9 research outputs found

    Distribusi Spasial Hiu Paus (Rhincodon typus) Di Kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Papua Barat

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi spasial hiu paus, serta menganalisis faktor oseanografi yang berpengaruh terhadap distribusi hiu paus di kawasan Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskripsi. Data yang digunakan merupakan data hasil pemantauan hiu paus di TNTC yang diambil oleh WWF-Indonesia. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa hiu paus secara konsisten muncul di wilayah 4 atau SPTN Wilayah I Kwatisore. Hasil analisi

    Variabilitas Temporal Eddy di Perairan Makassar – Laut Flores

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi eddy secara temporal dari Perairan Makassar (PM) sampai Laut Flores (LF), serta hubungannya dengan upwelling dan downwelling dan konsentrasi klorofil-a. Daerah penelitian berada pada koordinat 115o – 125o BT dan 2.5o – 8o LS. Data yang digunakan adalah dataset bulanan arus geostrofik, tinggi paras laut, suhu permukaan laut, angin permukaan, dan klorofil-a tahun 2008 – 2012. Hasil pengolahan data menunjukkan eddy ditemukan di Selat Makassar dengan diameter dan kecepatan geostrofik tertinggi 255.3 km dan 21.4 cm/s, di Perairan Selatan Makassar (PSM) 266.4 km dan 15.6 cm/s, dan di  Laut Flores berada di sekitar 182.04 km dan11.4 cm/s. Dari total 51 eddy yang ditemukan, mayoritas kejadian tersebut merupakan eddy tipe anticyclonic. Di Selat Makassar dan Laut Flores eddy dapat terbentuk sepanjang musim, sedangkan di Perairan Selatan Makassar tidak terbentuk eddy pada musim barat. Nilai konsentrasi klorofil-a pada daerah yang selalu terbentuk eddy lebih tinggi daripada daerah yang tidak pernah terbentuk eddy, akan tetapi hubungan langsung antara eddy dengan fenomena upwelling/downwelling tidak terlihat berdasarkan nilai SPL

    KONDISI THERMAL FRONT DITINJAU DARI EL NIÑO, DAN ARLINDO DI PERAIRAN SELATAN JAWA TIMUR DAN BALI PADA MUSON TIMUR

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh El Niño   terhadap pembentukan thermal front di perairan selatan Jawa Timur dan Bali dan hubungannya dengan ARLINDO. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah SPL yang berasal dari AquaMODIS, Indeks Nino 3.4 yang berasal dari CPC NOAA, dan Arus Geostrofik dari AVISO. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan analisis secara spasial dan temporal. Front dideteksi pada data citra raster SPL menggunakan algoritma Cayulla Cornilon 1992 dengan kategori kuat dengan perbedaan SPL >= 0.5 OC dan lemah dengan perbedaan SPL 0.3 – 0.49 OC. Hasil penelitian menunjukan front yang terbentuk di perairan selatan Jawa dan Bali merupakan front sementara dengan kekuatan lemah dan kuat. Adanya fenomena El Niño berpengaruh terhadap pembentukan thermal front dimana lebih banyak terbentuk pada saat El Niño daripada keadaan normal dan El Niño ini berpengaruh terhadap transpor ARLINDO

    Pengaruh Musim Terhadap Kondisi Oseanografi Dalam Penentuan Daerah Penangkapan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Di Perairan Selatan Jawa Barat

    Get PDF
    Perairan Selatan Jawa Barat merupakan daerah potensial dalam bidang perikanan, salah satu hasil perikanan yang memiliki nilai ekonomis penting adalah ikan cakalang. Suhu permukaan laut dan klorofil dapat mempengaruhi daur hidup ikan cakalang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola musim penangkapan ikan cakalang di Perairan Selatan Jawa Barat selama periode 2014-2016 dan menganalisis pengaruh musim terhadap kondisi oseanografi khususnya suhu permukaan laut dan klorofil-a dalam penentuan daerah tangkapan ikan cakalang di Perairan Selatan Jawa Barat. Data yang digunakan berupa data sekunder yang didapatkan dari satelit Aqua MODIS periode tahun 2014-2016, dan data hasil tangkapan ikan cakalang yang diperoleh dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu, Sukabumi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode analisis spasial. Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil tangkapan ikan cakalang berfluktuatif tiap musimnya. Hasil tangkapan ikan cakalang tertinggi terdapat pada musim pada musim timur tahun 2015 yaitu sebesar 325,77 ton dengan nilai suhu optimum sebesar 28-28,3 °C dan nilai klorofil-a optimum sebesar 0,2-0,25 mg/m3.  Sedangkan tangkapan terendah pada musim barat tahun 2016 yaitu sebesar 15,81 ton dengan nilai suhu optimum sebesar 27-29 °C akan tetapi nilai klorofil-a yang tidak optimum sebesar 0-0,2 mg/m3

    POLA ARUS DAN TRANSPOR SEDIMEN PADA KASUS PEMBENTUKAN TANAH TIMBUL PULAU PUTERI KABUPATEN KARAWANG

    Get PDF
             Tanah timbul adalah salah satu fenomena yang diakibatkan oleh pengendapan sedimen. Keberadaan tanah timbul akan menyebabkan perubahan pola sirkulasi arus dimana akan menyebabkan perubahan kecepatan arus dan gelombang, sedimentasi maupun kedalaman. Perubahan sirkulasi arus menyebabkan efek yang berantai terhadap suatu ekosistem. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pola pasang surut, karakteristik pola arus, dan transpor sedimen sebelum dan sesudah Pulau Puetri terbentuk. Hasil penelitian karakteristik pola arus perairan Pulau Puteri sebelum terbentuk saat surut terendah dengan kecepatan arus tertinggi berkisar antara 0,266 hingga 0,293 m/s dan pergerakan arus bergerak dari arah timur dan arah barat menuju utara pantai Cikiong. Pada saat pasang tertinggi, kecepatan arus tertinggi berkisar di antara 0,32 hingga 0,346 m/s dan pergerakan arus bergerak dari arah barat menuju timur pantai Cikiong. Karakteristik pola arus perairan Pulau Puteri setelah terbentuk saat surut terendah dengan kecepatan arus tertinggi berkisar di atas 0,373 m/s dan pergerakan arus bergerak dari arah selatan menuju utara Pulau Puteri. Pada saat pasang tertinggi, kecepatan arus tertinggi berkisar di antara 0,346 hingga 0,373 m/s dan pergerakan arus bergerak dari arah selatan dan barat bergerak menuju arah timur Pulau Puteri. Pengendapan sedimen tertinggi pada saat sebelum Pulau Puteri terbentuk berada di sekitar area muara sungai, sedangkan pengendapan sedimen tertinggi pada saat setelah Pulau Puteri terbentuk berada di sekitar selatan Pulau Puteri

    Variabilitas Lapisan Termoklin Terhadap Kenaikan Mixed Layer Depth (MLD) di Selat Makassar

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi suhu, MLD, variabilitas ENSO, dan arus yang mempengaruhi lapisan termoklin di Selat Makassar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis temporal dan spasial serta deskriptif komparatif sehingga menghasilkan output berupa profil suhu vertikal. Suhu rata-rata pada kedalaman 0-500 m mencapai 25,8 dengan kisaran suhu 6,64-33,81. Pada tahun 2015 lapisan termoklin terbentuk pada kedalaman 50-400 m dengan kisaran suhu 9-28. Pada tahun 2016 lapisan termoklin mulai terbentuk pada kedalaman 50-300 m dengan kisaran suhu 9-27. Kedalaman MLD pada daerah tenggara Selat Makassar lebih tinggi. Kekuatan arus terkuat terjadi selama musim Barat dengan kecepatan rata-rata 0,06 m/s kearah selatan dan barat. El Nino terjadi pada November 2014 sampai Mei 2016 dengan El Nino terkuat pada 2015 menyebabkan nilai MLD kecil yaitu sebesar 50,30 m. Pada Agustus sampai Desember 2016 terjadi La Nina yang menyebabkan nilai MLD meningkat

    Kondisi Perairan Teluk Ekas Lombok Timur pada Musim Peralihan

    Get PDF
    Kajian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perairan semi-tertutup dari karakteristik fisika dan kimia. Penelitian dilaksanakan pada Musim Peralihan di Teluk Ekas, Lombok Timur, Indonesia. Lokasi perairan Teluk Ekas, Lombok Timur dilewati arus dari Samudera Pasifik yang menuju Selat Lombok dan di perairan teluk ditemukan dua muara sungai, yaitu Muara Sungai Awang dan Kelongkong serta banyaknya kegiatan budidaya biota pada perairan. Metode yang digunakan dengan pengambilan data lapangan secara langsung, pengolahan, visualisasi dan analisisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai DO berkisar 5 mg/l,[ZH1]  nilai kecerahan yang cukup optimal berkisar antara 0,391-18,5 meter, pH berkisarantara 8-9, salinitas berkisar antara 34-36 psu, suhu yang diperolehberkisarantara 28-30oC. Hasil ini menunjukkan bahwa perairan Teluk Ekas dipengaruhi oleh massa air yang berasal dari laut (atau daratan). Kemudian analisis terhadap kondisi kualitas air menunjukkan bahwa wilayah ini masih sesuai dengan standar baku Kementerian Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004 untuk biota laut. Kata kunci: Musim Peralihan, Parameter Fisis dan Kimia, Teluk Eka
    corecore