Government want to revitalize the railway and there is also a plan to build a new Jalan Raya from Banda Aceh to North Sumatra border. However, there is a constraint in the costs of building these infrastructures so that multimodal and intermodal transportation can not take place. As a result, road transportation remains to be a major transport choice and this condition is even worse with vehicles on the road also tend to carry overload. This study was conducted in connection with the overload effect of the freight transport using trucks and how these trucks cause road deterioration and increase road maintenance costs in the Province of Aceh. The results suggest that multimodal/intermodal freight transportation, specifically road and railroad combined transport, could provide more efficient freight transport and, most likely, is the best option for the province
    corecore