142 research outputs found

    Pengaruh Teh Rosela (Hibiscus Sabdariffa) terhadap Gangguan Koordinasi Motorik Tikus yang Diberi Etanol

    Full text link
    Background: The consumption of ethanol causes damage to the cerebellum. The damage to the cerebellum includes the reduction of the activity of cerebellar neurons and the number of Purkinje cells. The consumption of etanol also causes the degeneration of endogenous antioxidants. Antioxidants supplements which are capable to penetrate the brain blood barrier include antosianin, polyphenol and flavonoid. The functions of antioxidants include inhibiting apoptosis, restoring neuronal signals, preventing and fighting against oxidative stress, and neutralizing ROS. H. sabdariffa is a type of herbal medicine. It contains polyphenol, antosianin, and flavonoid. Objective: The aim of this study is to find out the effect of H. sabdariffa on preventing the motor coordination disturbance due to ethanol. Method: Fourty male Wistar rats aged 21 day are divided randomly into 5 groups. Group A was given Nacl 0,9% (ip) and water (per oral). Group B was given ethanol 3g/kgbw (ip) and water (per oral). Group C was given ethanol 3g/kgbw (ip) and H. sabdariffa 0,75g/kgbw (per oral). Group D was given ethanol 3g/kgbw (ip) and H. sabdariffa 1,5 g/kgbw (per oral). Group E was given ethanol 3g/kgbw (ip) and H. sabdariffa 3g/kgbw (per oral). All groups were fed with antioxidants free rat food. All rats were treated for two days, every two days, for two weeks. Examination on motor coordination using revolving drum was conducted prior and subsequent to treatment. Results: The percentages of the differences of the transformed data of the number of falls in the revolving drum test from the highest to the lowest are as follows: 1,97% (the group A), 0,65% (the group B), 0,61% (the group C), 0,19% (the group D), 0,10% (the group E). The paired uji t of the number of falls demonstrates a significant difference between pre and post treatment in the ethanol group only (p0,05). This means ethanol disrupts motor coordination ability in rats, and H. sabdariffa prevents the ethanol induced motor coordination disturbance. Conclusion: H. sabdariffa may prevent motor coordination disturbance and the ethanol disrupts motor coordination ability in rats

    Using Peer Coorective Feedback to Improve Students\u27 Writing in Recount Text

    Full text link
    The aims of this study are to investigate how the peer corrective feedback (PCF) can improve the students\u27 writing recount text and what is the interaction mainly exists in PCF. This study is a classroom action Research with three cycles. The data were collected through observation during the treatment. The writing test conducted at the end of each cycle; the questionnaire had been distributed to the 29 students. A group interview was conducted to get deep verbal responses. The result found that the students\u27 interaction and attitudes were positive at the end of treatment. The students were more enjoyable when sharing the ideas with their peers. It wa because they used the same language and an informal situation without being afraid of making mistakes when discussing. The writing test showed the improvement at the end of every cycle. The interview data analysis indicated that the students were confident to write English and share their ideas with their peers. Related to the peer\u27s correction, the result was unclear and doubtful, therefore they preferred the teacher to give final correction

    Kualitas Perairan Sungai Seketak Semarang Berdasarkan Komposisi Dan Kelimpahan Fitoplankton

    Full text link
    Sungai Seketak terletak di kelurahan Tembalang, kecamatan Tembalang, kota Semarang. Semakin bertambahnya jumlah penduduk dan berdirinya pusat-pusat pendidikan di daerah Tembalang serta rencana pembangunan waduk pendidikan Diponegoro yang memanfaatkan aliran Sungai Seketak tentunya memberikan dampak bagi organisme yang hidup di perairan tersebut. Salah satunya adalah fitoplankton yang merupakan produsen utama. Masukan bahan organik maupun anorganik dari kegiatan manusia ke dalam badan air menyebabkan Perubahan terhadap kualitas air dan keberadaan fitoplankton.Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2012 di Sungai Seketak, Tembalang Semarang. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air yang diambil dari Sungai Seketak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan metode pengambilan sampel adalah purposive sampling method. Frekuensi sampling dilakukan setiap 2 minggu sekali. Lokasi sampling terdiri dari 3 stasiun yaitu stasiun 1 merupakan inlet dari perencanaan waduk pendidikan Diponegoro. Lokasi ini berdekatan dengan jembatan dan gerbang pintu masuk UNDIP dan merupakan kawasan padat penduduk dimana di lokasi ini banyak ditemukan limbah rumah tangga dari warga sekitar yang dibuang langsung ke badan sungai. Stasiun 2 merupakan bagian tengah dari perencanaan waduk pendidikan Diponegoro berdekatan dengan Rusunawa UNDIP. Stasiun 3 merupakan stasiun yang sudah jauh dari kawasan padat penduduk yang merupakan outlet dari perencanaan waduk pendidikan Diponegoro.Hasil penelitian didapatkan 11 genera fitoplankton yaitu Oscillatoria sp., Anabaena sp., Nitzschia sp., Asterionella sp., Scenedesmus sp., Pediastrum sp., Volvox sp., Mougeotia sp., Closterium sp., Navicula sp., dan Dictyocha sp. Kelimpahan fitoplankton tertinggi yaitu pada stasiun 2 sebesar 7.451 Ind/L yang didominasi oleh Mougeotia sp. Indeks keanekaragaman pada tiap stasiun menunjukkan nilai 1,49 pada stasiun 1, 1,29 pada stasiun 2 dan 1,12 pada stasiun 3 dimana nilai dari ketiga stasiun menunjukkan kisaran 1 – 3 yang berarti perairan termasuk dalam kategori tercemar sedang. Indeks keseragaman mendekati 1 yang artinya jumlah setiap spesies sama atau setidaknya hampir sama

    Pengaruh Penggunaan Alat Tangkap Ikan Hias Ramah Lingkungan terhadap Tingkat Kerusakan Terumbu Karang di Gosong Karang Lebar Kepulauan Seribu

    Full text link
    Terumbu karang merupakan ekosistem pesisir yang memiliki produktivitas tinggi. Banyak ancaman yang mempengaruhi kehidupan karang, salah satunya adalah aktivitas penangkapan ikan hias laut. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dan observasi, yaitu dengan membandingkan data tutupan karang di area tangkap ikan hias perairan Gosong Karang Lebar Kepulauan Seribu yang telah diambil pada tahun 2003, 2005, 2007, 2009 dan 2011 oleh Yayasan Terumbu Karang Indonesia. Perbandingan data tutupan karang tersebut nantinya digunakan untuk mengetahui perbedaan tingkat kerusakan terumbu karang sebelum diterapkannya alat tangkap ikan hias ramah lingkungan yaitu sebelum tahun 2006 dan setelah diterapkan alat tangkap ikan hias ramah lingkungan yaitu tahun 2006 sampai sekarang. Dari hasil analisis statistik independent sample t-test didapatkan nilai Probabilitas/ Sig. (2-tailed) sebesar 0,458. Hal ini berarti probabilitasnya di bawah taraf signifikansi 0,46. Maka H0 ditolak atau dapat dinyatakan bahwa persentase tutupan karang sebelum dan setelah adanya penerapan alat tangkap ikan hias ramah lingkungan berbeda. Hasil statistik deskriptif menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase tutupan karang setelah adanya penerapan alat tangkap ikan hias ramah lingkungan adalah sebesar 34.2075%. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan persentase tutupan karang sebelum adanya penggunaan alat tangkap ikan hias ramah lingkungan yaitu sebesar 27.7100%

    TRAINING THE USE OF INDONESIA THE TOURISM DIVISION OF THE TOURISM OFFICE OF BAUBAU CITY

    Get PDF
    Bahasa adalah karakter. Bahasa yang santun mencerminkan pribadi yang santun. Begitupun sebaliknya. Kebiasaan menggunakan bahasa yang baik akan mempengaruhi karakter manusia. Dengan kata lain pembelajaran dan pemerolehan Bahasa Indonesia adalah proses bagaimana seseorang dapat berbahasa. Pemerolehan bahasa yang di dapat dikantor kadang juga terjadi secara alamiah. Pemerolehan bahasa biasanya secara natural tanpa disadari bahwa seseorang telah memperoleh bahasa dan tanpa sadar ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi. Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pegawai dikantor pariwisata dan mengetahui ragam dan fungsi  bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi sesame pegawai dikantor Pariwisata Kota Baubau. Hasil penyuluhan mengungkapkan bahwa dalam penggunaan   Bahasa Indonesia yang komunikatif dengan pendekatan fungsi dan situasi. Hal ini merupakan titik tolak dalamkonsep penggunaan Bahasa Indonesia. Selanjutnya ragam bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa yangtidak standar karena ternyata jenisragam bahasa ini jauh lebih komunikatif ketimbang ragam bahasa baku (standar) mengingat bahwa ini adalah penggunaan bahasa untuk pegawai di kantor Pariwisata kota Baubau sehingga penggunaan istilah khusus pariwisata tidak harus diterjemahkan dalam Bahasa Indonesi

    Peranan Jamur Mikoriza Arbuskular terhadap Perkembangan Penyakit Daun Keriting Kuning Cabai

    Full text link
    Pepper yellow leaf curl disease caused by Begomovirus is a very important disease in chili plantation. The use of pesticides to control this disease has not yielded satisfactory results, so this study aimed to use arbuscular mycorrhiza fungus (AMF), to control curly leaf yellow disease of chili peppers. Pepper seeds were inoculated with AMF, i.e., T0 = seeds without AMF inoculation, T1 = seedlings inoculated with AMF at nursery, T2 = seedlings inoculated with AMF at transplanting, and T3 = seedlings inoculated with AMF at nursery and transplanting. Parameters observed every week were disease intensity and infection rate of yellow leaf curl disease. Results indicated that inoculation of AMF could delay Begomovirus infections and symptoms emergence of pepper yellow leaf curl disease. INTISARIPenyakit daun keriting kuning cabai disebabkan Begomovirus merupakan salah satu penyakit penting pada pertanaman cabai. Upaya pengendalian dengan menggunakan pestisida belum memberikan hasil yang memuaskan, sehingga penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan Jamur Mikoriza Arbuskular (JMA) dalam mengendalikan penyakit daun keriting kuning pada cabai. Penelitian dilaksanakan dengan menginokulasi bibit cabai menggunakan JMA dengan perlakuan T0= bibit tanpa inokulasi JMA, T1= bibit diinokulasi pada saat pembibitan, T2= bibit diinokulasi pada saat pindah tanam ke lahan pertanaman cabai, dan T3= bibit diinokulasi pada saat pembibitan dan pada saat pindah tanam ke lahan pertanaman cabai. Pengamatan dilakukan setiap satu minggu sekali dengan parameter pengamatan meliputi intensitas penyakit dan laju infeksi penyakit daun keriting kuning. Hasil penelitian menunjukkan kemunculan gejala penyakit daun keriting kuning cabai pada bibit yang diinokulasi dengan JMA lebih lambat dibandingkan bibit yang tidak diinokulasi dengan JMA
    • …
    corecore