5 research outputs found

    KAJIAN TERHADAP KAVITASI DAN PRESSURE DROP PADA BUKAAN CONTROL VALVE TIPE GLOBE VALVE DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK CFD (COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS)

    Get PDF
    Kavitasi adalah pembentukan uap dalam suatu aliran fluida sebagai akibat turunnya tekanan pada saat temperature konstan. Fenomena ini sangat berbahaya dan diketahui sebagai fenomena yang bersifat merusak pada bagian-bagian penting instrumen dalam sebuah proses diantaranya control valve yang bila sangat tinggi akan mengakibatkan valve menjadi getas dan akhirnya pecah. Ada banyak hal yang bisa menyebabkan munculnya Kavitasi seperti turunnya tekanan mencapai tekanan uap, besarnya pressure drop, dan kecilnya downstream pressure. Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan proses yaitu proses pembuatan geometri valve pada fusion 360 kemudian tahapan simulasi menggunakan CFD 2015 (Computational Fluid Dynamics) terakhir melakukan analisa Anova pada RSM DX-7. Pada laporan penelitian ini  dihasilkan nilai-nilai yang berpengaruh terhadap fenomena kavitasi pada control valve, yaitu nilai indeks kavitasi, penurunana Tekanan dan Nilai Renold Number. Dari penelitian ini juga diperoleh rekomendasi atau saran mengenai tindakan yang harus dilakukan jika control valve terkena kavitasi serta bukaan valve terbaik untuk mencegah kavitasi pada control valve tipe Globe valve, untuk memudahkan penelitian Maka dilakukan simulasi menggunakan RSM (Respon Surface Metodology) dimana RSM menyediakan lima variasi presentase bukaan valve yaitu 50 %, 55,8579 %, 70 %, 84,1421%, dan 90 %. Setelah melalukan penelitian dengan menggunakan autodesk  CFD didapatkan nilai kavitasi terbesar pada bukaan 50 % dengan tekanan masuk 4 bar yaitu sebesar 28,9065 dengqn pressure drop sebesar 2,61625 bar dan Reynold Number sebesar 877341. Untuk nilai kavitasi terendah didapatkan pada bukaan valve 90 % dengan tekanana awal sebesar 4 bar kavitasi yang diperoleh sebesar 21.2878 penurunan tekanan sebesar 0,59465 bar dengan bilangan Reynold Number sebesar 754043. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah kavitasi paling besar berpotensi terjadi pada presentasi bukaan yang lebih kecil dengan tekanan awal yang kecil, ini terjadi karena besarnya pressure drop yang terjadi yang melebihi tekanan uapnya

    PENGEMBANGAN PROSES PENGERINGAN OPTIMAL PADA PLANT BIOMASSA PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN PEMODELAN ASPEN PLUS V.10.10

    Get PDF
    Pertumbuhan industri sawit yang tinggi dalam dua decade terakhir menempatkan Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia. Industri sawit selain menghasilkan minyak nabati, juga menghasilkan limbah padat antara lain serat dan cangkang. Sebagian dari limbah padat ini dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar di boiler untuk menghasilkan uap yang dimanfaatkan untuk pemrosesan dan menghasilkan energi listrik. Paper ini melaporkan hasil kajian simulasi pengaruh rasio serat dan cangkang pada berbagai kondisi udara berlebih terhadap emisi gas hasil pembakaran yang dihasilkan. Penelitian ini menjadi penting mengingat pabrik minyak kelapa sawit ditengarai sebagai salah satu penghasil gas rumah kaca (GRK) dan pemerintah melalui Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 tahun 2010 bertekad mengurangi emisi GRK. Perangkat lunak ASPEN Plus (Versi 10.10) digunakan untuk memvariasikan rasio serat : cangkang berkisar 80:20, 75:25 dan 67:33 dengan udara berlebih 90, %, 120% dan 150% di atas kebutuhan stoikiometri. Bahan bakar dialirkan dengan laju tunak ke dalam proses sebesar 1500 kg/jam. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kualitas emisi terbaik dihasilkan ketika rasio serat dan cangkang 80:20 dengan udara berlebih sebesar 90%. Pada kondisi seperti ini, gas CO2 yang dihasilkan sebesar 1337 kg/jam, CO 2010 kg/jam, dan NO yang dihasilkan sebesar 0,032 kg/jam . Hasil ini menunjukkan bahwa kehadiran serat di dalam bahan bakar memberikan kontribusi negatif terhadap emisi. Kajian lebih mendalam masih diperlukan untuk meminimalisir limbah padat serat ini untuk digunakan sebagai sumber bahan bakar

    Penggunaan Insulin untuk Pasien Diabetes Melitus dari Generasi ke Generasi

    Get PDF
    AbstrakDiabetes melitus adalah suatu penyakit kronik metabolik atau kondisi dimana terjadi peningkatan glukosa darah karena gangguan sekresi, atau resistensi hormon insulin ataupun keduanya, yang umumnya diterapi dengan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) dan bila tidak tercapai target terapinya, harus di tambah injeksi insulin. Insulin pertama kali ditemukan pada tahun 1923. Pada awal mulanya, generasi insulin yang digunakan menggunakan insulin hewan seperti anjing, sapi, dan babi. Kemudian generasi tersebut digantikan dengan generasi insulin manusia dan generasi analog insulin. Semakin berkembangnya teknologi, insulin pun memiliki banyak jenis dan cara pemakaian yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Secara umum, insulin berperan dalam penggunaan glukosa oleh sel tubuh untuk pembentukan energi. Hal ini dapat mengkompensasi fungsi sel beta pankreas. Insulin juga memiliki efek lain yang menguntungkan dalam kaitannya dengan komplikasi diabetes mellitus. Indikasi, kontraindikasi serta efek samping insulin perlu diperhatikan dalam penggunaan insulin ini. Kata kunci: diabetes melitus, generasi insulin.  AbstractDiabetes mellitus is a chronic metabolic disease or a condition where there is an increase glucose in the blood, usually due to impaired secretion or resistence of the insulin hormone or both, that generally treated with oral hypoglycemic agents and if not achieved the target of the therapy, insulin injection should be added. Insulin was first discovered in 1923. In the beginning, the generation of insulin used to use insulin animals such as dogs, cows, and pigs. Later generations are replaced by generation of human insulin and insulin analogues generation. In this period, insulin having many kinds and method of application adapted to the needs of patients. Normally, insulin is a hormone made by the pancreas that allows our body to use glucose from carbohydrates in the food for source of energy. Therefore insulin can compensate the function of pancreatic beta cells. Insulin have other benefit effects in overcoming the complication of diabetes mellitus. Indications, contraindications and side effects of insulin need atention for their use.  Keywords: diabetes mellitus, generation of insulin

    PRODUCTION OF BIOETHANOL FROM BANANA PEEL (Musa paradisiaca l.) USING SULFURIC ACID CATALYST

    No full text
    .Bioethanol is a pure alcoholic compound consisting of ethanol and is produced through a biomass fermentation process with the help of microorganisms.  Making bioethanol can be done using plants that contain starch, carbohydrates, glucose, and cellulose. One option is kepok banana peels.  Utilization of kepok banana peels can increase the variety of raw materials for bioethanol production which are cost-effective and easy to obtain.  This research has been done before, what has never been done is the manufacture of bioethanol using various catalysts H2SO4, hydrolysis temperature and fermentation time.  This research method uses hydrolysis, fermentation and distillation with variations in hydrolysis temperatures of 80°C, 90°C and 100°C, variations in catalyst concentration H2SO4 1 M, 2 M, 3 M with fermentation times of 5, 7, 9 days. Results of this study  the highest yield and density were obtained at the hydrolysis temperature of 90°C, the catalyst concentration of 3 M H2SO4 with a fermentation time of 9 days was 5.0432% and 0.8346 gr/ml, and the highest bioethanol content was at the hydrolysis temperature of 90°C, the catalyst concentration  2 M H2SO4 with 9 days fermentation time of 0.2884%.  The size of a grade is influenced by the length of time of fermentation and the amount of catalyst given.  The density value of the bioethanol obtained meets the Indonesian National Standard.  The results of the GC (Gas-Chromatography) test based on the highest glucose content and fermentation time at each temperature variation showed that the bioethanol content with a glucose content of 5.2%, 12.2% and 14.1% respectively at a hydrolysis temperature of 80°C  , 90°C and 100°C with catalyst concentration H2SO4 3 M and a fermentation time of 9 days, namely 1.783%, 4.024% and 5.030%.  The greater the catalytic agent used, the greater the level of glucose produced and the longer the fermentation period given, the more optimal the product will be

    Breaking Bad: Public Pensions and the Loss of that Old-Time Fiscal Religion

    No full text
    corecore