37 research outputs found

    Studi Partisipasi Masyarakat dan Pemerintah dalam Mengurangi Resiko Bencana Abrasi di Wilayah Pesisir Pantai Nggelu Kabupaten Bima

    Get PDF
    Abstract: Community participation to reduce and avoid the risk of disasters is important by increasing public awareness and capacity. This study aims to describe the participation of communities and governments on the coast in reducing the risk of disaster in Lambu District, Bima Regency. The method used in this research is qualitative research method. The method of determining informants, the way of determining informants in this study is by purposive sampling. Data collection method is done through observation, interview and documentation. Data analysis used is data reduction, data presentation and data verification. The result of the research, namely (a) mangrove tree planting and greening around the beach is one of the efforts of the Local Government in NTB, especially in Nggelu Village (b) legal counseling to the people of Nggelu Village, providing knowledge to local fishermen about the legislation related to marine and fishery. The advice in the research is that the coastal communities of Nggelu Village to better maintain the coastal environment by not littering and maintaining the sustainability of mangrove forests and not cutting them down.Abstrak: Partisipasi masyarakat untuk mengurangi dan menghindari resiko bencana penting dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran dan kapasitas masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan partisipasi masyarakat dan pemerintah di pesisir dalam mengurangi resiko bencana di Kecamatan Lambu Kabupaten Bima. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian  kualitatif. Metode penentuan informan, cara penentuan informan dalam penelitian ini adalah dengan purposive sampling. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Hasil penelitian yaitu (a) penanaman pohon mangrove dan penghijauan di sekitar pantai merupakan salah satu upaya Pemerintah Daerah di NTB khususnya yang terjadi di Desa Nggelu (b) penyuluhan hukum terhadap masyarakat Desa Nggelu, memberikan pengetahuan terhadap para nelayan setempat tentang peraturan perundang-undagan yang berkaitan dengan kelautan dan perikanan. Adapun saran dalam penelitian yaitu masyarakat wilayah pesisir pantai Desa Nggelu agar lebih menjaga lingkungan pesisir dengan tidak membuang sampah sembarangan dan menjaga kelestarian hutan bakau (mangrove) degan tidak menebangnya

    ANALISIS ARUS DAN GELOMBANG PERAIRAN BATU BELANDE GILI ASAHAN DESA BATU PUTIH KECAMATAN SEKOTONG LOMBOK BARAT

    Get PDF
    Salah satu penyebab terjadinya akresi dan rekresi pantai adalah gelombang. Gelombang yang memecah di pantai merupakan penyebab utama proses erosi dan akresi (pengendapan garis pantai) pada saat gelombang mendekati pantai, gelombang mulai bergesekan dengan dasar laut dan menyebabkan pecahnya gelombang di pantai. Hal ini menyebabkan terjadinya turbulensi yang kemudian membawa material dari dasar pantai atau menyebabkan terkikisnya bukit-bukit pasir (sand dunes) di pantai. Gelombang yang memecah pantai merupakan penyebab utama proses erosi dan akresi (pengendapan) garis pantai. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis arus dan gelombang perairan dengan prinsip kerja waves buoys di Gili Asahan Desa Batu Putih Kecamatan Sekotong Lombok Barat. Pengambilan data lapangan dilakukan di sekitar perairan Batu Belande Gili Asahan melalui metode survey dan pemetaan dan dilanjutkan dengan analisis pengolahan data dilakukan dengan bantuan software modeling. Hasil analisa data lapangan pada pengukuran arus menunjukkan bahwa kecepatan arus rata-rata pada perairan di gili Asahan adalah 0.0045 m/det (sebelum ombak pecah) dan 0.0228 m/det (setelah ombak pecah) dengan arah yang relatif sama yaitu arah barat daya condong arah selatan atau sejajar dengan pantai. Kecepatan arus berkisar antara 0 - 0,63 m/det pada titik sebelum ombak pecah dan 0 - 0.557 m/det pada titik setelah ombak pecah. Data ini menunjukkan bahwa kecepatan arus di lokasi dikategorikan memiliki kecepatan arus lemah hingga sedang, hal ini sesuai dengan pendapat Djurdjani (1998) bahwa kecepatan arus dikategorikan lemah jika kecepatannya 1 m/det. Hasil analisis pengukuran gelombang didapatkan bahwa tinggi gelombang signifikan (H1/3) pada lokasi penelitian adalah 0.019 m pada titik sebelum ombak pecah dan 0.0072 m pada titik setelah ombak pecah, dengan demikian keadaan gelombang signifikan dilokasi dikategrikan tenang hal ini didukung oleh pernyataan Djurdjani (1998) yang mengatakan bahwa Gelombang dikategorikan tenang jika tingginya 0,50. Adapun kecepatan gelombang sebelum dan sesudah ombak pecah pada musim angin timur dan barat masing-masing 5,48 m/s, 2,74 m/s dan 5,48 m/s hal ini menunjukkan bahwa semakin mendekati pantai maka kecepatan gelombang semakin melemah seiring dengan kedalaman perairan yang semakin dangkal, sedangkan energi gelombang sebelum dan sesudah ombak pecah pada musim angin timur dan barat masing-masing adalah 0,460 N/m2, 0,066 N/m2 dan 1965,172 N/m

    SHORT COMMUNICATION: STRUCTURE AND COMPOSITION OF MANGROVE VEGETATION IN LEMBAR BAY AREA, WEST LOMBOK DISTRICT, INDONESIA

    Get PDF
    One of the potential natural resources of coastal areas in West Lombok District, West Nusa Tenggara Province, Indonesia is the 501.9-ha mangrove ecosystem. The purpose of this study was to analyze the structure and composition of mangroves in the Lembar bay area. The study used field observation methods based on predetermined plots. The results showed that the composition of mangroves in the Lembar Bay area consisted of Avicennia alba Bl, Avicennia marina (Forsk) Vierh, Bruguiera cylindrica (L) Bl, Ceriop decandra (Griff) Ding Hou, Ceriop tagal (Perr) C.B. Rob, Lumnitzera littorea (Jack) Voight, Lumnitzera racemosa Willd. Var, Phemphis acidula, Rhizhopora stylosa Griff, Rhizophora apiculata Bl, Rhizophora mucronata Lmk, and Sonneratia alba J.E. Smith. The mangrove vegetation at tree level was composed of 12 species dominated by Rhizhopora stylosa Griff and Rhizophora mucronata Lmk, with Importance Value Index (IVI) of 56.05 and 48.89, respectively, at sapling level 9 species dominated by Rhizhopora stylosa Griff, Bruguiera cylindrica, and Rhizophora mucronata, with IVI of 47.46, 33.33, and 31.07 respectively, and at the seedling level 7 species dominated by Rhizhopora stylosa Griff and Rhizophora mucronata Lmk, with IVI of 47.71 and 37.76, respectively

    PEMETAAN KESESUAIAN LAHAN PERUNTUKKAN DAERAH PELABUHAN DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI WILAYAH PESISIR SELATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR

    Get PDF
    Undang-undang nomor 24 tahun 1992 mengamanatkan bahwasemua kegiatan pembangunan, baik itu dilakukan oleh Pemerintah, Swasta maupun Masyarakat, seyogyanya sesuai dengan Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan. Selain untuk mencapai efisiensi  dan efektivitas pemanfaatan ruang dalam pelaksanaan pembangunan, rencana tata ruang digunakan pula sebagai landasan koordinasi dalam mengurangi konflik ruang dan optimasi pencapaian tujuan. Penyediaan data dan informasi laut yang komprehensif, akurat dan benar, serta dapat ditemukan dengancepat dan mudah khususunya bagi pembangunan Kelautan Nasional secara umum merupakan hal yang paling mendesak diperlukan. Sehingga kemajuan pembangunan Pusat dan daerah dapat berjalan sinkron dan berkesinambungan. Dalam perkembangannya, wilayah pesisir cenderung berkembang dengan pesat. Namun jika potensi sumberdaya tersebut tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan optimal,maka akan berdampak terhadap kerusakan lingkungan, misalnya abrasi pantai, penebangan hutan bakau, rusaknya terumbu karang, serta tercemarnya badan perairan sekitar wilayah pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan tingkat kesesuaian lahan peruntukkan daerah pelabuhan melalui aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) yang didasari pada hasil survey dan pemetaan di wilayah pesisir selatan LombokTimur. Hasil penelitian ini diharapkan potensi wilayah pesisir dapat dikembangkan untuk daerah pelabuhan sehingga hasilnya dapat diintegrasikan dengan penelitian sebelumnya sebagai data base perencanaan tata ruang wilayah pesisir bagi pemerintah setempa

    TINGKAT PEMAHAMAN PENAMBANG TENTANG NEGATIVE IMPACTS EKSPLOITASI GALIAN GOLONGAN C

    Get PDF
    Abstrak:Penelitian naturalistik ini bertujuan untuk memahami tingkat pemahaman penambang tentang negative impacts eksploitasi galian Golongan C di Desa Karang Sidemen, mencakup pemahaman penambang tentang (1) galian golongan C; (2) aturan eksploitasi galian golongan C; (3) negative impacts galian golongan C bagi lingkungan sekitar dan (4) manfaat eksploitasi. Data penelitian diperoleh dari observasi, wawancara mendalam dan pencatatan dokumen yang dianalisis secara melalui tahapan collecting data, display data dan verification. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman penambang terhadap konsep bahan galian Golongan C dan aturan pertambangan sangat rendah, tetapi tingkat pengetahuan penambang terhadap negative impacts eksploitasi galian Golongan C cukup baik. Hanya saja penambang mengabaikan hal tersebut karena aktivitas pertambangan dapat memberikan pendapatan memadai secara mudah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Manfaat yang dapat diperoleh dari penambangan bersifat tangible benefit (diukur dengan materi) dan intangible benefit (capaian non-materi). Guna memaksimalkan aktivitas penambangan hendaknya dilakukan pengawasan dan pembinaan secara intens, menertibkan izin dan wilayah usaha pertambangan, melakukan pengelolaan dan pemanfaatan ruang secara optimal dan terencana serta melakukan reklamaasi lahan pascapenambangan. Abstract:  This naturalistic research aims to understand the level of understanding of miners about the negative impacts of exploitation of Group C excavation in Karang Sidemen Village, including miners' understanding of (1) group C excavation; (2) the rules for exploitation of class C excavation; (3) the negative impacts of class C excavation for the surrounding environment, and (4) the benefits of exploitation. The research data was obtained from observation, in-depth interviews and document recording which were analyzed through the stages of data collection, data display, and verification. The results showed that miners' understanding of the concept of Group C minerals and mining regulations was very low, but the level of miners' knowledge of the negative impacts of Group C excavation was quite good. It's just that miners do this because mining activities can provide adequate income to meet their daily needs. The benefits that can be obtained from mining, are tangible benefits (measured by material) and intangible benefits (non-material achievements). In order to maximize the activities carried out to carry out intensive supervision and guidance, regulate permits and mining business areas, carry out optimal and planned management and use of space, and carry out post-mining land reclamation

    INSTITUTIONAL CAPACITY IN THE MANGROVE ECOTOURISM DEVELOPMENT OF LEMBAR AREA, WEST LOMBOK, INDONESIA

    Get PDF
    Mangrove ecotourism development with an institutional approach aims to carry out management by uniting relevant institutions especially the community, government, and other stakeholders. Institutional capacity plays an important role in the development of potential-based areas. Therefore, this study aims to determine institutional capacity both organizational and individual capacity in the mangrove ecotourism development in the Lembar village of Lombok Barat Regency. The research method was carried out through a qualitative research approach with the determination of informants based on purposive sampling techniques. The results showed that the capacity of mangrove ecosystem management for the mangrove ecotourism development in the Lembar village area of West Lombok Regency at the level of community, individual resource managers and institutional was categorized as low. The dominant institutional capacity in the mangrove ecotourism development were the Marine and Fisheries Department of West Lombok Regency. This shows that good synergy has not yet been formed between institutions and communities so that the mangrove ecotourism development is unsustainable and temporal. Therefore, a joint commitment is needed in increasing the strengthening of institutional capacity sustainably so that there is good synergy between the government, the government and the private sector, the government and the community, and between other stakeholders

    NILAI EKONOMI LINGKUNGAN HUTAN MANGROVE DI WILAYAH PESISIR BAGIAN SELATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR

    Get PDF
    Abstrak: Hutan mangrove memiliki peran dan fungsi yang berbeda, baik secara ekologis, ekonomi maupun social budaya. Di wilayah pesisir bagian Selatan Kabupaten LombokTimur, fungsi dan peran hutan mangrove sangat menguntungkan secara ekonomi maupun ekologi, akan tetapi nilainya belum diukur secara terus menerus.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan penghitungan  terhadap nilai ekonomi lingkungan hutan mangrove di wilayah pesisir Bagian Selatan Kabupaten Lombok Timur. Penilaian didasarkan pada prinsip nilai ekonomi lingkungan, yaitu hasil penjumlahan dari nilai manfaat langsung, nilai manfaat tidak langsung, nilai pilihan pada kepentingan terhadap konservasi dan pemanfaatan dimasa depan, nilai keberadaan pada kelangsungan habitat, dan nilai warisan. Berdasarkan hasil penghitungan menunjukkan bahwa besarnya nilai ekonomi lingkungan hutan mangrove di wilayah pesisir bagian Selatan Kabupaten Lombok Timur ± Rp 130.760.357/ha/th. Hasil tersebut diperoleh dari penjumlahan nilai manfaat langsung hutan mangrove yang dihasilkan di daerah ini ± Rp 88.162.750/ha/th, nilai manfaat tidak langsung hutan mangrove ± 42.597.267 /ha/th, nilai pilihan hutan mangrove untuk konservasi ± Rp 60.000 /ha/th, nilai hutan mangrove untuk keberadaan habitat ± Rp 180.000 /ha/th, dan nilai hutan mangrove untuk warisan ± Rp  100.000 /ha/th Abstract:.Mangroves forest have different roles and functions, both ecological economical and socio-cultural. In the coastal area of the southern part of East Lombok Regency, the function and role of mangroves forest is very beneficial economically and ecologically, but its value has not yet been measured continue. The purpose of this study was to calculation the environmental economic value of the mangrove forest in the southern coastal area of East Lombok Regency. The assessment is based on the principle of environmental economic value, namely the sum of the direct benefit value,indirect benefit value, option value in terms of interest in conservation and future use, existence value in habitat continuity, and inheritance value. Based on the calculation results show that the magnitude of the environmental economic value of the mangrove forest in the southern coastal area of East Lombok Regency ±IDR 131,991,591/ha/year.These results are obtained from the sum of the direct use values of the mangroves forest produced in this area ± IDR 88,162,750/ha/year, the indirect use values of mangroves forest ± 42,597,267/ha/year, option value of mangroves forest for conservation ± IDR 89,954.1/ha/year, the value of mangroves forest for the presence habitat ± IDR 74,952.75/ha/year, and the value of mangroves forest for inheritance ± IDR 1,066,667/ha/yea

    ANALISIS KESESUAIAN LAHAN MANGROVE DI WILAYAH PESISIR SELATAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

    Get PDF
    Undang-undang nomor 24 tahun 1992 mengamanatkan bahwa semua kegiatan pembangunan, baik itu dilakukan oleh Pemerintah, Swasta maupun Masyarakat, seyogyanya sesuai dengan Tata Ruang Wilayah yang telah ditetapkan. Selain untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pemanfaatan ruang dalam pelaksanaan pembangunan, rencana tata ruang digunakan pula sebagai landasan koordinasi dalam mengurangi konflik ruang dan optimasi pencapaian tujuan. Penyediaan data dan informasi laut yang komprehensif, akurat dan benar, serta dapat ditemukan dengan cepat dan mudah khususunya bagi pembangunan Kelautan Nasional secara umum merupakan hal yang paling mendesak diperlukan. Sehingga kemajuan pembangunan Pusat dan daerah dapat berjalan sinkron dan berkesinambungan. Dalam perkembangannya, wilayah pesisir cenderung berkembang dengan pesat.  Namun jika potensi sumberdaya tersebut tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan optimal, maka akan berdampak terhadap kerusakan lingkungan, misalnya abrasi pantai, penebangan hutan bakau, rusaknya terumbu karang, serta tercemarnya badan perairan sekitar wilayah pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan tingkat kesesuaian lahan mangrove melalui aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) yang didasari pada hasil survey dan pemetaan di wilayah pesisir  selatan Lombok Timur. Hasil penelitian ini diharapkan potensi wilayah pesisir dapat dikembangkan untuk daerah mangrove sehingga hasilnya dapat diintegrasikan dengan penelitian sebelumnya sebagai data base perencanaan tata ruang wilayah pesisir bagi pemerintah setempat

    PENGELOLAAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG MELALUI WISATA BAHARI PARTISIPATIF DI PANTAI TIGA DUSUN SETANGI DESA MALAKA KECAMATAN PEMENANG KABUPATEN LOMBOK UTARA

    Get PDF
    Kebanyakan kerusakan ekosistem terumbu karang dan produktivitas, kerusakan ekosistem terumbu karang tidak terlepas dari aktifitas manusia baik di daratan maupun pada ekosistem pesisir dan lautan. Penelitian ini bertujuan untuk pengelolaan ekosistem terumbu karang dengan melalui wisata bahari di pantai tiga Dusun Setangi Desa Malaka Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriftif kualitatif dengan melakukan di lapangan, adapun dalam penelitian ini menggunakan metode deskriftif ini adalah penelitian yang di arahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu dengan juga penelitian ini menggambarkan (mendeskripsikan) secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentung secara faktual dan akurat. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang terbatas pada ruang lingkup penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1) memberitahu data umum Desa Malaka Kacamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara dapat di lihat dari beberapa keadaan di Desa Malaka yaitu keadaan geografis, keadaan topografi, keadaan hidrogen dan tata air, keadaan iklim dan curah hujan, keadaan tata guna lahan, demografi, kelembagaan. 2) display data nama responden bagian ini akan di uraikan tentang data yang akan di peroleh di lapangan yaitu sampel penelitian yang terdiri 44 masyarakat dan Dinas Kelautan di Desa Malaka Kecamatan Pemenang Kabupaten Lombok Utara dengan mengetahui secara lebih rinci tentang data. 3) analisis kesesuaian kualitas air yang di ambil dengan tiga kesuaian wilayah pantai tiga penelitian untuk mewakili area wisata snorkling yang dapat hasil pengukuran kualitas air. 4) analisis kesesuaian wisata dengan menentukan hasil persentase penutupan karang di pesisir (S1) sebesar 13,5%, pada dangkal (S2) sebesar 26,14%, pada kedalaman (S3) sebesar 31,16% dan rata-rata sebesar 23,6%. 4) analisis daya dukung kawasan dengan mengenai daya dukung lingkungan di dapatkan hasil suatu penelitian 82 orang yang melakukan maupun masyarakat juga terjun. 5) analisis data dengan menentukan jumlah untuk melaksanakan sebagai sampel pada penelitian ini adalah 44 orang pegawai melaksanakan penelitian. 6) pembahasan dengan mengetahui wilayah di Desa Malaka memiliki iklim dan curah hujan memiliki curah hujan 1.100 Mm, suhu di Desa Malaka rata-rata 30%

    UPAYA PELESTARIAN HUTAN UNTUK PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI DUSUN PELAH DESA MAREJE TIMUR KECAMATAN PLEMBAR TAHUN 2012

    Get PDF
    Abstrak: Hutan memiliki banyak fungsi bagi masyarakat, antara lain berfungsi sebagai hidrologis, yang artinya merupakan gudang penyimpanan air dan tempat menyerapnya air hujan maupun embun yang pada akhirnya akan mengalirkannya ke sungai-sungai yang memiliki mata air di tengah-tengah hutan secara teratur menurut irama alam. Selain itu, hutan juga berperan untuk melindungi tanah dari erosi dan daur unsur haranya. Untuk itu, hutan yang terdapat diberbagai wilayah harus dijaga kelestariannya, termasuk yang ada di wilayah  Dusun Pelah Desa Mareje Timur Kecamatan lembar.Oleh karena itu tujuan penelitian ini untuk  mendeskripsikan upaya-upaya yang dilakukan untuk melestarikan hutan dalam mengembangkan wisata alam yang ada di Dusun pelah Desa Mareje Timur Kecamatan Lembar Kabupaten Lombok Barat.  Adapun penelitian ini merupakan penelitian  kualitatif maka peneliti menggunakan informan dalammenentukan subjek penelitian. Informan adalah orang yang dimanfaakan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi tempat penelitian.  Dalam melakukan suatu penelitian kualitatif di perlukan cara atau teknik bagaimana mengumpulkan data,di dalam pengumpulan data kualitatif ini peneliti menggunakan cara: Observasi dan wawancara. Pengelolaan hutan yang dilakukan oleh masyarakat di Kawasan Hutan Dusun Pelah Desa Mareje Bonga dimulai sejak tahun 1997/1998. Tanamanhutan yang mendominasi pada saat itu adalah jenis Sonokeling. Berdasarkan hasil wawancara, kondisi sosial budaya masyarakat di kawasan hutan Mareje masih mengedepankan semangat kekeluargaan. Kegiatan gotong royong sering dilakukan oleh masyarakat baik di dalam kawasan hutan yang dimanfaatkan masyarakat maupun di luar kawasan hutan. Untuk meminimalisir adanya permasalahan di masyarakat berkaitan dengan  pengelolaan kawasan hutan maka petani yang tergabung didalam kelompok tani membuat kesepakatanbersama berupa awiq-awiq.Abstract: Forests have many functions for the community, among others, to function as hydrological, which means a storehouse of water and a place to absorb rain water and dew that will eventually flow to the rivers that have springs in the middle of the forest regularly according to natural rhythms. In addition, forests also play a role to protect the soil from the erosion and cycle of nutrients. For that reason, the forests in various areas must be preserved, including those in the subdistrict of Pelah Desa Mareje Timur Subdistrict sheet. Therefore the purpose of this study is to describe the efforts undertaken to conserve forests in developing natural tourism in the hamlet gap Mareje Timur Village Lembar Subdistrict, West Lombok regency. The research is a qualitative research, the researcher uses the informant in determining the subject of research. Informants are people who are used to provide information about the situation and condition of the place of study. In conducting a qualitative research in need of ways or techniques how to collect data, in this qualitative data collection researchers use the way: Observation and interview. Forest management carried out by the community in the Hutan Desa of Mareje Bonga Village has been started since 1997/1998. The dominant forest plant at that time was the type of Sonokeling. Based on the results of interviews, the socio-cultural conditions of the people in the forest area Mareje still prioritize the spirit of kinship. Getong royong activities are often carried out by the community both within the forest area utilized by the community and outside the forest area. To minimize the problems in the community related to the management of forest areas, the farmers who are members of the farmers group make a joint agreement in the form of awiq-awiq
    corecore