42 research outputs found

    Efek Penambahan Paduan 80Ni20Cr Pada Sambungan Las Baja Karbon Rendah Terhadap Sifat Mekanik

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan paduan 80Ni20Cr dengan proses SMAW terhadap sifat mekanik material baja karbon. Adapun material baja karbon yang digunakan  ASTM A36. Logam tambah pada penelitian ini menggunakan elektroda E6013. Pada lasan ditambah dengan 80Ni20Cr. Dengan penambahan 80Ni20Cr serta pengelasan tanpa penambahan 80Ni20Cr untuk membandingkan hasil uji tarik, uji kekerasan, uji bending, dan mikro. Dengan penambahan 80Ni20Cr dalam sambungan las maka akan meningkatkan sifat mekanik dari sambungan tersebut. Sifat mekanik yang terbentuk erat kaitannya dengan ukuran butir. Semakin kecil ukuran butir maka akan semakin meningkatkan sifat mekaniknya

    Optimasi Suhu dan Waktu Tahan Furnace Terhadap Kekerasan dan Mikro Struktur Deposit Lasan Elektroda Hardfacing

    Get PDF
    Dalam penelitian ini dilakukan pengelasan HV 600 dengan empat kali (lapis). Proses pengelasan menggunakan arus 90 A polaritas DC+ pada spesimen baja karbon rendah. Kemudian dilakukan pemanasan pada tungku dengan variasi suhu 750°C, 800°C, 850°C dan 900°C dengan waktu tahan 10, 20 dan 30 menit. Setelah ditahan dengan variasi waktu kemudian di celupkan dalam media pendingin air. Spesimen yang telah di perlakukan panas kemudian diuji keras untuk melihat kekerasan yang terbentuk serta mikro struktur dari spesimen tersebut. Hasil uji keras dan foto makro bervariasi tergantung temperatur dan waktu tahan (holding time) yang digunakan

    EFEK VARIASI KECEPATAN WIRE FEEDER GMAW TERHADAP TENSILE STRENGTH ASTM A36

    Get PDF
    Pada pengelasan GMAW kecepatan pengelasan, tegangan, kecepatan wire feeder, arus, laju aliran gaspelindung (shielding gas), dan polaritas merupakan beberapa faktor yang berpengaruh dalam hasilpengelasan. Dalam teori buku disebutkan filler metal AWS ER 70S-6 hanya dapat digunakan untuk polaritasDC+. Sehingga peneliti tertarik untuk membandingkan hasil pengelasan material ASTM A 36 dengan polaritasDC+ dan DC- dari segi tensile strenght dengan beberapa variasi kecepatan wire feeder.Pelat ASTM A36 dengan tebal 8 mm yang dibentuk kampuh V tunggal dengan menggunakan mesin milling.Pelat ASTM A36 dilas dengan proses GMAW (polaritas DC- dan DC+). Parameter kecepatan pengelasandiatur 350 mm/menit sedangkan kecepatan wire feeder divariasikan 7, 8, dan 9 m/menit. Filler metalmenggunakan jenis AWS ER70S-6 diameter 1 mm.Hasil pengelasan DC+ mendapatkan hasil tensile strenght maksimal di kecepatan wire feeder 9 m/menit. Hasilpengelasan DC- mendapatkan hasil tensile strenght maksimal di kecepatan wire feeder 7 m/menit. Berdasarkanhasil pengujian tarik pada dua polaritas dapat terlihat bahwa pengelasan dengan polaritas terbalik (DC+)menujukkan hasil yang lebih tinggi kekuatan tariknya jika dibandingkan dengan plaritas terbalik (DC-).Namun hasil kekuatan tarik polaritas terbalik diatas rata-rata dari base metal (A36) yang telah ditetapkanoleh ASTM. Sehingga hasil kekuatan tarik dari polaritas lurus (DC-) yang masih masuk dalam batasan (range)standar ASTM A36

    STUDI KARAKTERISTIK LIMBAH RUST REMOVER XYZ

    Get PDF
    Rust remover XYZ adalah produk yang relatif aman, efektif serta tidak berbahaya bagi lingkungan. Produk ini jugatidak memberikan efek pada plastik, karet dan PVC. Produk ini berbahan dasar air (water based) bekerja pada pH6,0 sampai 7,1 (Rust Remover XYZ Technical Data Sheet). Untuk itu maka akan dilakukan penelitian secaraakademisi guna mengetahui kandungan limbah dari rust remover XYZ.Langkah yang pertama adalah mempersiapkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian. Bahan yangdigunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yang pertama adalah pelat besi berkarat yang belum diketahuijenisnya. Kemudian yang kedua limbah hasil dari rendaman pelat besi berkarat tersebut. Pelat besi yang berkaratdengan ketebalan 1,2 mm kemudian dipotong dengan dimensi 31 mm x 29 mm. Analisis XRF dilakukan pada pelatbesi berkarat guna mengetahui unsur-unsur apa saja yang terdapat pada pelat tersebut. Kemudian limbah hasilperendamaan pelat besi berkarat tersebut kemudian di lakukan analisis XRF.Unsur-unsur pada plat besi berkarat yang terdeteksi oleh XRF adalah Al 2,09 %, Si 4,33 %, S 0,23 %, Ca 1,04 %,Mn 0,07 %, Fe 92,19 %. Unsur-unsur pada waste rust remover XYZ yang terdeteksi oleh XRF adalah P 26,03 %, S12,44 %, Ca 0,38 %, Mn 0,98 %, Fe 59,96 %, dan Zr 0,21 %

    PENINGKATAN KONDISI AREA BAHAN LABORATORIUM PRODUKSI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kondisi area bahan pada Laboratorium Produksi Teknik Mesin Fakultas Teknik UNJ dengan menambah kapasitas rak bahan dan menerapkan salah satu 5S pada area bahan. Penelitian ini diawali dengan pembuatan gambar kerja. Apabila gambar kerja telah dibuat maka dilakukan penambahan kapasitas rak sesuai dengan gambar kerja, dan kemudian dilakukan penataan pada area bahan berdasarkan salah satu prinsip Kaizen (dalam hal ini Seiton). Setelah dilakukan salah satu langkah 5S berupa seiton atau penataan bahan-bahan praktik yang terdapat di lantai area bahan Laboratorium Produksi Teknik Mesin Fakultas Teknik UNJ dapat diletakkan di rak sehingga kondisi area bahan menjadi lebih rapi yang ditunjukkan dengan penempatan bahan praktik sesuai dengan jenisnya masing-masing.Kata kunci: Area Bahan, Penerapan 5

    ANALISIS PERAWATAN PADA KOMPONEN MESIN DEGREASER DI PT X

    Get PDF
    Dalam kegiatan perawatan (maintenance) pada PT. X yang bergerak dalam industri perlengkapan olahraga ini tidak berjalan dengan baik. Sehingga dapat menurunkan hasil produksi yang ditargetkan dalam sehari. Untuk itu perlu mengetahui komponen-komponen kritis pada mesin degreaser yang menyebabkan mesin itu berhenti. Langkah awal yang dilakukan adalah pemilihan komponen yang memiliki frekuensi jumlah kerusakan tertinggi yang dianggap kritis dengan diagram Pareto, dari diagram pareto dapat disimpulkan bahwa rantai adalah komponen kritis dengan 4 kali kerusakan dengan presentase 11,76%. Waktu antar-kerusakan yang didapat, diuji dengan uji kecocokan distribusi Weibull dengan dua parameter. Hasil uji Weibull digunakan untuk menentukan selang waktu penggantian pencegahan komponen kritis yang optimal berdasarkan kerusakan minimum. Hasil perhitungan yang diperoleh terlihat menunjukkan bahwa komponen rantai dari mesin degreaser mempunyai nilai parameter Weibull dari waktu reparasi θ = 1,101; β = 5,331 dan nilai MTTR = 1,003 jam, untuk nilai parameter Weibull dari waktu operasional mempunyai nilai θ = 1686,458; β = 2,205 dan nilai MTTF = 1584,748 jam. Untuk tingkat keandalan 90% sebesar 605,438 jam dan untuk tingkat keandalan 80% sebesar 853,348 jam

    Karakteristik Sifat Mekanik dan Struktur Mikro Baja Karbon Sedang Paska Perlakuan Panas Tempering

    Get PDF
    Abstrak Penggunaan baja karbon rendah banyak digunakan lebih disebabkan karena baja karbon rendah memiliki keuletan yang tinggi dan mudah di machining, tetapi kekerasannya rendah dan tidak tahan aus. Sifat mekanik material baja tersebut dapat diperbaiki dengan melakukan beberapa proses perlakuan, salah satunya yaitu perlakuan panas. Baja dapat dikeraskan sehingga memiliki ketahanan aus, peningkatan ketangguhan, dan nilai kekerasannya meningkat dengan inti yang tetap ulet. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi tempertur temper dan waktu tahan temper terhadap karakteristik sifat mekanik dan struktur mikro baja karbon sedang S45C paska temper. Temperatur temper yang terbaik adalah pada suhu antara 150oC sampai 250oC, dimana tidak terjadi penurunan nilai kekerasan yang signifikan dibandingkan dengan nilai kekerasan paska quenching. Dengan naiknya temperatur temper mengakibat daya tahan aus benda uji menjadi menurun Kata kunci: S45C, temper,  temperatur, kekerasan, keausan  Abstract Low carbon steel is a type of metal that is widely used because has high ductility and is easy to machining, but has low hardness and is not wear-resistant. The mechanical properties of the steel material can be improved by carrying out several treatment processes, i.e. heat treatment. By proper heat treatment, steel would have good wear resistance, increased toughness, and increased hardness values with a core that remains ductile. This study was conducted to determine the effect of variations in tempering temperatur and tempering time on the mechanical properties and microstructure characteristics of S45C medium carbon steel after tempering. The best tempering temperature is between 150oC to 250oC, where there is no significant decrease in hardness value compared to the post-quenching hardness value.  Keywords: S45C, tempering, temperatur, hardness, wear resistanc

    THE EFFECT OF WATER TEMPERATURE AS QUENCHING MEDIA ON THE CHARACTERISTICS OF HV 350 WELD DEPOSITS

    Get PDF
    Hardness is a mechanical property that is needed when doing the hardfacing process. Increased violence can be generated by conducting a quenching process. The temperature of the quenching media is one of the important factors to produce maximum hardness. In this study a two-layer welding process will be carried out using HV 350 electrodes on low carbon steel then the specimens are heated in a furnace and quenching is carried out into water with two variations in water temperature namely 15 and 30 °C. Variations in water temperature during quenching produce varying hardness and microstructure. The highest hardness is produced at 15 °C where in micro photographs there are a few phases of smaller size compared to other specimens.Hardness is a mechanical property that is needed when doing the hardfacing process. Increased violence can be generated by conducting a quenching process. The temperature of the quenching media is one of the important factors to produce maximum hardness. In this study a two-layer welding process will be carried out using HV 350 electrodes on low carbon steel then the specimens are heated in a furnace and quenching is carried out into water with two variations in water temperature namely 15 and 30 °C. Variations in water temperature during quenching produce varying hardness and microstructure. The highest hardness is produced at 15 °C where in micro photographs there are a few phases of smaller size compared to other specimens

    KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS ANTARA TIGA PRODUK MANUFAKTUR ELEKTRODA E6013

    Get PDF
    The type of electrode used in the SMAW process has many types, such as E 6010, E 6011, E 6012, E 6013, E 6020, E6027. In this case the type E 6013 is the most widely used. Certainly the type E 6013 is produced by different manufacturers as well. From penelurusan researchers of this type have different prices in accordance with companies that sell it. For that reason researchers are interested to compare the three manufacturing outputs for the type E 6013 in terms of its mechanical properties. Making a specimen welding electrode cut material to be used. then sandpaper the material that has been cut so that no remaining pieces are still attached. The next step to do the welding process with three types of E6013 elekroda. The welding is carried out until it reaches the layer layer 10 mm thickness, then the bottom plate is discarded and the weld deposit deposits only The impact strength and surface hardness value are inversely proportional. For the impact test, the E1 electrode sample specimen has the highest impact strength value and the E3 electrode sample specimen has the lowest impact strength value. While on the hardness test specimen E3 electrode sample has the highest hardness value and sample specimen E1 electrode has the lowest hardness value. This can prove that the harder the object is the more brittle the object

    PENGARUH BESAR SUDUT KAMPUH TERHADAP KEKUATAN TARIK HASIL PENGELASAN GMAW

    Get PDF
    Hasil pengelasan yang baik merupakan tujuan utama dari proses pengelasan. Banyak terjadi hasil pengelasan yang kurang baik seperti cacat-cacat las, kekuatan yang dihasilkan kurang baik dan lain sebagainya. Hasil pengelasan tersebut dipengaruhi oleh parameter-parameter pengelasan seperti besar sudut kampuh, kadar campuran dalam elektroda, material yang di las, posisi pengelasan dan sebagainya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh variasi sudut kampuh terhadap cacat las pada hasil pengelasan dengan melalui uji visual, mengetahui pengaruh variasi sudut kampuh terhadap sifat mekanis kekuatan tarik, dan menentukan besar sudut kampuh v yang mempunyai hasil pengelasan terbaik. Bahan yang digunakan adalah ASTM A36 dengan ketebalan 8 mm. Jenis elektroda yang digunakan yaitu ER-70S2. Jenis kampuh yang digunakan adalah kampuh V tunggal. Variasi sudut kampuh yang digunakan yaitu 56º, 60º, 64º, 68º dan 72º. Manggunakan arus 150 A, posisi pengelasan 1G dan spesimen dilas tanpa perlakuan panas. Hasil pengelasan spesimen F terdapat cacat las undecutting, spesimen G terdapat cacat las weld spatter, spesimen H tidak terdapat cacat las, spesimen I terdapat cacat las weld spatter, dan spesimen J terdapat cacat undercutting dan weld spatter. Kekuatan tarik (tensile strenght) rata-rata dari spesimen F 13,1992 kgf/mm2, spesimen G 15,5006 kgf/mm2, spesimen H 16,9862 kgf/mm2, spesimen I 16,9862 kgf/mm2, dan spesimen J 17,9774 kgf/mm2. Sudut kampuh 72o yaitu pada spesimen J, menghasilkan kekuatan tarik paling tinggi jika dibandingkan dengan sudut kampuh 56º, 60º, 64º, dan 68º. Kata kunci: GMAW, A36, V tunggal, AWS ER70S-6
    corecore