71 research outputs found

    UTILIZATION OF AREN (Arenga pinnata Merr.) SAWMILLING WASTE FOR EDIBLE MUSHROOM CULTIVATION MEDIA

    Get PDF
    Aren (Arenga pinnata Merr.) is a multipurpose tree that can be utilized for palm sugar, alcoholic drinks, beverages and construction wood. The use of aren sawdust has not been studied intensively. This study examines the utilization of aren sawdust as cultivation media for edible mushrooms. Aren sawdust was mixed with rice bran, CaCO3, gypsum, fertilizers and distilled water before sterilization in 30 minutes pressurized autoclave at 1210C and 1.5atm. The mixed media was inoculated with pure cultures containing four mushrooms species (Pleurotus flabellatus, P. ostreatus, P. sajor-caju and Lentinula edodes) and incubated for five weeks to allow mycelium growth producing fruit bodies. The fruit bodies were harvested everyday within four months and examined for its gained mushroom-weight and biological conversion efficiency/BE. The core part of aren trunk was cut into smaller pieces of 10 cm (width) by 5 cm (thickness), by 120 cm (length). Each core sample was bored from the surface inward, creating holes with a particular distance apart. Each hole was inoculated with pure cultures containing 6 mushroom species (four species above, P. cystidiosus and Auricularia polytricha). The inoculated samples were slanted on bamboo support, and placed in a bamboo hut. Harvesting was carried out everyday after the fruiting body became mature and examined for its gained mushroom weight. Results show that the use of sawdust supplemented with nutritious material is more likely to improve the mushroom yield than that of aren sawn-timber core. In this case, the BE values with aren-sawdust media were 21.97-89.45% (P. flabellatus), 15.36-105.36% (P. ostreatus), 63.88-76.86% (P. sajor-caju), and up to 62.88% (L. edodes). Meanwhile, the yields (gained mushroom weight) with aren sawn-timber media were 210g (P. ostreatus), 368g (P. flabellatus), 331g (P. sajor-caju) and 48g (A. polytricha); however, P. cystidiosus and L. edodes inoculated on aren stem core failed to grow

    Ketahanan Lima Jenis Kayu Asal Cianjur Terhadap Jamur

    Get PDF
    Lima jenis kayu kurang dikenal yaitu kayu ki hiur(Castanopsis acuminatissimaA.DC.), huru pedes (Cinnamomun iners Reinw Ex Blume.), huru koja(Litsea angulata Bl.), ki kanteh (Ficus nervosa Heyne), and ki bonem (Horsfieldia glabra Warb.), diuji ketahanannya terhadap sebelas jamur pelapuk menggunakan metode Kolle-flask. Contoh uji setiap kayu diambil dari bagian tepi dan dalam dolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua jenis kayu yang diteliti termasuk kelompok kayu tidak-tahan terhadap jamur (kelas IV). Kehilangan berat kayu bagian dalam lebih rendah yaitu 14,99% dibandingkan dengan kayu bagian tepi dolok yaitu 15,76%, namun kedua bagian tersebut termasuk dalam kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Kehilangan berat tertinggi terjadi pada bagian dalam kayu Cinnamomun iners yang diuji dengan P. sanguineus HHBI-324 yaitu 56,19%. Kemampuan jamur dalam melapukkan kayu mulai yang paling tinggi sampai yang rendah adalah Pycnoporus sanguineus HHBI-324, Tyromyces palustris, Trametes sp., Schizophyllum commune, Polyporus sp., Coriolus versicolor, Postia placenta, Lentinus lepideus,P. sanguineus HHBI-8149, Dacryopinax spathularia,dan Chaetomium globosum

    Ketahanan Empat Jenis Kayu Hutan Tanaman terhadap Beberapa Jamur Perusak Kayu

    Full text link
    Pada umumnya kayu dari hutan tanaman memiliki diameter kecil dan mudah terserang jamur Perusak kayu. Ketahanan empat jenis kayu hutan tanaman (Acacia aulacocar pa A. Cunn., Acacia auriculiformis A. Cunn., Acacia crassicarpa A. Cunn., dan Eucalyptus pellita F.v.M.) diuji terhadap jamur menggunakan standar DIN 52176 yang telah dimodifikasi. Contoh uji dibagi dalam dua kelompok secara radial, yaitu bagian tepi dan dalam dolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu Acacia aulacocar pa dan Eucalyptus pellita termasuk kelompok kayu agak-tahan (kelas III) dan kayu Acacia auriculiformis dan Acacia crassicarpa termasuk kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV).Berdasarkan dua kelompok contoh uji, kehilangan berat kayu bagian dalam sebesar 6,3% (kelas III) lebih rendah dibandingkan dengan kehilangan berat kayu bagian tepi sebesar 12,4% (kelas IV). Kehilangan berat tertinggi (36,8%) terjadi pada bagian tepi kayu Acacia crassicarpa yang diletakkan pada biakan Polyporus sp. Sedangkan kehilangan berat terendah (0,8%) terjadi pada bagian dalam kayu Acacia crassicarpa yang diletakkan pada biakan Pycnoporus sanguineus HHB-8149. Berdasarkan kemampuan jamur untuk melapukkan kayu, kemampuan tertinggi dijumpai pada Tyromyces palustris, kemudian diikuti Polyporus sp., Pycnoporus sanguineus HHB-324, dan Schizophyllum commune

    Ketahanan Lima Jenis Kayu Asal Ciamis Terhadap Sebelas Strain Jamur Pelapuk

    Get PDF
    Lima jenis kayu yaitu kayu tangkalak(Litsea roxburghii Hassk.), cangkring (Erythrina fusca Lour.), kayu putih(Melaleuca cajuputi Powell.), ki tanah (Zanthoxylen rhetsa D.C.), dan huru leueur (Sterculia cordata Blume.), diuji ketahanannya terhadap sebelas jamur menggunakan metode Kolle-flask. Contoh uji setiap kayu, masing-masing diambil dari bagian luar dan dalam dolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu tangkalak dan ki tanah termasuk kelompok kayu tahan (kelas II), sedangkan kayu putih, cangkring dan huru leueur termasuk kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Ketahanan kayu dari pohon berbeda nampak bervariasi. Pada kelima jenis kayu, pohon pertama (P-I) termasuk kelas III, sedangkan pohon kedua dan ketiga (P-II dan P-III) dikelompokkan ke dalam kelas IV. Kehilangan berat kayu bagian dalam dolok yaitu 9,67% termasuk kelompok kayu agak-tahan (kelas III), lebih rendah dibandingkan dengan kehilangan berat kayu bagian tepi dolok, yaitu 10,67% termasuk dalam kelas IV (kelompok kayu tidak-tahan). Kehilangan berat tertinggi terjadi pada bagian dalam dolok pohon P-I kayu cangkring (E. fusca) yang diuji dengan Pycnoporus sanguineus HHB-324 yaitu 51,9%. Kemampuan fungi untuk melapukkan kayu bervariasi bergantung kepada kayu dan jenis atau strain fungi yang menyerangnya. Kemampuan jamur dalam melapukkan kayu mulai yang tertinggi sampai yang terendah adalah P. sanguineus HHBI-324, P. sanguineus HHBI-348, Polyporus sp. HHBI-209, Trametes sp., Polyporus sp. HHBI-371, Schizophyllum commune, Chaetomium globosum, P. sanguineus HHBI-345,P. sanguineus HHBI-8149,Marasmius sp. dan Dacryopinax spathularia

    Kemampuan Pelapukan 10 Strain Jamur Pada Lima Jenis Kayu Asal Kalimantan Timur

    Get PDF
    Sepuluh strain jamur pelapuk diuji kemampuannya untuk melapukkan lima jenis kayu anggota famili Dipterocarpaceae dengan mengacu SNI 7207:2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Schizophyllum commune merupakan jamur pelapuk putih yang memiliki kemampuan tertinggi, kemudian diikuti oleh Trametes sp., Pycnoporus sanguineus, Tyromyces palustris, Phlebia brevispora, Polyporus sp. HHBI-209, Polyporus sp. HHBI-371, Chaetomium globosum,dan Dacryopinax spathularia, sedangkan kemampuan terendah terdapat pada jamur pelapuk coklat, Lentinus lepideus. Kehilangan berat kayu tertinggi didapatkan pada kayuDipterocarpus glabrigemmatus yang diumpan S. commune, sedangkan kehilangan berat terendah terdapat pada kayuD. glabrigemmatus dan Shorea hopeifolia yang diumpan L. lepideus. Berdasarkan klasifikasi ketahanan kayu terhadap serangan jamur pelapuk maka lima jenis kayu yaitu keruing (Dipterocarpus pachyphyllus, D. stellatus, D. glabrigemmatus), resak (Vatica nitens) dan meranti(S. hopeifolia) termasuk kelompok kayu tahan (kelas II)

    Ketahanan Enam Jenis Kayu Terhadap Jamur Pelapuk

    Full text link
    Enam jenis kayu kurang dikenal yaitu kayu huru kacang (Neolitsea triplinervia Merr.), beleketebe (Sloaneasigun Szysz.), tunggereuk (Castanopsis tunggurrut A.DC.), ki endog (Acer niveumBl.), huru mentek (Linderapolyantha Boerl.) dan mimba (Azadirachta indica Juss.), diuji ketahanannya terhadap jamur menggunakan metode Kolle-flash. Contoh uji setiap kayu diambil dari bagian luar dan dalam dolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa A. indicadikelompokkan ke dalam kayu tahan (kelas II), C. tunggurrut dan L. polyanthatermasuk kelompok kayu agak-tahan (kelas III), sedangkan N. triplinervia,S. sigun dan A. niveum termasuk kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Kehilangan berat kayu bagian dalam lebih rendah yaitu 8,26% (termasuk kelas III) dibandingkan dengan kayu bagian luar dolok yaitu 12,40%, yang termasuk dalam kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Kehilangan berat tertinggi terjadi pada bagian tepi kayu N. triplinervia yang diuji dengan P. sanguineus HHB-324 yaitu 54,8%

    Ketahanan Lima Jenis Kayu terhadap Tigabelas Jamur Perusak Kayu

    Full text link
    Ketahanan lima jenis kayu yang berasal dari Jawa Barat diuji terhadap 13 jamur Perusak menggunakan standar DIN 52176 yang telah dimodifikasi. Contoh uji kayu dibagi dalam dua kelompok secara radial, yaitu bagian tepi dan dalam dolok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu marasi (Hymenaea courbaril L.) termasuk kelompok kayu agak-tahan (kelas III), sedangkan kayu asam jawa (Tamarindus indica L.), balobo (Diplodiscus sp. (?), kundang (Ficus variegata Bl.) dan kendal (Ehretia accuminata R. Br.) termasuk kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Berdasarkan dua kelompok contoh uji, kehilangan berat kayu bagian dalam sebesar 10,4%, yang lebih rendah dibandingkan dengan kayu bagian tepi dolok sebesar 12,4%. Kedua bagian dalam dan tepi dolok tersebut termasuk kelas ketahanan yang sama yaitu kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV). Kehilangan berat tertinggi terjadi pada kayu kundang bagian dalam yang diletakkan pada biakan jamur Pycnoporus sanguineus HHB-324 (40,5%). Sedangkan kehilangan berat terendah terjadi pada kayu kendal bagian dalam yang diletakkan pada biakan jamur Dacryopinax spathularia (1,1%). Berdasarkan kemampuan melapukkan kayu, kemampuan tertinggi dijumpai pada Pycnoporus sanguineus HHB-324

    Pemanfaatan Kulit Kayu Mangium Dari Limbah Industri Pulp Untuk Media Produksi Ganoderma Lucidum

    Full text link
    Media pertumbuhan Canoderma luciduvl dibuat dari serbuk kulit kayu mangium dengan perlakuan diekstrak dan tidak diekstrak taninnya, serbuk gergaji kayu sengon, dan campuran keduanya ditambah dengan dedak 10%, menir jagung S'Y.>, kapur 2%, gips O,S% dan air bersih secukupnya. Media yang telah steril diinokulasi bibit jamur dalam media serbuk gergaji kayu mangium dan atau sengon. Efisiensi konversi biologi (EB) dihitung berdasarkan bobor jamur dibagi bobot media kering dan dinyatakan dalam persen. Hasilnya menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan miselium pada media kultivasi hampir sama yaitu 99,8'% (bibit dari kayu mangium) dan 99,7% (bibit dari kayu sengon). Laju pertumbuhan miseliurn pada media kulit kayu yang diekstrak taninnya cenderung lebih cepat (3,85% per hari) dibandingkan dengan laju pertumbuhannya pada media kulit kayu yang tidak diekstrak taninnya (2,94-3,03% per hari). Pemanenan jamur dilakukan apabila tubuh buah telah masak petik yaitu pada umur 62 hari (HHB-322 dan HHB-328) dan pada umur 64 hari untuk HHB-333. Bobot jamur dan nilai EB tertinggi dijumpai pada media F (media yang menggunakan air hangat dan serbuk kayu sengon) yang diinokulasi G. lucidum HHB-328, yaitu 78,72 gram dengan nilai EB 16,79%. Sedangkan bobot dan nilai EB terendah dijumpai pada media kulit kayu mangium yang diekstrak taninnya (mediaD)

    KEMAMPUAN SEPULUH STRAIN JAMUR MELAPUKKAN EMPAT JENIS KAYU ASAL MANOKWARI

    Get PDF
    Kemampuan jamur melapukkan kayu bervariasi berdasarkan strain jamurnya. Tujuan penelitian ini mempelajari kemampuan sepuluh strain jamur pelapuk terhadap empat jenis kayu dari Manokwari. Contoh  kayu  yang  diuji  menggunakan  metode  Kolle  flask  mengacu  pada  SNI  7207:  2014.  Hasil penelitian  menunjukkan  bahwa  Chaetomium  globosum  dan  Lentinus  lepideus  termasuk  kelompok  jamur yang memiliki kemampuan melapukkan kayu rendah, empat jenis jamur yaitu Schizophyllum commune, Trametes  sp.  HHBI-379,  Trametes  sp.  HHBI-332,  Phlebia  brevispora  berkemampuan  sedang,  adapun yang termasuk kelompok jamur berkemampuan melapukkan tinggi yaitu Polyporus arcularius, Polyporus sp., Pycnoporus sanguineus dan Tyromyces palustris. Kehilangan berat kayu tertinggi didapatkan pada kayu gubal Rhus taitensis yang diumpankan pada Polyporus sp., sedangkan kehilangan berat terendah tercatat pada  kayu teras  Haplolobus  sp.  yang  diumpankan  pada  L.  lepideus.  Berdasarkan  klasifikasi ketahanan kayu  terhadap  serangan  jamur  pelapuk,  maka  tiga  jenis  kayu  yaitu  Tetrameles  nudiflora,  Rhus  taitensis, Pimeleodendron amboinicum termasuk kelompok kayu tidak-tahan (kelas IV), dan Haplolobus sp. termasuk kelompok kayu tahan terhadap jamur pelapuk (kelas II)

    BIOKONVERSI SERBUK GERGAJI KAYU HUTAN TANAMAN SEBAGAI MEDIA JAMUR PANGAN Pleurotus spp.

    Get PDF
    Jamur Pleurotus spp. untuk pangan dapat dibudidayakan pada berbagai macam limbah lignoselulosa. Tulisan ini bertujuan untuk menguji pemanfaatan limbah serbuk gergajian kayu cepat tumbuh sebagai media jamur pelapuk kayu yang dapat dimakan, Pleurotus spp. Jenis kayu yang digunakan adalah mangium (Acacia mangium), damar (Agathis borneensis), dan karet (Hevea brasiliensis). Dalam serbuk gergaji masingmasing jenis kayu ditambahkan dedak 20%, CaCO3 1%, gypsum 1%, urea atau TSP (trisuperfosfat) sebanyak 0,1; 0,3; dan 0,5%, serta air suling secukupnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga jenis kayu tersebut dapat digunakan untuk media produksi jamur Pleurotus spp. Penambahan pupuk urea ke dalam media memberikan pertumbuhan lebih baik dibandingkan pupuk TSP. Konsentrasi pupuk 0,10,3% mampu meningkatkan produksi jamur. Efisiensi konversi biologi (EKB) tertinggi (63,56%) diperoleh dari media yang mengandung pupuk 0,3%, dan terendah (55,84%) pada media dengan kandungan pupuk 0,5%. Kemampuan mengkonversi serbuk gergaji kayu menjadi biomassa jamur yang dapat dimakan berturut-turut P. ostreatus, P. flabellatus, dan P. sajor-caju. Inokulasi jamur Pleurotus pada serbuk gergaji kayu karet dapat menurunkan nilai C/N media, meskipun bekas medianya masih berupa kompos yang belum matang
    corecore