9 research outputs found

    Syekh Yusuf: Pahlawan Nasional Dua Bangsa Lintas Benua

    Full text link
    Kajian ini bertujuan untuk memaparkan tentang Perjuangan Syekh Yusuf di Banten. Ia dikenal sebagai ulama besar yang berasal dari Makassar, namun sebagian besar hidupnya diabdikan di kampung orang, yaitu Banten. Kajian ini menggunakan metode sejarah dengan empat langkah sistematis. Pencarian datanya lebih banyak bertumpuh pada studi literatur melalui beberapa perpustakaan. Hasil kajian menunjukkan bahwa di Banten, ia menjadi penasehat utama Sultan Ageng Tirtayasa (mufti). Awalnya hanya mengembangkan agama Islam, namun karena perkembangan politik di Banten menyebabkan beliau harus berjuang membantu mertuanya melawan VOC yang bersekutu dengan anak kandungnya, Sultan Haji. Beliau ditangkap VOC lalu dibuang ke Sailon dan Afrika Selatan. Ia meninggal dunia pada 1699 dalam usia 73 tahun. Tahun 1995, atau 296 tahun kemudian barulah Indonesia memberikan gelar Pahlawan Nasional, dan tahun 2009 atau 310 tahun setelah meninggalnya, Afrika Selatan juga memberikan gelar Pahlawan Nasional

    Keteguhan dalam menegakkan siri': kajian perjuangan I Benni Arung Data melawan Belanda

    Get PDF
    Hubungan antara Arung Palakka dan VOC semakin terjalin oleh karena sama-sama mempunyai kepentingan. Arung Palakka bersedia membantu VOC untuk menghancurkan Kerajaan Gowa agar Kerajaan Bone dan Soppeng cepat terbebas dari perbudakan Kerajaan Gowa. Sementara itu, VOC sendiri bersedia bekerjasama denganArung Palakka karena menganggap Kerajaan Gowa adalah sandungan untuk menjalankan monopoli perdagangan di Indonesia bagian Timur. Oleh karena itu, pacia tahun 1655, Arung Palakka dan Joan Maetsuyker mengikat suatu intekeren. Isi perianjian itu adalah bahwa Selama matahari dan bulan memancarkan sinarnya, selama itu pula Bone kian Konrpe.ni Belanda tetap bersatu teguh". Perjanjian ini tercetus berkat bantuan Arung Palakka terhadap VOC dalam perang untuk menundukkan Pariaman. Setelah .itu Arung Palakka meminta kepada VOC untuk membantunya membebaskan Kerajaan Bone dari jajahan Kerajaan Gowa. Permintaan bantuan itu diterima VOC karena usaha untuk menduduki Kerajaan Gowa, juga menjadi cita-citanya

    Budaya politik kerajaan Balanipa Mandar

    Get PDF
    Budaya politik Kerajaan Balanipa dimulai dari kepemimpinan lomokoka yang awalnya diharapkan dapat menjamin ketentraman masyarakat, Sejumlah Tomakaka yang ada ini justru ternyata berbuat sewenang-wenang dan berambisi untuk menguasai sesamanya. Kondisi itu menyebabkan empat Tomakaka mempersatukan diri dalamsatu ikatan kebersamaan yang dikenal dengan nama Appe Banua Kaiyang, Appe Banua Kaiyang mencari pigur pemimpin yang dapat mengatasi persoalan.Pencarian lalu tertuju kepada I Manyambungi. Persoalan muncul sebab tokoh yang dimaksud berada di Kerajaan Gowa. Appe Banua Kaiyong mengirim utusan untuk menjemput I Manyambungi agar dapat dikembalikan ke Mandar. Pada waktu kembali ke negerinya, ia lalu memerangi para Tomakaka yang selalu berbuat kekacauan di Mandar. Atas keberhasilannya itu, ia diangkat menjadi pemimpin Appe Banua Kaiyang dan menjadi pemegang kendali atas daerah-daerah tersebut.Se.jak itu merupakan awal munculnya budaya politik lokal di kerajaan ini. I Manyambungi melakukan pembenahan wilayah dengan membuat peraturan dalam berbagai bidang, terutama pada persyaratan pengangkatan seorcng mara'dia setelah pemberhentiannya. Aturan-aturan itulah yang kemudian menjadi pola acuan yang berkelanjutan sepanjang wilayah tersebut menganut sistem kerajaan

    Soppeng: dari Tomanurung hingga penjajahan Belanda

    Get PDF
    Kerajaan Soppeng merupakan salah satu kerajaan yang diperhitungkan dalam percaturan politik di masa periode kerajaan-kerajaan di sulawesi Selatan.Namun buku ini tidak secara sepihak hanya membahas bagaimana peranan Kerajaan Soppeng dalam percaturan tersebut. Buku ini lebih fokus pada pergolakan sosial politik dalam perjalanan Kerajaan Soppeng dari masa Tomanurung,masa kerajaan sampai pada masa penjajahan Hindia Belanda.Kalau menilik percaturan politik di kalangan kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan, Kerajaan Soppeng tidak sedang dalam persaingan dengan kerajaan lainnya. Justru para pembesar Kerajaan Bone yang cerdik menempatkan Kerajaan Soppeng dalam posisi tersebut, dengan mengikat hubungan kedua kerajaan dalam hubungan kekeluargaan dan perjanjian. Apalagi para pembesar Kerajaan Soppeng mempunyai karakter teguh pada perjanjian. Buku ini cukup cerdas mengantar para pembaca memahami perjalanan kesejarahan sebuah kabupaten yang lahir dari kerajaan yang mempunyai potensi berperan dalam percaturan politik di masanya. Namun lebih memilih sikap perdamaian dan ketenangan. Sikap-sikap tersebut masih terlihat sampai saat ini, dari sikap dan perilaku masyarakat Kabupaten Soppeng, suatu pewarisan sejarah yang positif

    Religious and Cultural Moderation of Ambonese Society Post-1999 Conflict

    Get PDF
    Psychologically, A conflict can cause various traumas towards two contradicting communities, including the Ambon conflict in 1999, even though the Ambonese people are known as tolerant and open-minded society. This research aimed to determine: the condition of Ambonese society before the 1999 conflict; the dynamics and periodization of Ambon-1999 conflict; the essence of teaching moderation toward religions in Ambon; and the practice of religious and cultural moderation of Ambonese society post-1999 conflict. The research was a qualitative research (field research). The instruments used were interview session, observation, and document analysis. The collected data were analyzed using descriptive qualitative method. The research indicated that initially the Ambonese society lived in harmony and peace, because they were bound by the culture of pela and gandong. The Ambon-1999 conflict lasted for about five years, sometimes the conflict reappeared because of the dominant ethnic sentiments especially the sentiments of religious believers who were very sectarian in understanding their religious teachings. Hence, religious believers were required to be moderate in understanding their religion. Religious moderation became an important matter for all believers. In this case, religious moderation did not mean to confound the truth while eliminating the identity of each religious believers. However, religious moderation tended to an openness of attitude in accepting the existence of other religious believers besides certain religion that need to acknowledge and respected as well. Thus, this belief will lead to openness, tolerance and flexibility in behavior. As one nationality, people should be fair to others whether an individual was born in Ambon or who just came to Ambon, regardless of their religious, racial, ethnic and linguistic background. Religious and cultural moderation of the Ambonese society is reflected in their behavior, not only in slogans. There was a new collective awareness of Ambonese society after the 1999 conflict in order to respect each other's beliefs according to each different religions and cultural backgrounds

    Hubungan kerajaan Suppa dan Bone

    No full text
    Kerajaan Suppa adalah salah satu kerajaan anggota konfederasi Ajatappareng yang letaknya di sebelah barat Danau Tempe, Danau Sidenreng, dan Danau Buaya. Sekitar abad ke-16, konfederasi ini terbangun yang dicetuskan oleh La Makkarawi Datu Suppa. Tujuan pembentukannya adalah untuk memandang persaingan kekuasaan atas tiga kerajaan besar, yaitu Kerajaan Bone, Kerajaan Gowa, dan Kerajaan Luwu. Ketiga keraan besar itu pernah menanamkan pengaruh kekuasaannya atas Konfederasi LimaE Ajatappareng.14 x 21 c

    Awal kebangkitan dan keruntuhan Pelabuhan Pallime Di Bone

    No full text
    Pelabuhan Pallime pada awalnya hanyaberupa kawasan tepran. Pelabuhan iniberada di perairan Sungai Cenrana yang berhulu di Danau Tempe dan bermuara di Teluk Bone. Sejak abad ke 16 Masehi,sungai cenrana telah menjadi jalur lalulintas air yang menghubungkan antara daerah-daerah sekitar muara Teluk Bone dengan daerah-daerah sekitar Danau Tempe dan Danau Sidenreng.Jalur tradisional ini merupakan cikal bakal terbentuknya Pelabuhan Pallime sebagaipintu masuk angkut dan muat hasil-hasil bumi di daerah-daaerah Bugis. Pelabuhanini mengalami perkembangan pesat setelah dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda 1905. Bahkan lebih maju dibandingkan Pelabuhan Bajoe. Meningkatnya aktivitas Pelabuhan Pallime dikarenakan pemerintah Belanda membangun fasilitas pelabuhan seperti gudang barang, pabrik penggilingan dan gedung minyak.Buku ini mengupas awal kebangkitan dan keruntuhan Pelabuhan Pallime dan pengaruh sosio-ekonomi, serta geo-politik masyarakat di sekitarnya. Buku ini akan menjadi sedikit catatan sejarah tentang perjalanan sebuah pelabuhan tradisional yang mulai terlupakan oleh zaman. untuk itu, sangat baik dibaca oleh siapa saja pemerhati seja rah kepelabuhanan

    Pengobatan tradisional di daerah sulawesi selatan

    No full text
    corecore