26 research outputs found

    The Ovarian Polytene Chromosome of the Taxon Anopheles (Cellia) Sundaicus (Rodenwald)

    Full text link
    Penelitian khromosom politen ovarium nyamuk Anopheles sundaicus Rodenwald, 1925 telah dilakukan dari populasi alam di Pangha (Thailand Selatan), Trat (Thailand Timur) dan Pangandaran (Jawa Barat, Indonesia). Metode penelitian khromosom politen berdasarkan Green dan Hunt (1980). Pola penggelangan khromosom di dalam populasi dan antara populasi dibandingkan. Jumlah khromosom karyotipe metaphase spesies tersebut terbukti sama dengan jumlah khromosom nyamuk dari kelompok anopheline (2n=6), yang terdiri dari satu pasangan khromosom-X dan dua pasang autosom. Khromosom politen An. sundaicus ditemukan dapat berkembang dengan baik, sehingga peta photo politen ovarium dapat disajikan sebagai peta baku khromosom politen, dan digunakan sebagai bahan acuan takson ini. Pola penggelangan yang jelas dan tanda-tanda yang konsisten, merupakan ciri-ciri dari setiap lengan khromosom. Perbandingan pola khromosom politen An. sundaicus di dalam populasi dan antara populasi Pangha, Trat dan Pangandaran dengan peta baku khromosom politen belum ditemukan adanya variasi atau polimorphisme khromosom

    Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat terhadap Malaria di Kota Batam

    Full text link
    Malaria remains a major public health problem and causes outbreaks and re-emerging of malaria in places which previously had been declared to be malaria free in Indonesia. Malaria is very important issue in tourist industry, socio-economic impact and poverty. There are some risk factors of malaria transmission e.g. physical environment changes including the climate change such as rainfall, temperature, land used, environment deterioration; poverty, mobility of people and economic crisis. The understanding of knowledge, attitude and practices of the community in malaria and its control are very important for its prevention and control strategy. This paper presented the study of knowledge, attitude and practices on malaria, prevention its control in year 2008 in Batam area. There were 248 respondents surveyed from three sub-district, consist of 84 respondents from Nongsa, 89 respondents from Galang sub-district and 75 respondents from Belakang Padang. Quantitative and qualitative data were collected by using structural questionnaire for the community and personal in-dept interview for the community leaders. The results of the study shows that most of the respondents understand and ever heard about malaria (91.9%); nevertheless most of them do not have good attitude in malaria prevention and control (97.6%). There was 82.3% of respondents have being outdoor during the night time, beside there was 39.5% respondents stayed overnight outdoor. These KAP situation of the community in malaria endemic area will increase the malaria transmission risk. However, to improve the knowledge, attitude, and practices for prevention and control of malaria, the program of health promotion should be improved and keep sustainiing

    Peran Tenaga Kesehatan Dan Kerjasama Lintas Sektor Dalam Pengendalian Malaria

    Full text link
    Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pengendalian malaria tidak bisa hanya dilakukan oleh sektor kesehatan, namun harus kerja sama dengan lintas sektor terkait guna mempercepat hasil yang dicapai serta efisiensi dan efektifitas. Pengembangan dan pembangunan kota Batam membawa dampak terhadap faktor lingkungan fisik. Perubahan tersebut sangat berpengaruh terhadap kondisi eko-epidemiologi penyakit terutama malaria, karena Batam mempunyai banyak wilayah endemik malaria. Tujuan penelitian untuk memperoleh informasi peran sektor kesehatan dan lintas sektor terkait serta pemangku kepentingan malaria di Kota Batam. Desain penelitian adalah Cross sectional dengan pendekatan kualitatif yaitu menggunakan metoda wawancara mendalam dan telaah dokumen. Pengambilan sampel secara Purposive Sampling dan menggunakan analisi domain dan kontras. Informan adalah pejabat Dinas Kesehatan dan lintas sektor terkait yaitu ; Dinas Pertanian, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Pariwisata, pekerjaan umum, Bappeda, DPRD, pemberdayaan masyarakat dan tokoh masyarakat kota Batam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program pengendalian malaria masih kurang maksimal dikarenakan kurang optimalnya dukungan dan kerja sama berbagai sektor di luar kesehatan, oleh karena itu perlu ditingkatkan kemitraan dan di integrasi dengan berbagai kegiatan yang ada di setiap institusi/lintas sektor terkait. Kesimpulan penelitian, peran pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat sangat dibutuhkan dalam pengendalian vektor malaria yang optimal dan penyediaan sumber data untuk mengambil kebijakan, sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai

    Hubungan Iklim, Kepadatan Nyamuk Anopheles Dan Kejadian Penyakit Malaria

    Full text link
    Districts of South Lampung and Pesawaran are malaria endemic areas. The purpose of this study was to analyze the relationship between climate, Anopheles density and malaria incidence. Mosquito collections were caught by human landing collection all night 06:00 PM-06:00 AM. The relation of climate with Anopheles density and Anopheles density with malaria incidence were analysed by Pearson Product Moment test. The Anopheles bite all night, peaks with 02:00-04:00 AM, outdoor bitings were more frequent than indoor biting. There were relationships between relative humidity and rain fall with Anopheles density, and Anopheles density with malaria incidence one month later
    corecore