13 research outputs found

    Application of Empirical Orthogonal Function Models to Analyze Shoreline Change at Bangkalan Madura

    Full text link
    Bangkalan’s shoreline, especially on the opposite side of Surabaya, has been evaluated to determine the morphological changes due to wave attack, near-shore current, long-shore sediment transport and coastal configuration. This research aims to determine the dominant patterns of variation of Bangkalan’s shoreline change, expressed by Eigen-function in empirical orthogonal function (EOF) models. That was started with data collection such as oceanographic data (wave and tidal), bathymetry and topographic map and sediment data. All data was used for forecasting two-monthly shoreline. Coordinate of two-monthly shoreline was used as input of EOF model. The first Eigen mode is a profile of shoreline equilibrium. The second Eigen mode shows pivot point that separates the different behaviors, which indicates a positive balance of shoreline from the direction of the dominant force. The models execution based on 1986’s shoreline show the shoreline change significantly at some cells e.g. around Suramadu bridge (cell 1-40), Batuporon (cell 70-100), Jungdima (cell 142-170) and at Kamal port (cell 230-250). The model of shoreline change using EOF was validated with the One-line model and data of 1995’s map’s shoreline. The E.O.F. value of model RMSE, 0.02, is less than the root mean square error (RMSE) value of One-line model, 0.04, which shows that the EOF model performance better than One-line models

    Kajian Kenaikan Muka Air Laut Di Kawasan Pesisir Kabupaten Tuban, Jawa Timur

    Full text link
    Kabupaten Tuban adalah salah satu Kabupaten yang berada di Jawa timur, yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa dengan garis pantai sepanjang 65 km. Hal ini menjadikan kawasan pesisirnya rentan terhadap dampak kenaikan muka air laut. Tren kenaikan muka air laut dikawasan ini mengikuti persaman garis y = 0,0006x +0.96666. Prediksi kenaikan muka air laut dihitung dengan mengadopsi data pasang surut daerah Semarang, yang sebelumnya telah ditambah dengan faktor koreksi. Dampak yang terjadi dengan naiknya muka air laut pada tahun 2100 adalah tergenangnya daratan seluas 417,9 ha atau 0,3 % dari luas wilayah daratannya

    Analisa Perubahan Garis Pantai Tegal Dengan Menggunakan Empirical Orthogonal Function (EOF)

    Get PDF
    Bentuk garis pantai sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan sifat-sifat dari sedimen pantai dalam kurun waktu. Perubahan garis pantai ini juga terjadi di sepanjang pantai Tegal. Analisa Perubahan garis pantai didasarkan pada data batimetri, data gelombang dan data angin. Aplikasi perhitungan Perubahan garis pantai ini menggunakan metode empirical orthogonal function (EOF). Analisa EOF yang dinyatakan dengan persamaan eigenfunction dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola dominan Perubahan garis pantai secara temporal dan spasial. Semua data digunakan untuk peramalan garis pantai dua bulanan. Koordinat garis pantai dua bulanan digunakan sebagai input model EOF. Berdasarkan data Perubahan garis pantai yang ada dan hasil model EOF, kemudian dilakukan analisa Perubahan garis pantai. Hasil eksekusi model menunjukkan terjadinya Perubahan garis pantai yang cukup signifikan pada sel 6-9 (daerah Randusangan Kulon), sel 18-20 (daerah Randusangan Kulon), sel 36-40 (daerah Randusangan Wetan). Hasil validasi model EOF menunjukkan kesesuaian hasil yang mendekati dengan data peta tahun 2005

    Prediksi Kenaikan Muka Air Laut Di Pesisir Kabupaten Tuban Akibat Perubahan Iklim

    Full text link
    Kenaikan muka air laut adalah salah satu dampak dari Perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi akibat semakin meningkatnya aktivitas manusia yang akan menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Dampak dari kenaikan muka air laut itu sendiri akan sangat dirasakan oleh daerah pesisir di negara-negara kepulauan, salah satunya adalah Indonesia (Kabupaten Tuban). Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menganalisa skenario Perubahan iklim apa yang sesuai dengan pesisir Kabupateb Tuban sehingga bisa digunakan untuk memprediksi kenaikan muka air laut yang terjadi selama beberapa tahun mendatang. Selain memprediksi kenaikan muka air laut, paramater lain yang akan diprediksi berkaitan dengan Perubahan iklim yaitu Perubahan temperatur serta presipitasi. Analisa skenario Perubahan iklim pada penulisan makalah ini menggunakan software MAGICC/SCENGEN, serta ER Mapper untuk pembuatan visualisasi daerah genangan. Dari hasil analisa diperoleh skenario Perubahan iklim yang sesuai dengan pesisir Kabupaten Tuban adalah skenario B2AIM. Dan berdasarkan hasil analisa MAGICC diperoleh bahwa akan terjadi kenaikan sebesar 1.43 meter pada tahun 2050. Kemudian berdasarkan hasil analisa SCENGEN akan terjadi Perubahan curah hujan yang cukup besar pada bulan Juli, Agustus, September dan Oktober. Dan akan terjadi kenaikan temperatur yaitu sebesar 1.56⁰C pada tahun 2050

    Analisa Perubahan Garis Pantai Jasri, Kabupaten Karangasem Bali

    Full text link
    Pantai Jasri salah satu pantai di Pulau Bali yang mengalami Perubahan garis pantai akibat kemunduran garis pantainya. Berdasarkan Perubahan garis pantai dilakukan analisa Perubahan garis pantai menggunakan metode On-Line Model Generalized Model for Simulating Shorline Change. Pada dasarnya sudah terdapat eksisting di Pantai Jasri, namun terjadi kegagalan struktur, sehingga masih terjadi erosi di pantai ini. Perlu adanya lternative penanganan mengenai permasalahan tersebut. Tugas akhir ini bertujuan untuk mengetahui Perubahan garis pantai dan besarnya transport sedimen di Pantai Jasri, serta penanganan lternative yang harus dilakukan. Berdasarkan hasil pemodelan terjadi kegagalan struktur eksisting dimana terjadi kemunduran garis pantai secara signifikan pada pias 570 sepanjang 13.48 m selama 10 tahun, dan terjadi erosi pada pias 480-570 sebesar 13.310 m3 serta pada pias 870-960 sebesar 12.153 m3. Total sediment lternati yang terjadi selama 10 tahun adalah sebesar 11.063,40 m3 pada kondisi adanya eksisting. Setelah dilakukannya penambahan revertment, pada pias 480 – 570 terjadi pengurangan erosi yang awalnya 13.310 m3 menjadi 5.285 m3 dan pada pias 870-960 terjadi penambahan sediment sebesar 12.205 m3 dan total sediment transport yang terjadi selama 10 tahun terdapat pengurangan sebesar 11.063,40 m3

    Analisis Pengaruh Scouring Pada Pipa Bawah Laut (Studi Kasus Pipa Gas Transmisi SSWJ Jalur Pipa Gas Labuhan Maringgai – Muara Bekasi)

    Full text link
    — Jalur pipa gas bawah laut merupakan salah satu infrastruktur transportasi jarak jauh untuk minyak dan gas yang paling efesien untuk pemindahan produksi minyak dan gas dibandingkan dengan penggunaan struktur terapung seperti kapal tanker. Pada struktur pipa bawah laut fenomena scouring juga dapat terjadi yang berpengaruh kepada struktur pipa. Akibat yang timbul darinya ialah adanya freespan yang dapat menyebabkan defleksi dan vibrasi atau biasa dikenal sebagai fenomena Vortex Induced Vibration (VIV). Tugas akhir ini adalah melakukan analisis pengaruh scouring pada pipa bawah laut, data yang digunakan adalah data Pipa Gas Labuhan Maringgai – Muara Bekasi yang dioperasikan oleh Perusahaan Gas Negara, berdasarkan code DnV RP F105 untuk analisa dinamis. Dari hasil analisa, maka diperoleh kedalaman scouring maksimal pada tiap zona yang dianalisa adalah 0.65 m, 0.26 m, 0.2 m, 0.15 m, 0,2 m dan 0.48 m sedankan panjang span yang dijinkan ialah panjang span yang dihitung berdasarkan gerak inline flow yaitu 29.13 m, 36.93 m, 44.53 m, 47.43 m, 34.17 m dan 30.61 m untuk zona yang sama. Dari hasil panjang span yang ijinkan tersebut didapatkan defleksi yang terjadi tiap zona yaitu 0.001873 m, 0.004013 m, 0,007476 m, 0.009259 m, 0.003117 m dan 0.003117 m. Sedangkan dari hasil analisa terjadinya osilasi pada pipa diketahui bahwa pada tiap zona menghasilkan frekuensi natural yang lebih besar daripada frekuensi vortex shedding sehingga osilasi pada pipa akibat vortex tidak terjadi dan pipa aman dioperasikan

    Coastal Studies for Implementation of Law 27/2007 in Sidoarjo

    Full text link
    Law 27/2007 is the very basic rules for making the composition as well as planning and management tool on the ocean / beach / small islands. Law 27/2007 assumed less informed and not recognized by the staff of the government or society in general. This paper aims to identify the extent of socialization of Law 27/2007 by the relevant stakeholders, identify what factors or variables that have been well received and well prepared to implement Law 27/2007. Coastal and marine areas are relatively large with a variety of problems into consideration in determining Sidoarjo regency as a research location. There are two factors that were assessed, namely the level of knowledge of the material or content of the Law 27/2007 and the level of readiness for the implementation of Law 27/2007. Factor is defined by a number of variables and indicators. Methods of analysis using the Multi Dimensional Scaling with ALSCAL procedure to map a number of indicators. Identify the level of knowledge and level of readiness for the implementation of Law 27/2007 on the respondents showed very weak. There are varying levels of knowledge, although the general information about the Act is informed by good, but the policies, programs and tools to implement the government or community level have not adequate yet

    Practical sand transport formula for non-breaking waves and currents

    Get PDF
    Open Access funded by Engineering and Physical Sciences Research Council Under a Creative Commons license Acknowledgements This work is part of the SANTOSS project (‘SANd Transport in OScillatory flows in the Sheet-flow regime’) funded by the UK's EPSRC (GR/T28089/01) and STW in The Netherlands (TCB.6586). JW acknowledges Deltares strategic research funding under project number 1202359.09. Richard Soulsby is gratefully acknowledged for valuable discussions and feedback on the formula during the SANTOSS project.Peer reviewedPostprin

    Analisa Perubahan Garis Pantai Tuban, Jawa Timur Dengan Menggungakan Empirical Orthogonal Function (EOF)

    Full text link
    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola dominan dari variasi Perubahan garis pantai Tuban, yang dinyatakan dengan persamaan Empirical Orthogonal Function (EOF). Persamaan EOF tersebut memerlukan data input garis pantai dua bulanan yang diperoleh dari peramalan menggunakan oneline model. Hasil analisa EOF dengan validasi peta tahun 2011 menunjukkan terjadi Perubahan pada pias 1-30, pias 31-60, pias 61-90, pias 91-120, dan pias 121-150. Perubahan terjadi pada pias 31-60 sebesar 0.0005%, sedangkan pada pias lainnya sebesar 0-0.0001%. Sebagian besar pias tetap stabil apabila dibandingkan dengan garis pantai awal tahun 2005. Setelah itu, eigenvalue dari hasil analisa EOF dihubungkan dengan parameter dekat pantai. Dari hasil analisa semakin besar eigenvalue yang dihasilkan, maka semakin besar pula nilai dari energi gelombang (E), Wave Stepness (Ho/Lo), Fluks energi gelombang cross shore (Fx) ataupun longshore (Fy) sehingga terjadi suatu perbandingan yang lurus. Sedangkan untuk eigentemporal c(t), dimana semakin besar sudut datang maka energi gelombang (E), Wave Stepness (Ho/Lo), Fluks energi gelombang cross shore (Fx) ataupun longshore (Fy) akan bernilai semakin kecil sehingga terjadi suatu perbandingan yang terbalik
    corecore