4 research outputs found

    An Iodine Treatments Effect on Cell Proliferation Rates of Breast Cancer Cell Lines; In Vitro Study

    Get PDF
    BACKGROUND: Iodine can reduce breast tumor progression by mediates an antiproliferative effect. AIM: This study aimed to investigate the effect of iodine (I2), Lugol (I3K), and the combination of both on cell proliferation of three different types of breast cancer cell lines. METHODS: The samples were MCF7, SKBR3, and MDA-MB 213 cell lines. Cell proliferation rate was measured using colorimetric and clonogenic assays. RESULTS: The cell proliferation rate of MDA-MB 231 cells was reduced significantly by treatment I2, I3K, and combination of both with p = 0.046, p = 0.00, and p = 0.00, respectively. In MCF7 cells, I2 reduced the cell proliferation of 54–94% and I3K reduced the proliferation of 74–94%. The effectiveness of I3K treatments in slowing cell proliferation rate was dose-dependent. In SKBR3 cells, I2reduced proliferation cell up to 85% and I3K 4%-94% depending on the dose. Clonogenic assay results showed a discontinue of the cell proliferation by all doses of I2 and I3K (10 μM and 20 μM). CONCLUSION: Breast cancer cell lines, representing subtypes of luminal A, HER2+, and triple-negative, show an excellent response to iodine treatments and I3K response shows in a dose-dependent manner. Further studies are needed to investigate the effective in vivo doses

    Preparasi Radiofarmaka Nanokoloid Human Serum Albumin (HSA) Untuk Limfosintigrafi

    Full text link
    Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, kanker menjadi penyebab kematian sekitar 8,2 juta orang. Kanker paru, kanker hati, kanker Perut, kanker kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, Badan Litbang Kementerian Kesehatan RI, penyakit kanker serviks dan kanker payudara menduduki tingkat teratas penyakit kanker yang juga menaikkan tingkat kematian di Indonesia. Untuk mengendalikan kedua jenis kanker tersebut perlu dilakukan deteksi dini terhadap penyakit ini. Dalam bidang kedokteran nuklir, deteksi dini terhadap penyakit kanker payudara dilakukan dengan cara memeriksa kelenjar getah Bening atau Sentinel Lymph Node (SLN). Kelenjar getah Bening berfungsi menyaring getah Bening dari seluruh kelenjar yang bersifat patogen dan juga menyaring limbah seluler, sel-sel mati dan sel-sel kanker. Dengan adanya sel-sel kanker yang berada pada kelenjar getah Bening, maka dengan menyuntikkan suatu sediaan radio farmaka akan terjadi akumulasi sediaan radiofarmaka pada kelenjar getah Bening. Hal ini merupakan suatu metode untuk mendeteksi adanya sel kanker pada kelenjar getah Bening yang disebut dengan limfo sintigrafi.2,3,4 Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sediaan radiofarmaka ke dalam tubuh pasien melalui subcutaneous injection, peritumoral injection dan subdermalinjection. Radiofarmaka yang disuntikkan akan dideteksi dengan menggunakan kamera gama atau probe gama. Pemeriksaan SLN ini digunakan untuk mendeteksi penyebaran sel kanker, baik sebelum operasi maupun setelah operasi sehingga bisa dilakukan tindakan terapi yang tepat. Sediaan radiofarmaka yang digunakan untuk penelusuran sistem limfatik ini adalah teknesium-99m nanokoloid human serum albumin (HSA). Selama ini kebutuhan rumah sakit akan radiofarmaka ini diimpor dari luar negeri yaitu nanocoll albumon. Selain menggunakan metode radiofarmaka, untuk menentukan SLN dapat digunakan tanpa radioaktif yaitu dengan blue dye test.5,6,7,8,9 Penelitian ini melakukan preparasi sediaan radiofarmaka nanokoloid HSA dengan komposisi dan persyaratan kualitasnya yang disesuaikan dengan nano- coll albumon yang mengacu pada The Society of Nuclear Medicine and Molecular Imaging (SNMMI) dan European Association of Nuclear Medicine (EANM) yang disediakan untuk memenuhi kebutuhan permintaan rumah sakit. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan preparasi sediaan nanosfer HSA bentuk koloid dengan ukuran partikel 100-200 nm dengan menggunakan bahan pendukung dan metode yang berbeda dengan penelitian ini.10 Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan aturan dan langkah-langkah (protokol) guna memperoleh sediaan nanokoloid yang hasilnya disesuaikan dengan SNMMI dan EANM untuk digunakan sebagai radiofarmaka. Nanocolloid human serum albumin (HSA) labeled with technetium-99m is widely used in nuclear medicine for detection of breast cancer through examination of sentinel lymph node (SLN). SLN examination is used to detect the spread of cancer cells before and after surgery. Accumulation of a radiopharmaceutical in lymph nodes was detected by using a gamma cameraor SPECT. The aim of this study is to establish the protocol of HSA nanocolloid preparation with composition and specification in accordance with the Technical Leaflet Nanocoll Albumon which refers to The Society of Nuclear Medicine and Molecular Imaging (SNMMI) and European Association of Nuclear Medicine (EANM).This study includes the step of preparation and quality test. The method was carried out by means of protein denaturation of HAS at certain pH and heating at certain temperature. Quality tests were carried out using particle size analyzer (PSA) to determine the particle size, Transmission Electron Microscopy (TEM) to observe the morphology of the particles, and paper chromatography to measure radiolabeling yield. This study has obtained the particle size 80% of <100 nm, the yieldof morphology labelling >95% and pH of 7.3–7.4. The result was a protocol of preparing HSA nanocolloid

    Studi Awal Estimasi Dosis Internal 177lu-dota Trastuzumab pada Manusia Berbasis Uji Biodistribusi pada Mencit

    Get PDF
    STUDI AWAL ESTIMASI DOSIS INTERNAL 177Lu-DOTA TRASTUZUMAB PADA MANUSIA BERBASIS UJI BIODISTRIBUSI PADA MENCIT. Radiofarmaka baru untuk pengobatan penyakit kanker payudara tipe HER-2, 177Lu-DOTA Trastuzumab, telah berhasil diproduksi oleh Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) BATAN. Demi keamanan produk dan keselamatan pasien, radiofarmaka baru tersebut perlu dilengkapi dengan data studi dosis internal yang dilakukan setelah uji praklinis pada hewan coba selesai. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk melakukan estimasi dosis pada pasien yang dihitung berdasarkan data uji biodistribusi pada mencit. Studi Uji biodistribusi dilakukan pada 25 ekor mencit dan diamati biodistribusinya pada organ-organ, diantaranya otak, Perut, usus, jantung , ginjal, hati, paru-paru, otot, tulang, limpa dan kandung kemih. Pengamatan cacahan organ dilakukan pada jam ke 1, 2, 3, 4, 24, 48 pasca injeksi radiofarmaka 177Lu DOTA-Trastuzumab sebesar 100mCi. Hasil yang diperoleh dari uji biodistribusi adalah % ID/gram organ tikus, kemudian dilakukan konversi perhitungan ke % ID/gram organ manusia. Untuk mengestimasi dosis ke manusia, hasil %ID/gram organ tersebut dipakai sebagai input pada software dosimetri internal OLINDA/EXM, dengan cara melakukan plotting %ID/gram versus waktu, yang akan menghasilkan residence time di masing-masing organ. Setelah residence time diperoleh, dosis internal radiasi pada masing-masing organ dan seluruh tubuh dapat diketahui. Hasil studi menunjukkan bahwa tiga organ yang memiliki dosis internal tertinggi 177Lu DOTA Trastuzumab adalah : paru-paru, hati dan ovarium dengan dosis masing-masing 0,063; 0,046 dan 0,025 mSv/MBq. Disimpulkan bahwa hasil estimasi dosis internal radiasi total yang diperoleh manusia pada penyuntikan radiofarmaka 177Lu-DOTA Trastuzumab adalah 0.21 mSv/MBq

    Anticancer activity of Indonesian Melia azedarach L.: Phyto-chemistry, in vitro and in silico studies

    No full text
    This study describes the isolation of bioactive compounds and their in vitro anticancer activities from Melia azedarach L leaves from Karanglor, Karangan, Karanganom Klaten, Central Java-Indonesia. Isolated and characterised were the phenolics, kaempferol 7-O-rutinoside 1 and 4-methoxyresorcinol 3, The anticancer activity of the crude methanol extract of M. azedarach against a number cell lines (LNCaP, MDA-MB-231, and MCF-7) was found to be moderate; kaempferol derivatives were notable for their antiproliferative activities. Computational analysis, including molecular docking simulations and molecular dynamic studies, were used to investigate the feasibility of radiolabelled versions of 1 and 3 as theranostic agents targeting tyrosine kinase-type cell surface receptor HER2 in cancer - the iodinated derivatives 2 and 4, respectively, were used in this investigation as surrogates. The corresponding radioiodinated 2 and 4 were found to have high binding affinities of 10.1 and 5.7 kcal/mol, respectively, and have a good stability on the receptor
    corecore