3 research outputs found

    Genome of a middle Holocene hunter-gatherer from Wallacea

    Get PDF
    Much remains unknown about the population history of early modern humans in southeast Asia, where the archaeological record is sparse and the tropical climate is inimical to the preservation of ancient human DNA1. So far, only two low-coverage pre-Neolithic human genomes have been sequenced from this region. Both are from mainland Hòabìnhian hunter-gatherer sites: Pha Faen in Laos, dated to 7939–7751 calibrated years before present (yr cal bp; present taken as ad 1950), and Gua Cha in Malaysia (4.4–4.2 kyr cal bp)1. Here we report, to our knowledge, the first ancient human genome from Wallacea, the oceanic island zone between the Sunda Shelf (comprising mainland southeast Asia and the continental islands of western Indonesia) and Pleistocene Sahul (Australia–New Guinea). We extracted DNA from the petrous bone of a young female hunter-gatherer buried 7.3–7.2 kyr cal bp at the limestone cave of Leang Panninge2 in South Sulawesi, Indonesia. Genetic analyses show that this pre-Neolithic forager, who is associated with the ‘Toalean’ technocomplex3,4, shares most genetic drift and morphological similarities with present-day Papuan and Indigenous Australian groups, yet represents a previously unknown divergent human lineage that branched off around the time of the split between these populations approximately 37,000 years ago5. We also describe Denisovan and deep Asian-related ancestries in the Leang Panninge genome, and infer their large-scale displacement from the region today.The Toalean burial from Leang Panninge Genomic analysis Discussio

    Pemberdayaan Masyarakat Pengolah Gula Aren Menuju Kemadirian Ekonomi dan Berdaya Saing di Desa Lamondape Kecamatan Polinggona Kabupaten Kolaka

    Get PDF
    Kegiatan perekonomian masyarakat tergantung sarana prasarana sebagai pendukung dan ketrampilan yang dimiliki. Kegiatan perekonomian masyarakat yang tidak stabil menimbulkan pendapatan masyarakat dibawah garis kemiskinan. Potensi sumberdaya alam dan potensi sosial ekonomi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat. Salah satu potensi sumber daya alam yaitu tanaman aren yang diolah menjadi gula aren. Mitra sasaran yang dilibatkan adalah Kelompok Pengolah Gula Aren Desa Lamondape (produktif secara ekonomi) dan Kelompok Karang Taruna Malitutue (non produktif secara ekonomi). Permasalahan kelompok pengolah gula aren yaitu pada bidang produksi, pemasaran dan manajemen usaha. Permasalahan kelompok karang taruna malitutue yaitu pada bidang pendidikan dan ekonomi. Kegiatan pemberdayaan Kosabangsa melakukan pelatihan dan pendampingan terkait perancangan model bisnis marketplace melalui pemanfataan teknologi digital, Model Kelembagaan Quadruple Helix, dan model pengembangan usaha melalui diversifikasi produk dan rekayasa cetakan serta kemasan. Hal ini dapat memberikan dampak peningkatan jumlah penjualan gula aren, peningkatan pendapatan pelaku usaha gula aren dan memperluas wilayah penjualan produk gula aren dan sebagai pengembangan Produk Unggulan Desa (PUD) khususnya untuk komoditi aren dan produk olahan gula aren. Upaya ini bertujuan untuk produktifitas pengolah gula aren dan kelompok karang taruna dalam rangka meningkatkan pendapatan menuju ekonomi mandiri serta memiliki daya saing

    MODEL PENGEMBANGAN USAHA PADA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENGOLAH GULA AREN MELALUI DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN GULA AREN DI DESA LAMONDAPE KECAMATAN POLINGGONA KABUPATEN KOLAKA

    No full text
    Potensi ekonomi produktiv di Desa Lamondape ditopang oleh kehadiran kelompok usaha ekonomi salah satunya adalah kelompok usaha gula Aren ‘Guren Lamondape’ merupakan mitra kelompok produktif secara ekonomi. Aktifitas produksi gula aren pada kelompok usaha bahan baku pembuatan gula aren tersedia pada masing-masing anggota kelompok usaha. Pembuatan gula aren membuka peluang usaha yang menjanjikan keuntungan dan layak untuk dikembangkan jika, dikelola dengan baik dan terus-menerus secara profesional serta didukung dengan teknologi pengolahan dan teknologi pemasarannya. Permasalahan kelompok pengolah gula aren yaitu pada bidang produksi dan pemasaran. Kegiatan pemberdayaan Kosabangsa melakukan pelatihan dan pendampingan terkait model pengembangan usaha melalui diversifikasi produk. Hal ini dapat memberikan dampak peningkatan ketrampilan dan pengetahuan tentang upaya memberikan nilai tambah produk gula aren yaitu membuat gula semut aren. Sehaingga keberlanjutan dari kegaitan ini dapat berdampak pada peningkatan pendapatan pelaku usaha gula aren sebagai pengembangan Produk Unggulan Desa (PUD) khususnya untuk komoditi aren dan produk olahan gula aren
    corecore