4 research outputs found

    Kelompok Tani Program Intensifikasi Sistem Mina Padi (INSISMINDI)

    Get PDF
    Lahan sawah di samping ditanami padi, dapat dimanfaatkan menjadi tempat pemeliharaan ikan yaitu sistem mina padi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Beberapa keuntungan sistem mina padi adalah selain menghasilkan padi,memperoleh keuntungan lain seperti menghasilkan ikan, hama penyakit padi menjadi berkurang, kesuburan tanah meningkat, meningkatkan keseimbangan dan perbaikan ekologi sebab hama padi merupakan pakan alami bagi ikan dan kotoran ikan merupakan pupuk alami bagi tanaman padi. Sistem mina padi di areal persawahan masih jarang dijumpai, hal ini karena kurangnya informasi tentang sistem mina padi sehingga petani belum menerapkannya di lahan sawah. Berdasarkan kondisi di atas peran untuk mengubah pola pikir kelompok tani padi dari system monokultur ke INSISMINDI merupakan tantangan dan peluang untuk meningkatkan pendapatan petani khususnya kelompok tani mitra Rukun Tani dan Tani Makmur. Dari kegiatan budidaya tanaman dengan intensifikasi sistem mina padi yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut: Budidaya tanaman dengan intensifikasi sistem mina padi, dapat meningkatkan produksi tanaman, karena sistem tanam mina padi ini memberikan manfaat antara lain: (a) Kesuburan tanah dapat ditingkatkan, (b) Pertumbuhan gulma dapat ditekan, (c) populasi hama dan penyakit tanaman padi dapat ditekan, (d) Perilaku ikan dalam mencari makanan dapat memperbaiki struktur tanah. Dengan sistem tanam mina padi maka efisiensi dan produktivitas lahan lebih meningkat, yaitu hasil panen lahan tanpa mina padi (monokultur) seluas 1000 m2 sebanyak 560 kg gabah kering sawah, dengan harga gabah Rp 4.000,-/kg, maka pendapatan Rp 2.240.000,- Hasil riil panen pada lahan mina padi seluas 1000 m2 sebanyak 440 kg gabah kering sawah atau 78,6 % dari hasil tanpa mina padi, dengan harga Rp 4000,-/kg, maka pendapatan Rp 1.760.000,-. Sedangkan hasil ikan sebanyak 60 kg dengan harga Rp. 20.000,-/kg, maka pendapatan dari ikan Rp 1.200.000,-. Jadi total pendapatan gabah dan ikan Rp 2.960.000,- atau meningkat 32% dibandingkan dengan budidaya tanpa mina padi (monokultur).Lahan sawah di samping ditanami padi, dapat dimanfaatkan menjadi tempat pemeliharaan ikan yaitu sistem mina padi, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Beberapa keuntungan sistem mina padi adalah selain menghasilkan padi,memperoleh keuntungan lain seperti menghasilkan ikan, hama penyakit padi menjadi berkurang, kesuburan tanah meningkat, meningkatkan keseimbangan dan perbaikan ekologi sebab hama padi merupakan pakan alami bagi ikan dan kotoran ikan merupakan pupuk alami bagi tanaman padi. Sistem mina padi di areal persawahan masih jarang dijumpai, hal ini karena kurangnya informasi tentang sistem mina padi sehingga petani belum menerapkannya di lahan sawah. Berdasarkan kondisi di atas peran untuk mengubah pola pikir kelompok tani padi dari system monokultur ke INSISMINDI merupakan tantangan dan peluang untuk meningkatkan pendapatan petani khususnya kelompok tani mitra Rukun Tani dan Tani Makmur. Dari kegiatan budidaya tanaman dengan intensifikasi sistem mina padi yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut: Budidaya tanaman dengan intensifikasi sistem mina padi, dapat meningkatkan produksi tanaman, karena sistem tanam mina padi ini memberikan manfaat antara lain: (a) Kesuburan tanah dapat ditingkatkan, (b) Pertumbuhan gulma dapat ditekan, (c) populasi hama dan penyakit tanaman padi dapat ditekan, (d) Perilaku ikan dalam mencari makanan dapat memperbaiki struktur tanah. Dengan sistem tanam mina padi maka efisiensi dan produktivitas lahan lebih meningkat, yaitu hasil panen lahan tanpa mina padi (monokultur) seluas 1000 m2 sebanyak 560 kg gabah kering sawah, dengan harga gabah Rp 4.000,-/kg, maka pendapatan Rp 2.240.000,- Hasil riil panen pada lahan mina padi seluas 1000 m2 sebanyak 440 kg gabah kering sawah atau 78,6 % dari hasil tanpa mina padi, dengan harga Rp 4000,-/kg, maka pendapatan Rp 1.760.000,-. Sedangkan hasil ikan sebanyak 60 kg dengan harga Rp. 20.000,-/kg, maka pendapatan dari ikan Rp 1.200.000,-. Jadi total pendapatan gabah dan ikan Rp 2.960.000,- atau meningkat 32% dibandingkan dengan budidaya tanpa mina padi (monokultur)

    Uji Daya Hasil Beberapa Genotipe Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) Produksi Tinggi dan Umur Genjah Generasi F6

    Get PDF
    Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui genotipe kedelai (Glycine max (L.) Merrill) yang memiliki produksi tinggi dan umur genjah pada generasi F6. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Politeknik Negeri Jember pada bulan September 2016 hingga Januari 2017. Penelitian ini menggunakan 13 genotipe sebagai perlakuan yaitu 7 genotipe terseleksi hasil persilangan generasi F5 yang terdiri dari RD, P2R, P2D, P3R, P3D, P2P3, P3P2 dan 4 tetua Polije 2 (P2), Polije 3 (P3), Dering (D), Rajabasa (R), serta varietas pembanding Wilis, Malabar dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial. Parameter terdiri dari umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong isi, berat 100 butir, hasil per tanaman, hasil per plot dan hasil per hektar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuh genotipe terseleksi berpengaruh sangat nyata (**) pada parameter umur berbunga genotipe P2P3 dan P3P2 (37 HST), tinggi tanaman saat panen genotipe P3D (75,75 cm) dan jumlah polong isi genotipe P2D (69,75 buah). Sedangkan parameter umur panen, jumlah cabang produktif, hasil per tanaman, hasil per plot dan hasil per hektar memiliki perbedaan yang tidak nyata (ns).Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui genotipe kedelai (Glycine max (L.) Merrill) yang memiliki produksi tinggi dan umur genjah pada generasi F6. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Politeknik Negeri Jember pada bulan September 2016 hingga Januari 2017. Penelitian ini menggunakan 13 genotipe sebagai perlakuan yaitu 7 genotipe terseleksi hasil persilangan generasi F5 yang terdiri dari RD, P2R, P2D, P3R, P3D, P2P3, P3P2 dan 4 tetua Polije 2 (P2), Polije 3 (P3), Dering (D), Rajabasa (R), serta varietas pembanding Wilis, Malabar dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial. Parameter terdiri dari umur berbunga, umur panen, tinggi tanaman, jumlah cabang produktif, jumlah polong isi, berat 100 butir, hasil per tanaman, hasil per plot dan hasil per hektar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tujuh genotipe terseleksi berpengaruh sangat nyata (**) pada parameter umur berbunga genotipe P2P3 dan P3P2 (37 HST), tinggi tanaman saat panen genotipe P3D (75,75 cm) dan jumlah polong isi genotipe P2D (69,75 buah). Sedangkan parameter umur panen, jumlah cabang produktif, hasil per tanaman, hasil per plot dan hasil per hektar memiliki perbedaan yang tidak nyata (ns)

    Kombinasi Jarak Tanam dan Dosis Pupuk (ZA dan KCl) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Benih F1 Varietas Bima 20

    No full text
    Penggunaan dosis pupuk yang tepat dengan pengaturan jarak tanam legowo merupakan faktor yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produktivitas benih jagung hibrida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji model jarak tanam jajar legowo ((100 cm - 50 cm) x 20 cm) dibandingkan dengan model jarak tanam normal (75 cm x 20 cm) dengan kombinasi berbagai dosis pupuk terhadap tingkat produktivitas benih jagung hibrida Bima 20. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Balitsereal Maros, pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2017. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan petak tersarang (nested randomized block design). Empat perlakuan pemupukan yaitu A : 350 kg/ha Urea + 50 kg/ha KCl; B: 350 kg/ha Urea + 100 kg/ha KCl; C : 350 kg/ha Urea + 50 kg/ha ZA; D ; 350 kg/ha Urea + 100 kg/ha ZA diulang tiga kali pada dua perlakuan jarak tanam yaitu jarak tanam konvensional 70 cm x 20 cm dan jarak tanam jajar legowo (100 cm- 50 cm) x 20 cm. Pengamatan pertumbuhan dan hasil panen dilakukan terhadap tanaman betina. Interaksi antara perlakuan menunjukkan berbeda nyata pada lebar daun. Hasil panen tertinggi pada faktor tunggal pupuk diperoleh pada kombinasi pupuk 350 kg/ha Urea + 50 kg/ha Za (10.62 ton/ha). Model jarak tanam jajar legowo secara mandiri menunjukkan hasil 9.66 t/ha lebih tinggi dibandingkan jarak tanam 75 cm x 20 cm. Koefisien korelasi Pearson dengan hasil biji tertinggi diperoleh pada peubah panjang tongkol dan tinggi tanaman (r=0.40).Penggunaan dosis pupuk yang tepat dengan pengaturan jarak tanam legowo merupakan faktor yang diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan produktivitas benih jagung hibrida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji model jarak tanam jajar legowo ((100 cm - 50 cm) x 20 cm) dibandingkan dengan model jarak tanam normal (75 cm x 20 cm) dengan kombinasi berbagai dosis pupuk terhadap tingkat produktivitas benih jagung hibrida Bima 20. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Balitsereal Maros, pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2017. Percobaan dilakukan menggunakan Rancangan petak tersarang (nested randomized block design). Empat perlakuan pemupukan yaitu A : 350 kg/ha Urea + 50 kg/ha KCl; B: 350 kg/ha Urea + 100 kg/ha KCl; C : 350 kg/ha Urea + 50 kg/ha ZA; D ; 350 kg/ha Urea + 100 kg/ha ZA diulang tiga kali pada dua perlakuan jarak tanam yaitu jarak tanam konvensional 70 cm x 20 cm dan jarak tanam jajar legowo (100 cm- 50 cm) x 20 cm. Pengamatan pertumbuhan dan hasil panen dilakukan terhadap tanaman betina. Interaksi antara perlakuan menunjukkan berbeda nyata pada lebar daun. Hasil panen tertinggi pada faktor tunggal pupuk diperoleh pada kombinasi pupuk 350 kg/ha Urea + 50 kg/ha Za (10.62 ton/ha). Model jarak tanam jajar legowo secara mandiri menunjukkan hasil 9.66 t/ha lebih tinggi dibandingkan jarak tanam 75 cm x 20 cm. Koefisien korelasi Pearson dengan hasil biji tertinggi diperoleh pada peubah panjang tongkol dan tinggi tanaman (r=0.40)

    Aplikasi Pupuk Fosfor terhadap Pertumbuhan, Hasil Biji, dan Gula Brix Tanaman Sorgum

    No full text
    Kondisi lahan yang kering dan kesuburan tanah yang rendah menjadi permasalahan utama dalam pengembangan sorgum sebagai bahan pangan, pakan dan bahan baku industri (ethanol). Pemberian pupuk fospor (P) diharapkan dapat meningkatkan biomas batang, volume nira, kadar brix dan biji sorgum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai dosis pemberian pupuk P terhadap pertumbuhan, hasil, kadar gula brix dan biomas beberapa varietas sorgum. Penelitian di laksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros Sulawesi Selatan. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) tiga ulangan dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah varietas (Super 1, Super 2 dan Numbu). Faktor kedua adalah penambahan pupuk tunggal Posfor (P) : P1= tanpa pupuk fosfor, P2= 25 kg/ha pupuk P, P3= 50 kg/ha pupuk P, P4= 75 kg/ha pupuk P, P5= 100 kg/ha pupuk P dan P6= 125 kg/ha pupuk P.  Dosis pupuk acuan yang digunakan adalah 120 kg/ha N, 36 kg/ha P (P2O5) dan 90 kg/ha KCl (K2O). Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam Anova, apabila berpengaruh nyata dilakukan uji lanjut Duncan dengan taraf kesalahan 5%. Hasil penelitian menunjukkan pemberian pupuk P dosis 50 kg/ha menghasilkan panen biji tertinggi pada varietas Super 1 (2.73 t/ha), Numbu (1.93 t/ha) dan pupuk P dengan dosis 25 kg/ha menghasilkan bobot panen tertinggi pada varietas Super 2 (3.76 t/ha). Kadar gula brix tertinggi diperoleh pada varietas Super 1  dosis P 100 kg/ha (12.95%), Super 2 dosis P 125 kg/ha (15.61%) dan Numbu  dosis P 125 kg/ha (14.19%).Kondisi lahan yang kering dan kesuburan tanah yang rendah menjadi permasalahan utama dalam pengembangan sorgum sebagai bahan pangan, pakan dan bahan baku industri (ethanol). Pemberian pupuk fospor (P) diharapkan dapat meningkatkan biomas batang, volume nira, kadar brix dan biji sorgum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai dosis pemberian pupuk P terhadap pertumbuhan, hasil, kadar gula brix dan biomas beberapa varietas sorgum. Penelitian di laksanakan di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros Sulawesi Selatan. Rancangan yang digunakan dalam percobaan ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) tiga ulangan dengan 2 faktor. Faktor pertama adalah varietas (Super 1, Super 2 dan Numbu). Faktor kedua adalah penambahan pupuk tunggal Posfor (P) : P1= tanpa pupuk fosfor, P2= 25 kg/ha pupuk P, P3= 50 kg/ha pupuk P, P4= 75 kg/ha pupuk P, P5= 100 kg/ha pupuk P dan P6= 125 kg/ha pupuk P.  Dosis pupuk acuan yang digunakan adalah 120 kg/ha N, 36 kg/ha P (P2O5) dan 90 kg/ha KCl (K2O). Data dianalisis menggunakan analisis sidik ragam Anova, apabila berpengaruh nyata dilakukan uji lanjut Duncan dengan taraf kesalahan 5%. Hasil penelitian menunjukkan pemberian pupuk P dosis 50 kg/ha menghasilkan panen biji tertinggi pada varietas Super 1 (2.73 t/ha), Numbu (1.93 t/ha) dan pupuk P dengan dosis 25 kg/ha menghasilkan bobot panen tertinggi pada varietas Super 2 (3.76 t/ha). Kadar gula brix tertinggi diperoleh pada varietas Super 1  dosis P 100 kg/ha (12.95%), Super 2 dosis P 125 kg/ha (15.61%) dan Numbu  dosis P 125 kg/ha (14.19%)
    corecore