219 research outputs found

    Penerapan Pembelajaran Kontekstual Dengan Model Problem Based Learning

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pembelajaran konstektual dengan model PBL untuk meningkatkan kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas(PTK) yang dirancang dalam dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada materi laporan laba/rugi, sedangkan siklus II pada materi laporan Perubahan modal dan neraca. Subyek penelitian ini adalah siswa akuntansi di SMK Shalahuddin Malang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan prosentase peningkatan skor hasil kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan serta hasil belajar tiap siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran konstektual model PBL dapat meningkatkan kemampuan bertanya dan menjawab pertanyaan

    The Pattern of Communication Ethnography of the Street Children in Bandar Lampung

    Full text link
    Street children are an asset to the country. The problem of street children in the State of Indonesia is not just in the economic, environmental and educational inequality matters, but also in the national pride that must be maintained. Street children are a problem in every city, without exception in the city of Bandar Lampung. Many things can cause a child becoming street children. One of the reasons is the economic factor. Some cases explain that a street child actually directed by his parents to sing and beg in order to ease the economic burden of the family. Of course this is not good for the development of children's education. Starting from the concept of the mapped problems of street children, this study focuses on perspective of socio-cultural. Ethnography of Communication Theory is a guide to map out this concept. Ethnography of communication patterns of children are begging and singing by not giving share and giving share to the individual/ specific thugs; begging and singing intentionally or unintentionally by using others as an attraction; and begging and singing intentionally or unintentionally by exploiting weaknesses/physical disability

    Implementation Evaluation Jampersal At Mataram

    Full text link
    Background: Jampersal program launched in 2011 aims to reduce maternal and infant mortality. West Nusa Tenggara (NTB) Province one the province that contribute the highest maternal mortality rate (MMR) in Indonesia. The study isaimed to evaluating Jampersal in the city of Mataram. Method: This study was conducted in 2012. The design was crosssectional. The locations were two health centres in Mataram City such as: Karang Taliwang and Karang Pule. The samples Jampersal targets such as: expectant mothers, maternal, and postpartum. The sampling was based on cohort data of mothers from selected health centres started from October 2011 to April 2012. The samples were randomly selected from70 people in each selected health centres (survey method formulation was applied). Results: Most of the 82.9% of usersutilize Jampersal Jampersal program for pregnancy checks 79.3%, 45.7% delivery assistance, postpartum examination and inspection 37.9% 32.9% new borns. A total of 59.4% of users Jampersal antenatal care at health centers, 34.9% and 2.8% Polindes gynecologist's office. Almost all users Jampersal health service to health professionals, yet still found 10% who do deliveries to non-health personnel. Samples not Jampersal most users 50% did not aid deliveries in health facilities. Conclusions: Program Jampersal public acclaim Mataram especially the poor. Most of the 62.9% of the sample knew Jampersal program as a guarantee given for free delivery. Even if the implementation is still not all perform at health facilities and health workers due to cultural factors still play a role, especially during childbirth because they still have powerto non-health

    Pergerakan Program Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan (PDBK) dan Indikator Mutlak Kesehatan di Kabupaten Sampang

    Full text link
    Latar belakang: Program Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan (PDBK) diharapkan sebagai upaya terobosan (extra ordinary) untuk memecah kebuntuan (debottlenecking) dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di kabupaten Sampang yang berdasarkan ranking Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) tahun 2011 berada pada urutan ke 426. Model pendampingan tersebut dimulai dengan mengadakan suatu ‘Kalakarya' yang berkaitan dengan pencapaian indikator mutlak IPKM di kabupaten Sampang. Dari kalakarya menghasilkan aksi nyata berupa“ Operasi Timbang Balita”. Metode: Penelitian dilakukan dari September, 2011 sampai November, 2012 di tujuh Puskesmas terpilih yaitu: Banyuanyar, Kamoning, Sreseh, Kedundung, Camplong dan Robatal. Desain penelitian berupa riset operasional dengan cara pengamatan secara berkala selama pendampingan berlangsung. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatankuantitatif dan pendekatan kualitatif. Penilaian cakupan indikator mutlak kesehatan dilihat berdasarkan cakupan Balita yang ditimbang, tingkat partisipasi masyarakat (D/S), kasus Balita gizi buruk, dan upaya pelayanan kesehatan yang meliputi: cakupan kunjungan bayi (KN1), kunjungan pemeriksaan kehamilan (K1 & K4), dan cakupan pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan. Hasil: Operasi Timbang Balita berhasil mendongkrak tingkat partisipasi masyarakat (D/S) menjadi 80%, sekaligus menjaring kasus Balita gizi buruk sebanyak 12.100 Balita. Hasil cakupan kunjungan neonatus dan pemeriksaan kehamilan sudah mencapai > 90%, walaupun untuk cakupan kunjungan pemeriksaan kehamilan ke-4 (K4) baru mencapai 70%. Demikian juga dengan cakupan pertolongan persalinan sudah meningkat menjadi 90%. Hasil lain yang diperoleh adalah terjadinya replikasi Kalakarya di tingkat Puskesmas yang dilanjutkan ke tingkat Posyandu. Saran: Perlu diciptakan sistim pemantauan dan evaluasi program berkelanjutan yang disesuaikan dengan kondisi geografi s, topografi s dan kondisi spesifik masing-masing wilayah di kabupaten Sampang

    Reflection of Identity Through the Use of Bintil Language in Gaya Lentera Muda Community Lampung

    Full text link
    Effeminate language reflects effeminate characters and creativity of Gaya Lentera community. Therefore, the effeminate language represents the creative forms of language slang words are fascinating, brief, and simply-recalled. This research found the difference among Gay, Effeminate Men, and LSL [men sex with men] is only at their intonation when they are stating the language. Because through the intonation, they give their intention. There are 42 words examples which are usually used in the community, like: Eke Senandung sama Kanua, Apa kabose, Banjaran, Benyong, Bodrek, Barbie, Pepsi/Kencana wungu, Centong, Capcus, Dese, Duta, Endul/Endang, Gedung, Gilda/Gilingan, Hitachi/Puput melati, Greton/Gretongan, Inang, Eim/Ember/Um, Jalinan kasih, Jengong, Lagi apose, Lapangan bola, and Tandus. Bintil language among Gay, Transgender and LSL is commonly used in everyday life

    Deteksi Virus-Virus Pada Kentang Di Jawa Barat Dengan Menggunakan Teknik Molekuler

    Full text link
    . Gejala infeksi virus ditemukan bervariasi di sentra pertanaman kentang di Jawa Barat (Rancabali, Pangalengan, dan Bayongbong). Diagnosis virus berdasarkan gejala sulit untuk menentukan identitas suatu virus. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mendeteksi virus-virus pada tanaman kentang dengan teknik molekuler. Sebanyak 50 sampel daun dikoleksi secara acak dari tanaman kentang yang bergejala di setiap lokasi. Parameter yang diamati adalah gejala, kejadian penyakit, dan runutan DNA virus yang dominan ditemukan. Kejadian penyakit ditentukan dengan uji serologi menggunakan antiserum PVY, PVX, PVS, dan CMV, sedangkan deteksi asam nukleat dilakukan dengan RT-PCR dan Perunutan DNA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejala yang ditemukan bervariasi pada daun kentang, seperti vein clearing, vein banding, rugose, dan malformasi daun. Kejadian penyakit oleh PVY, PVX, PVS, dan CMV di Rancabali berturut-turut adalah 28%, 0%, 0%, dan 28%, di Pangalengan adalah 80%, 24%, 2%, dan 82%, serta di Bayongbong adalah 82%, 0%, 6%, dan 74%. RT-PCR menggunakan primer spesifik PVY dan CMV berhasil mengamplifikasi gen coat protein PVY dan CMV asal Bayongbong masing-masing berukuran ~800 pb dan ~650 pb. Homologi nukleotida dan asam amino PVY asal Bayongbong terhadap PVY dari negara lain berkisar 89,5–99,7% dan 92,0–100%. Homologi tertingginya yaitu dengan PVY-NTN asal Cina dan Jepang, sedangkan homologi nukleotida dan asam amino CMV asal Bayongbong terhadap CMV asal negara lain berkisar 87,6–96,9% dan 86,9–93,7%. Homologi tertingginya yaitu dengan CMV strain soybean stunt (S) asal Bogor (Indonesia). Kedua strain virus (PVY-NTN dan CMV-S) pertama kali terdeteksi pada kentang di Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teridentifikasinya kedua strain virus baru harus dipertimbangkan sebagai pembatas penting produksi kentang di Jawa Bara
    corecore