Jurnal Jalan-Jembatan
Not a member yet
    584 research outputs found

    Bagian Belakang

    No full text
    Bagian ini berisi  ketentuan penulisan, index dan cover penutu

    KINERJA DINAMIK JEMBATAN RANGKA BAJA YANG MENERAPKAN LEAD RUBBER BEARING (LRB)

    Get PDF
    The application of LRB technology on bridges in Indonesia is not as popular as in developed countries, even though Indonesia is one of the countries with the highest frequency of earthquake occurrences. LRB technology is more popular in its application to building structures. However, LRB technology has been widely applied to road and bridge infrastructure, especially on toll roads. Even Indonesia has been able to produce LRB with better quality and quantity compared to other countries. This study aims to determine the performance improvement of bridges using LRB in accommodating earthquake forces.  This study examines the results of bridge monitoring by replacing the placement system in the form of bearing pads with LRB.  Installation of LRB is carried out on a steel frame bridge with a length of 65 meters.  This load test is carried out with 4 (four) methods of loading a 6 (six)-wheel truck load.  Installation of 4 accelerometer sensors (two vertical bridge directions and two bridge transverse directions) installed in the middle of the span. In addition to the installation of the accelerometer, LVDT was installed in the longitudinal direction of the bridge. Based on the results of the analysis, it is found that the natural frequency value of the upper structure the bridge does not change (that is, 4.64 Hz).  There was an increase in the performance of the bridge bearing system, especially the damping time from 7.36 seconds to 4.01 seconds with the same magnitude value.   Keywords: steel truss bridge, LRB, cencor, frequency, damping.Penerapan teknologi LRB pada jembatan di Indonesia belum sepopuler di Negara maju, padahal Indonesia adalah salah satu Negara dengan tingkat frekuensi kejadian gempa paling tinggi.  Teknologi LRB lebih populer penerapannya untuk struktur gedung.  Namun seiring dengan perkembangan teknologi, LRB sudah banyak diterapkan pada infrastruktur jalan dan jembatan terutama pada ruas jalan tol.  Bahkan Indonesia sudah mampu memproduksi LRB yang kualitas dan kuantitasnya tidak kalah dibanding Negara lain.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kinerja jembatan yang menggunakan LRB dalam mengakomodir gaya gempa.  Penelitian ini mengkaji hasil monitoring jembatan dengan mengganti sistem perletakkan berupa bearing pad dengan  LRB.  Pemasangan LRB dilakukan pada jembatan rangka baja  dengan panjang 65 meter.  Pengujian beban dilakukan dengan 4 metoda pembebanan beban truk 6 roda. Pemasangan sensor akselerometer sebanyak 4 buah (2 arah vertikal jembatan dan 2 arah melintang jembatan) yang di pasang di tengah bentang.  Selain pemasangan akselerometer dilakukan pemasangan LVDT dengan arah memanjang jembatan.  Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa nilai frekuensi natural bangunan atas jembatan tidak berubah (yaitu sebesar 4,64 Hz).  Terjadi peningkatan kinerja landasan, khususnya waktu redaman dari 7,36 detik menjadi 4,01 detik; rendaman dari 2,175% menjadi 3,005%, dan pergeseran δH dari 0,03 mm detik dengan nilai magnitude yang sama.  Kata kunci: jembatan rangka baja, LRB, sensor,  frekuensi, redama

    ANALISIS DESAIN PENINGKATAN JALAN DI ATAS TANAH LUNAK MENGGUNAKAN CERUCUK KAYU GALAM DAN MINIPILE

    Get PDF
    The road improvement of Sp.3 Janas (National Road) to STI along 2.5 km (Sta. 0+000 – Sta. 2+450) is carried out to support the development of the Belanti Food Estate area. The road has been built with a width of 3.5 m with single layer asphalt pavement and will be increased to 6.0 m wide and 3.8 m wide road shoulders (right-left). In the existing plan, the soil layer under the widening of the road will be installed with galam woodpiles as subgrade reinforcement. The need for large quantities of galam wood as subgrade reinforcement for road improvement is feared to have a negative impact on the environment, especially illegal logging. Therefore, minipile concrete pillars are an alternative for subgrade reinforcement used to prevent environmental damage due to the use of large amounts of galam wood. An analysis of the stability of the embankment and subgrade settlement was carried out by using the two subgrade reinforcements which were then compared in terms of strength to withstand loads and their cost requirements. The improvement of the Sp.3 Janas road (National Road) to STI along 2.5 km (Sta. 0+000 – Sta. 2+450) will cost Rp. 1,078,000,000,- for the use of galam wood and Rp. 31,752,000,000,- for the use of minipile concrete pillars. The total subsidence of 11.0 m of soil (depth -1.0 to -12.0 m) was 17.3 cm with a difference of 6.6 cm on the side of the road widening using galam woodpiles. If using minipile concrete piles, the total subsidence of the soil layer will be 13.3 cm with the difference in settlement on the widening side of the road using minipile concrete poles of 7.0 cm. Keywords: soft soil, galam wood, woodpile, minipile, road wideningPeningkatan jalan dari Sp.3 Janas (Jalan Nasional) s.d STI sepanjang 2,5 km (Sta. 0+000 – Sta. 2+450) dilakukan untuk menunjang pengembangan kawasan Food Estate Belanti. Jalan tersebut telah terbangun selebar 3,5 m dengan perkerasan aspal satu lapis dan akan ditingkatkan menjadi 6,0 m lebar badan jalan dan 3,8 m lebar bahu jalan (kanan-kiri). Telah ada desain awal dengan perkuatan tanah dasar dengan 36 cerucuk kayu galam di bagian pelebaran jalan pada tahun 2020. Jumlah kayu galam yang diperlukan sesuai ketentuan sangatlah besar. Hal ini dikhawatirkan memberi dampak buruk terhadap lingkungan. Makalah ini bertujuan melakukan optimasi desain yang telah ada dengan menghitung kembali kebutuhan cerucuk kayu galam dan menggunakan alternative lainnya, yaitu tiang beton minipile. Metodologi yang digunakan adalah menggunakan data sekunder yang telah ada dan menghitung stabilitas timbunan dan penurunan tanah dasar pada kedua jenis perkuatan tanah dasar. Selanjutnya dibandingkan dari segi kekuatan dalam menahan beban dan kebutuhan biayanya. Dari hasil analisis didapatkan pelebaran jalan 2,5 km akan menghabiskan biaya sebesar Rp. 1.078.000.000,- untuk penggunaan kayu galam dan Rp. 31.752.000.000,- untuk penggunaan tiang beton minipile. Total penurunan lapisan tanah setebal 11,0 m (kedalaman -1,0 s.d -12,0 m) adalah sebesar 17,3 cm dengan perbedaan penurunan di sisi pelebaran jalan yang menggunakan cerucuk kayu galam sebesar 6,6 cm. Jika menggunakan tiang beton minipile, total penurunan lapisan tanah menjadi 13,3 cm dengan perbedaan penurunan di sisi pelebaran jalan yang menggunakan tiang beton minipile sebesar 7,0 cm. Kata Kunci: cerucuk, kayu galam, minipile, pelebaran jalan, tanah lunak

    Bagian Belakang

    No full text
    Bagian ini berisi  ketentuan penulisan dan cover penutu

    LIFE CYCLE ASSESSMENT PERKERASAN JALAN BERASPAL DENGAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT DI RUAS JALAN NASIONAL PROVINSI JAWA BARAT

    Get PDF
    In order to achieve sustainable development and offset the high demand for improving the quality of roads as one of the socio-economic infrastructures, an optimal strategy is required. The use of Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) has been developed as an effort to minimize aggregate waste due to asphalt pavement production. This study aims to estimate the cradle to gate asphalt road life cycle impact through Life Cycle Assessment (LCA) with OpenLCA software and Recipe 2016 Midpoint (H) method, to compare the impact between asphalt with natural aggregate and asphalt contain 50% RAP, and to analyze the components of activities that contribute the most to the impact. The case study is rehabilitation project of national asphalt roads in West Java Province with 1 km asphalt road functional unit. The result shows that the use of 50% RAP levels can reduce the impact of global warming (GWP) of 1,05 ton CO2 eq, fossil resource scarcity (FRS) of 19,60 ton oil eq, human carcinogenic toxicity (HCT) of 0,25 ton 1,4-DCB, and human non-carcinogenic toxicity (HnCT) of 1,79 ton 1,4-DCB compared to asphalt without RAP, while the impact of fine particle formation on asphalt with 50% RAP is 0,02 ton PM2,5 eq higher than asphalt without RAP. Diesel is the main activity that contributes the largest emissions to most impacts, and fuel efficiency efforts can reduce the overall impact.Dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan serta mengimbangi tingginya kebutuhan peningkatan kualitas jalan sebagai salah satu prasarana sosial ekonomi masyarakat membutuhkan strategi yang optimal. Hal ini diikuti oleh berkembangnya penggunaan Reclaimed Asphalt Pavement (RAP) sebagai salah satu upaya minimisasi limbah agregat akibat produksi perkerasan jalan beraspal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak lingkungan yang diakibatkan oleh daur hidup perkerasan jalan beraspal cradle to gate melalui metode Life Cycle Assessment (LCA) dengan software OpenLCA dan metode analisa dampak Recipe 2016 Midpoint (H), membandingkan dampak antara aspal tanpa RAP dengan aspal yang menggunakan RAP sebesar 50%, dan menganalisis komponen kegiatan yang berkontribusi tinggi terhadap dampak. Objek yang diteliti adalah pekerjaan rehabilitasi jalan beraspal di ruas jalan nasional Provinsi Jawa Barat dalam unit fungsi 1 km jalan beraspal. Diketahui bahwa penggunaan 50% kadar RAP pada 1 km jalan beraspal dapat menurunkan dampak global warming (GWP) sebesar 1,05 ton CO2 eq, fossil resource scarcity (FRS) sebesar 19,60 ton oil eq, human carcinogenic tocixity (HCT) sebesar 0,25 ton 1,4-DCB, dan human non-carcinogenic toxicity (HnCT) sebesar 1,79 ton 1,4-DCB dibandingkan tanpa penggunaan RAP, sedangkan dampak fine particulate matter formation (PM) pada aspal dengan 50% RAP lebih tinggi 0,02 ton PM2,5 eq dibandingkan aspal tanpa RAP. Pembakaran diesel menjadi kegiatan utama yang menyumbangkan emisi terbesar pada mayoritas dampak, dan upaya efisiensi bahan bakar dapat menurunkan dampak secara keseluruhan

    ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA BATUAN LAPUK MENGGUNAKAN KRITERIA KERUNTUHAN GENERALIZED HOEK-BROWN DAN MOHR-COULOMB EKUIVALEN

    Get PDF
    In the soil failure model, the strength of soil masses is controlled by the friction of grains, as analogous to the strength of intact rock in the rock mass failure. Discontinuity strength is obviously not considered in the soil failure criterion. Slopes of weathered rock masses analyzed in this paper were located on the two cut slopes of highway construction on the southern coast of East Java, Serang Beach – Malang Regency Section. The rock mechanic approach was applied by using a non-linear failure criterion of generalized Hoek-Brown. This criterion was correlated to the linear failure criterion of Mohr-Coulomb which was common in a slope stability analysis practice. Analysis using generalized Hoek-Brown was always generating critical factor of safety (FS), compared to the Mohr-Coulomb equivalent with FS difference of 50.5% and 16.03% at the STA. 16+350 and STA. +14+125 respectively. Critical slip surfaces produced by generalized Hoek-Brown were always laying on the shallower area, compared to the Mohr-Coulomb critical slip surfaces. Keywords: weathered rock slope, generalized hoek-brown, equivalent mohr-coulomb, geological strength index,  southern coast java road.Dalam model keruntuhan tanah, kekuatan hanya dikontrol oleh friksi antar butiran dimana jika dianalogikan dalam keruntuhan massa batuan, ini sama dengan kekuatan batuan intak. Kekuatan diskontinuitas jelas tidak diperhitungkan dalam kriteria keruntuhan tanah.  Dalam makalah ini dilakukan analisis kestabilan lereng di dua lokasi pada batuan lapuk yang mengambil obyek di rencana pembangunan jalan lintas selatan Jawa Timur, ruas pantai Serang – Batas Kabupaten Malang. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan mekanika batuan dengan menggunakan kriteria keruntuhan non-linier Generalized Hoek-Brown. Kriteria ini diekuivalenkan dengan kriteria keruntuhan linier Mohr-Coulomb dimana kriteria Mohr-Coulomb ini sudah lazim dilakukan dalam analisis kestabilan lereng. Analisis kestabilan lereng dengan menggunakan kriteria keruntuhan generalized Hoek-Brown selalu menghasilkan faktor keamanan (FS) kritis dibanding analisis kestabilan lereng menggunakan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb ekuivalen, dengan selisih nilai FS 50,5% di STA. 16+350 dan 16,03% di STA. 14+125. Bidang gelincir kritis yang dihasilkan pada analisis dengan kriteria keruntuhan generalized Hoek-Brown selalu berada pada area yang lebih dangkal jika dibandingkan dengan bidang gelincir kritis pada analisis dengan kriteria keruntuhan Mohr-Coulomb ekuivalen. Kata Kunci: lereng batuan lapuk, generalized hoek-brown, mohr-coulomb ekuivalen, geological strength index, lintas selatan jaw

    IDENTIFIKASI RISIKO PADA PROYEK PENANGANAN LONGSORAN LERENG JALAN DI INDONESIA DENGAN METODE HOR (HOUSE OF RISK)

    Get PDF
    The implementation of the road slope landslide handling project, of course, there are many potential risks that occur. So that a risk management analysis is needed to anticipate the risks that occur. The purpose of this study was to identify risk events, risk factors and preventive measures in road slope landslide management projects in Indonesia. This research methodology uses questionnaires to experts in the field of road slope landslide handling projects in Indonesia with the House Of Risk (HOR) method and Delphi validation. There are 44 risk event variables, 36 risk factors and 24 preventive measures in this study. At the HOR phase 1 stage there are 22 priority risk factors from the original 36 risk factor variables. In HOR phase 2 and with the Pareto system, there are 13 priority precautions that need to be taken to prevent failures in handling road slope landslides. Through this research, preventive measures in anticipating risk factors in construction projects for handling road slope landslides in Indonesia are to tighten the qualifications of service providers during auctions, confirm contracted personnel have expertise and have internal supervision from the owner of service providers and supervisory consultants.  Keywords:risk identification,  risk factors, risk events, risk management, landslide.Dalam pelaksanaan proyek penanganan longsoran lereng jalan tentunya banyak sekali potensi risiko yang terjadi. Sehingga diperlukan analisis manajemen risiko untuk mengantisipasi risiko yang terjadi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kejadian risiko, faktor risiko dan tindakan pencegahan pada proyek penanganan longsoran lereng jalan di Indonesia. Metodologi penelitian ini menggunakan kuisioner pada para tenaga ahli bidang proyek penanganan longsoran lereng jalan di Indonesia dengan metode House Of Risk (HOR) dan validasi delphi. Terdapat 44 variabel kejadian risiko, 36 faktor risiko dan 24 tindakan pencegahan dalam penelitian ini.Pada tahapan HOR fase 1 terdapat 22 Faktor risiko prioritas dari semula 36 variabel faktor resiko. Pada HOR fase 2 dan dengan sistem pareto terdapat 13 tindakan pencegahan prioritas yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya kegagalan dalam penanganan longsoran lereng jalan. Melalui penelitian ini maka tindakan pencegahan utama dalam mengantisipasi faktor resiko pada proyek kontruksi penanganan longsoran lereng jalan di Indonesia adalah dengan memperketat kualifikasi penyedia jasa saat pelelangan, penegasan dikontrak tentang keharusan personil memiliki keahlian dan adanya pengawasan intern dari owner terhadap penyedia jasa maupun konsultan pengawas.  Kata kunci: identifikasi risiko, faktor risiko, kejadian risiko, manajemen risiko, longsoran

    PENGARUH TIMBUNAN RINGAN MORTAR BUSA PENGGANTI TIMBUNAN BIASA PADA JEMBATAN MENGGUNAKAN KONSTRUKSI STRUKTUR BAJA BERGELOMBANG

    Get PDF
    Corrugated steel structure consist of three types, i.e. standard (corrugation 152 by 51), deep (corrugation 381 by 140) and super deep (corrugation 500 by 237), but only the standard and deep types that has already produced in Indonesia. The steel structure can be used as a bridge structure in combination with the embankment on the top using common fill material. However, several flyover projects in Indonesia used corrugated steel structures with a span of 22 meters to 26 meters and lightweight foam mortar to replace the common fill. This study was conducted to perceive the effect of the use of lightweight foam mortar on the strength of the structure. The evaluation was carried out by simulating the corrugated steel structure with a span of 22 meters and a thickness of 9 mm either with common fill or lightweight foam mortar using finite element software. Furthermore, the strength parameters for each fill material was calculated refer to the Canadian Highway Bridges Design Code. There are four structural strength parameters that was reviewed, i.e. buckling strength, seam strength, plastic hinge, and displacement. The values of these parameters must be greater than 100% that indicates the force occurs is less than the allowable value, meaning the structure is in a safe condition. The calculation result of each strength parameters by using lightweight foam mortar respectively are 358%, 235%, 458% and 319%. As for that using common fill respectively are 99%, 120%, 37% and 27%. These results show, the application of lightweight foam mortar will increase the value of the structural strength parameters that make the bridge structurally safe. Key words: corrugated steel structure, lightweight foam mortar, common fill, buckling strength, seam strength, plastic hinge, displacement.Terdapat tiga tipe struktur baja bergelombang yaitu tipe standar korugasi 152 by 51, deep korugasi 381 by 140 dan superdeep korugasi 500 by 237. Saat ini baru tipe standar dan deep yang sudah diproduksi di Indonesia. Struktur baja bergelombang dapat difungsikan sebagai struktur jembatan yang dikombinasikan dengan timbunan pengisi diatasnya menggunakan timbunan biasa. Namun, di Indonesia beberapa proyek flyover telah menggunakan struktur baja bergelombang bentang 22 meter s/d 26 meter dengan timbunan ringan mortar busa sebagai pengganti timbunan biasa. Kajian ini dilakukan untuk melihat seberapa jauh efek penggunaan timbunan ringan mortar busa terhadap kekuatan struktur. Evaluasi dilakukan dengan menyimulasikan penerapan struktur baja bergelombang bentang 22 meter dan tebal 9 mm dengan timbunan biasa maupun timbunan ringan mortar busa menggunakan perangkat lunak berbasis elemen hingga. Parameter kekuatan stuktur masing-masing jenis timbunan kemudian dihitung dengan mengacu pada Canadian Highway Bridges Design Code. Terdapat empat parameter kekuatan struktur utama yang ditinjau yaitu kuat tekuk, sendi plastis, kuat sambungan dan pergerakan. Nilai-nilai parameter tersebut harus lebih besar dari 100%, yang menunjukan bahwa gaya yang terjadi lebih kecil dari nilai izin, artinya struktur dalam kondisi aman. Hasil perhitungan yang diperoleh untuk nilai-nilai parameter kekuatan dengan menggunakan timbunan ringan mortar busa adalah 358% (kuat tekuk), 235% (kuat sambungan), 458% (sendi plastis) dan 319% (dispalacement), sedangkan evaluasi pada timbunan biasa yaitu 99% (kuat tekuk), 120% (kuat sambungan), 37% (sendi plastis) dan 27% (dispalacement). Hasil tersebut menunjukan bahwa penggunaan timbunan ringan mortar busa pada struktur baja bergelombang akan meningkatkan kekuatan struktur dan membuat jembatan lebih aman. Kata Kunci: struktur baja bergelombang, timbunan ringan mortar busa, timbunan biasa, kekuatan dinding dalam  tekanan, kekuatan sambungan,  sendi plastis, pergerakan

    ANALISIS ENERGI KINETIK MAKSIMUM JATUHAN BATUAN (ROCK FALL) DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI ROCK FENCE

    Get PDF
    Rock fall is a very fast bedrock movement where material is released from a steep slope and moves by falling, bouncing, rolling or sliding. West Java Province has a frequency of 1129 landslides throughout 2020 which underlies the need for a study of locations that have the potential for rock fall and simulation calculations to determine the type of rock fall barrier that can be used at that location. Rock fence as a passive slope protection method as one of the rock fall countermeasures. The analysis is carried out using software to determine the most appropriate type of rock fence method. Based on the analysis, the maximum kinetic energy at Location 1, Location 2 and Location 3 was 1,630.68 kJ, 1,209.11 kJ and 397.82 kJ, respectively. Thus, the countermeasure for Location 1 can use a Category 4 rock fence with the maximum energy level value being in the range of 1500 kJ MEL < 2000 kJ, while countermeasures for Locations 2 and 3 can use Category 3 and Category 1 rock fences respectively. Further collection of slope geometry data and historical rock fall data is needed to be able to simulate various rock fall conditions, rock reflection heights and rock maximum kinetic energy so as to sharpen the analysis results. Keywords: rock fence, rock fall classification, kinetic energy, slope protection, simulationJatuhan batuan adalah pergerakan bedrock yang sangat cepat dimana material terlepas dari lereng yang terjal dan bergerak dengan cara terjatuh, memantul, menggelinding atau menggelincir. Provinsi Jawa Barat memiliki frekuensi kejadian longsoran sebanyak 1.129 kali di sepanjang tahun 2020 yang mendasari perlu dilakukannya studi terhadap lokasi yang memiliki potensi jatuhan batuan dan simulasi perhitungan untuk mengetahui jenis penahan jatuhan batuan yang dapat digunakan pada lokasi tersebut. Rock fence sebagai proteksi lereng pasif menjadi salah satu metode penanganan jatuhan batuan yang dikaji di dalam penelitian ini. Analisis dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak untuk menentukan jenis teknologi rock fence yang paling sesuai. Berdasarkan hasil analisis diperoleh besar energi kinetik maksimum pada Lokasi 1, Lokasi 2 dan Lokasi 3 berturut-turut yaitu 1.630,68 kJ, 1.209,11 kJ dan 397,82 kJ. Dengan demikian penanganan pada Lokasi 1 dapat menggunakan rock fence Kategori 4 dengan nilai energi level maksimum berada pada rentang 1500 kJ ≤ MEL < 2000 kJ. Penanganan pada Lokasi 2 dan 3 masing-masing dapat menggunakan rockfence Kategori 3 dan Kategori 1. Pengumpulan data geometri lereng dan data historis jatuhan batuan lebih lanjut dibutuhkan untuk dapat mensimulasikan berbagai kondisi jatuhan batuan, tinggi pantul batuan dan energi kinetik maksimum batuan sehingga dapat mempertajam hasil analisis. Kata Kunci: rock fence, klasifikasi, jatuhan batuan, energi kinetik, proteksi lereng, simulasi

    Bagian Depan

    No full text
    Bagian ini berisi cover, daftar isi, prakata, kumpulan abstrak volume 39 No.1 Januari-Juni 2022 dan kumpulan abstrak volume 39 No.2 Juli-Desember 202

    225

    full texts

    584

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    Jurnal Jalan-Jembatan
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇