3 research outputs found

    PENGEMBANGAN KURIKULUM PELATIHAN MINE SURVEYING

    Get PDF
    Mine surveying merupakan salah satu bidang pekerjaan yang menentukan keberhasilan kegiatan pertambangan. Oleh karena itu pengembangan sumber daya manusia di bidang tersebut melalui kegiatan pelatihan merupakan aspek penting yang harus dikelola secara optimal. Namun, terdapat beberapa kesenjangan terkait kurikulum pelatihan mine surveying yang sekarang berlaku, yaitu:standar kompetensi yang dijadikan acuan tidak terdapat jenjang pelatihan berdasarkan pendidikan dan pengalaman kerja serta dokumen kurikulum mine surveyingyang bersifat “inertia”. Atas dasar tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan berbagai kompetensi yang dibutuhkan mine surveyor berdasarkan jenjang pendidikan dan pengalaman kerja, pengaruh jenjang pendidikan dan pengalaman kerja terhadap kebutuhan kompetensi mine surveyor, konten, strategi pembelajaran serta strategi penilaian yang sesuai untuk pelatihan mine surveying. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Temuan dalam penelitian ini, yaitu: kebutuhan kompetensi mine surveyor lulusan pendidikan menengah adalah pada kompetensi yang berkaitan dengan pelaksanaan berbagai jenis aktivitas pengukuran dan aspek pelaksanaan K3, sedangkan kebutuhan kompetensi mine surveyor lulusan diploma dan sarjana relatif sama, yaitu berkaitan dengan perencanaan dan pengolahan data pada berbagai jenis kegiatan pengukuran; pelaksanaan K3; pembuatan laporan serta pekerjaan yang bersifat administratif. Konten dikembangkan dengan sekuen logis yang berpijak pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang mine surveying. Strategi pembelajaran yang ditetapkan adalah melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta pelatihan. Adapun strategi penilaian yang ditetapkan adalah berdasarkan performa setiap peserta pelatihan pada setiap kompetensi yang disyaratkan. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya adalah pada aspek implementasi dan evaluasi kurikulum serta analisis kebutuhan soft skills di bidang mine surveying. Mine surveying is one of the work areas determining the success of the mining activities. Consequently, the human resource development in the field through training activities is an important aspect that must be managed optimally. However, there are some gaps related to the current mine surveying training curriculum, which are: the competency standards used as references do not have any training levels based on education and work experience; and mine surveying curriculum document is "inertia". Therefore , this study aims to produce various competencies needed by the mine surveyors in line with their education and work experience levels, the influence of their education and work experience levels on the needs of the mine surveyors’ competencies as well as the content, the learning strategy, and the assessment strategy which are appropriate for the mine surveying training. Research is done through quantitative and qualitative approaches. In addition, it is found that the competency needs of the mine surveyors of the high school education graduates are on the competencies related to the implementation of various measurement activities and the implementation aspect of the Occupational Safety and Health, while the competency needs of the mines surveyors of diploma and bachelor graduates are relatively the same, related to the data planning and processing on various measurement activities; the Occupational Safety and Health implementation; the report arrangement; and the administrative work. The content is developed with a logical sequence that builds on the science and technology development in the mine surveying field. The learning strategy determined is the student-centered learning approach. The assessment strategy is according to the performance of each training participant on each competency required. Recommendations for further research are the aspects of curriculum implementation and evaluation and analyzing the soft skill needs in the mine surveying field

    ANALISIS ENERGI KINETIK MAKSIMUM JATUHAN BATUAN (ROCK FALL) DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI ROCK FENCE

    Get PDF
    Rock fall is a very fast bedrock movement where material is released from a steep slope and moves by falling, bouncing, rolling or sliding. West Java Province has a frequency of 1129 landslides throughout 2020 which underlies the need for a study of locations that have the potential for rock fall and simulation calculations to determine the type of rock fall barrier that can be used at that location. Rock fence as a passive slope protection method as one of the rock fall countermeasures. The analysis is carried out using software to determine the most appropriate type of rock fence method. Based on the analysis, the maximum kinetic energy at Location 1, Location 2 and Location 3 was 1,630.68 kJ, 1,209.11 kJ and 397.82 kJ, respectively. Thus, the countermeasure for Location 1 can use a Category 4 rock fence with the maximum energy level value being in the range of 1500 kJ MEL < 2000 kJ, while countermeasures for Locations 2 and 3 can use Category 3 and Category 1 rock fences respectively. Further collection of slope geometry data and historical rock fall data is needed to be able to simulate various rock fall conditions, rock reflection heights and rock maximum kinetic energy so as to sharpen the analysis results. Keywords: rock fence, rock fall classification, kinetic energy, slope protection, simulationJatuhan batuan adalah pergerakan bedrock yang sangat cepat dimana material terlepas dari lereng yang terjal dan bergerak dengan cara terjatuh, memantul, menggelinding atau menggelincir. Provinsi Jawa Barat memiliki frekuensi kejadian longsoran sebanyak 1.129 kali di sepanjang tahun 2020 yang mendasari perlu dilakukannya studi terhadap lokasi yang memiliki potensi jatuhan batuan dan simulasi perhitungan untuk mengetahui jenis penahan jatuhan batuan yang dapat digunakan pada lokasi tersebut. Rock fence sebagai proteksi lereng pasif menjadi salah satu metode penanganan jatuhan batuan yang dikaji di dalam penelitian ini. Analisis dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak untuk menentukan jenis teknologi rock fence yang paling sesuai. Berdasarkan hasil analisis diperoleh besar energi kinetik maksimum pada Lokasi 1, Lokasi 2 dan Lokasi 3 berturut-turut yaitu 1.630,68 kJ, 1.209,11 kJ dan 397,82 kJ. Dengan demikian penanganan pada Lokasi 1 dapat menggunakan rock fence Kategori 4 dengan nilai energi level maksimum berada pada rentang 1500 kJ ≤ MEL < 2000 kJ. Penanganan pada Lokasi 2 dan 3 masing-masing dapat menggunakan rockfence Kategori 3 dan Kategori 1. Pengumpulan data geometri lereng dan data historis jatuhan batuan lebih lanjut dibutuhkan untuk dapat mensimulasikan berbagai kondisi jatuhan batuan, tinggi pantul batuan dan energi kinetik maksimum batuan sehingga dapat mempertajam hasil analisis. Kata Kunci: rock fence, klasifikasi, jatuhan batuan, energi kinetik, proteksi lereng, simulasi

    DESAIN KURIKULUM PELATIHAN DIGITALISASI PEMBELAJARAN KOLABORATIF BAGI WIDYAISWARA

    Get PDF
    Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mengembangkan desain kurikulum pelatihan Digitalisasi Pembelajaran Kolaboratif bagi Widyaiswara di lingkungan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (PPSDM Migas KESDM). Pengembangan desain kurikulum disusun melalui (1) identifikasi kebutuhan dengan merujuk pada kondisi pembelajaran yang saat ini dilaksanakan di PPSDMA Migas dan pemahaman Widyaiswara terkait dengan pembelajaran kolaboratif berbasis digital, (2) konten pembelajaran kolaboratif berbasis digital, (3) strategi pembelajaran yang akan digunakan dan (4) strategi penilaian yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Adapun temuan penelitian ini diantaranya daftar kompetensi yang dibutuhkan Widyaiswara dalam menerapkan pembelajaran kolaboratif berbasis digital, konten pembelajaran yang relevan untuk pembelajaran kolaboratif berbasis digital, penggunaan strategi pembelajaran student centered learning (SCL) dengan model pembelajaran berbasis kelompok dengan memanfaatkan platform digital google docs, google spreadsheet, google slide, explain everything dan whiteboard.fi. Dalam konteks strategi penilaian, pada desain kurikulum pelatihan digitalisasi pembelajaran kolaboratif pelatihan ini akan menggunakan penilaian formatif dan sumatif dengan memanfaatkan platform digital Quizizz. Adapun rekomendasi penelitian ini yaitu desain kurikulum yang telah disusun dapat dikembangkan lebih luas pada mata pelatihan yang bersifat praktif dan membutuhkan berbaga teknologi digital yang lebih variatif.   This research was carried out with the aim of developing a Collaborative Learning Digitalization training curriculum design for Widyaiswara within the Oil and Gas Human Resources Development Center of the Ministry of Energy and Mineral Resources (PPSDM Migas KESDM). Curriculum design development is prepared through (1) identification of needs by referring to the learning conditions currently implemented at PPSDMA Migas and Widyaiswara's understanding related to digital-based collaborative learning, (2) digital-based collaborative learning content, (3) learning strategies that will be used and (4) assessment strategies that will be used in learning activities. The research approach used in this research is a quantitative and qualitative approach. The findings of this research include a list of competencies needed by Widyaiswara in implementing digital-based collaborative learning, relevant learning content for digital-based collaborative learning, the use of student centered learning (SCL) learning strategies with a group-based learning model using the digital platform google docs, google spreadsheet, google slides, explain everything and whiteboard.fi. In the context of assessment strategies, the curriculum design will use formative and summative assessments by utilizing the Quizizz digital platform. The recommendation of this research is that the curriculum design that has been prepared can be developed more widely in training courses that are practical in nature and require a more varied variety of digital technology
    corecore