PENGARUH RASIO L/D ANTARA LAPISAN MORTAR GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN BETON DENGAN SEAWATER CURING

ABSTRAK The performance and durability of concrete in construction is essential to maintain the sustainability and protection of the material. Particularly in construction in marine environments, the attack of aggressive chemical compounds can affect concrete and accelerate deterioration. This research aims to improve the performance and durability of concrete in construction in marine environments by using additional protection methods such as Surface Applied Protection. One of the materials used is geopolymer mortar that uses fly ash as a base material. This study shows that geopolymer mortar contributes positively to the compressive strength and durability of concrete. The thickness of the geopolymer mortar layer affected the mechanical properties of the concrete, and 4 cm thick gave the highest compressive strength results. The addition of geopolymer mortar needs to be adjusted to the compressive strength of the concrete and pay attention to the layer thickness for optimal results.   Kata kunci:  repair material, marine environment, L/D ratio, geopolymer mortar, compressive strengt

Analisa Kerentanan Seismik pada Struktur Eksisting Menggunakan Metode Rapid Visual Screening di Kota Malang

Wilayah Indonesia dikelilingi oleh beberapa lempeng tektonik dan barisan pegunungan berapi aktif. Menjadikan sebagian wilayah Indonesia berpotensi terjadi gempa tektonik maupun vulkanik. Badan Standarisasi Nasional Indonesia telah mengeluarkan peraturan gempa terbaru di tahun 2019 yang menggantikan peraturan gempa di 2012. Dimana terjadi penambahan nilai PGA, Ss, dan S1 di peta gempanya dibandingkan dengan peta gempa tahun 2010. Dengan bertambahnya nilai tersebut, maka wilayah di Indonesia akan semakin rentan terhadap gempa. Peraturan terbaru dapat langsung diemplementasikan kepada bangunan baru. Namun bangunan lama juga harus diteliti, apakah bangunan lama tersebut masih dapat menahan beban gempa baru. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kerentanan bangunan lama terhadap beban gempa sesuai peraturan terbaru. Penelitian ini menggunakan metode Rapid Visual Screening berdasarkan peraturan FEMA-154. Bangunan yang diperiksa adalah bangunan gedung perkuliahan yang berada di Kota Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gedung yang diperiksa masih tergolong dapat menahan beban gempa sesuai dengan peraturan gempa terbaru

Pengaruh Penggunaan Metakaolin Terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Beton Geopolimer

Kata kunci : Metakaolin, Fly Ash, Beton Geopolimer, Sifat Fisik, Sifat Mekanik. Material beton sudah lama digunakan dalam pembangunan berbagai macam jenis konstruksi. Meningkatnya kebutuhan material beton meningkatkan produksi semen, sehingga semakin tinggi pula kadar CO2 yang dilepaskan di udara. Berdasarkan hal tersebut para peneliti mengembangkan material alternatif yang dapat menggantikan semen yang bersifat lebih ramah terhadap lingkungan dengan mutu yang sama atau lebih baik. Beton geopolimer adalah beton yang tidak memakai semen sebagai bahan pengikat yang bisa digantikan dengan fly ash (FA), abu sekam padi, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan mengembangkan campuran beton geopolimer dengan metakaolin (MK) sebagai bahan pengikatnya. Metakaolin (MK) dipilih karena unsur yang dikandung didalamnya yaitu Al dan Si adalah unsur yang menyusun semen. Metakaolin (MK) yang digunakan dalam komposisi campuran beton geopolimer akan diteliti setting time, workability, porositas, berat volume, kuat tekan, kuat tarik belah dan modulus elastisitas.Komposisi campuran beton geopolimer berdasarkan metode Trial and Error dengan prosentase agregat dan pengikat + air adalah 77% dan 33%. Untuk bahan pengikat menggunakan fly ash (FA) dan metakaolin (MK) dengan 5 variasi perbandingan antara lain, a) 100% fly ash (FA) dan 0% metakaolin (MK), b) 75% fly ash (FA) dan 25% metakaolin (MK); c) 50% fly ash (FA) dan 50% metakaolin (MK); d) 25% fly ash (FA) dan 75% metakaolin (MK), dan; e) 0% fly ash (FA) dan 100% metakaolin (MK). Dengan kadar w/c yang dipakai adalah 0.55, 0.65, 0.7, 0.75 dan 0.9. Beton geopolimer menggunakan larutan aktifator yaitu perbandingan Na2SiO3/NaOH adalah 2 dengan NaOH 10 Molar.Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini sesuai dengan SNI (Standar Nasional Indonesia) dan ASTM (America Society for Testing and Material). Komposisi optimum penggantian sebagaian FA oleh MK ditentukan berdasarkan hasil kuat tekan tertinggi yang dicapai. Berdasarkan hal tersebut kuat tekan tertinggi diperoleh pada penggantian MK sebanyak 25% pada komposisi campuran FA dan MK dengan kuat tekan 24,48 MPa. Selain itu beberapa hasil pengujian mendukung prosentase penggantian FA sebesar 25% oleh MK sebagai komposisi optimum antara lain memiliki kuat tarik belah 7,31 MPa, nilai porositas 6,76% dan waktu ikat awal 240 menit

Transport Properties of Lightweight Concrete Incorporated with Expanded Clay Aggregate in Marine Environment

Employing porous material such as expanded clay lightweight aggregate (EC LWA) as an internal curing agent in the production of mass concrete proof to mitigate early age cracks in resulting concrete. However, introducing EC LWA could increase the porosity of concrete, leading to concrete degradation due to water penetration. Thus, this research aims to investigate the suitable natural aggregate replacement rate with EC LWA in the production of concrete with acceptable mechanical and transport properties. Three replacement rates of 0, 50, and 100% were applied. The water-per-cement ratio of 0.6 was used to produce concrete. The workability of fresh concrete and the compressive strength were tested. The transport properties of concrete were assessed by monitoring the capillary water uptake of concrete. To mimic the marine environment, the concrete sample was immersed in sodium chloride and sodium sulphate for seven days. The result shows that the workability, bulk density, and compressive strength of concrete with 50% EC LWA have a similar value to the reference sample. Moreover, samples with 50% EC LWA also have a slower capillary rate in a sodium chloride environment than in fresh water

Corrosion Rate and Weight Loss of Geopolymer Mortar Coated Concrete Specimens with Different Thicknesses

This study is about the use of geopolymer mortar as an alternative repair material to reduce the corrosion rate of building structures. The experiment was conducted by comparing the corrosion rate and weight loss of concrete specimens with different thicknesses of geopolymer mortar coating with concrete specimens coated with Sikagrout 215M. Observations showed that the specimens with 2.5 cm thick geopolymer mortar coating cracked faster and had higher current values than the others. Corrosion rate measurements showed that the specimen with 4 cm thickness geopolymer mortar coating had the lowest corrosion rate, while the specimen with Sikagrout 215M coating had a higher corrosion rate. Visualization of the cracked specimens shows that the geopolymer mortar layer’s thickness affects the reinforcement’s rust formation. Geopolymer concrete with proper coating thickness can reduce the corrosion rate and weight loss of concrete structures. This research further explains the effect of coating thickness and coating type in protecting steel in concrete from corrosion