737 research outputs found

    STUDI PEMANFAATAN PRODUK SOLIDIFIKASI LIMBAH CERAMIC BALL, MOLESIEVE, SAND BLAST & SPENT CLAY SEBAGAI PAVING BLOCK

    Get PDF
    Abstrak: Proses solidifikasi adalah metode pengolahan limbah B3 yang bertujuan untuk mengurangi kadar toksisitas suatu limbah dengan memperkecil permeabilitas dan  meningkatkan  kekuatan  fisik  limbah  tersebut.  Teknik solidifikasi yang umumnya dilakukan adalah kapsulasi, yaitu teknik penyelimutan limbah dengan bahan pengikat seperti semen untuk mengeraskan limbah secara fisik. Dengan teknik kapsulasi, hasil solidifikasi limbah B3 akan menyerupai beton pada umumnya. Penelitian ini dilakukan untuk melihat potensi pemanfaatan hasil solidifikasi limbah B3 sebagai paving block. Limbah B3 akan dijadikan pengganti agregat halus dan kasar seperti layaknya sebuah  campuran  beton.  Sebagai pengganti  agregat  halus,  limbah  molesieve,  sand  blast  dan  clay  mempunyai karakteristik seperti pasir. Ceramic ball akan menjadi pengganti agregat kasar atau kerikil. Agregat mengisi 40%-70% volume dan memberikan karakteristik serta kekuatan pada beton. Variasi akan dilakukan pada kadar limbah dan semen untuk setiap campuran. Produk solidifikasi dibuat dengan perbandingan antara semen : agregat sebesar 1:3, 1:4 dan 1:5. Campuran beton dicetak dalam cetakan balok berukuran 8x8x6 cm. Benda uji diamati selama 1 bulan dengan objek pengamatan adalah kuat tekan, kadar toksisitas lindi dan durabilitas benda uji. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kekuatan benda uji akan meningkat seiring meningkatnya kadar semen dan menurun seiring meningkatnya kadar beberapa jenis limbah. Benda uji dengan versi 13V5 mempunyai kuat tekan mencapai 117,2 kg/cm2. Benda uji dengan versi 14V6 mempunyai kuat tekan mencapai 129,7 kg/cm2. Kedua versi tersebut menjadi campuran terpilih pemanfaatan hasil solidifikasi limbah B3 sebagai paving block dengan mutu D dan C.Kata kunci: agregat, kapsulasi, paving block, pemanfaatan, solidifikasi Abstract: Solidification is a method of hazardous waste treatment in decreasing the toxicity by reducing the waste's permeability and strengthens its physical properties. The common solidification technique is encapsulation, which the waste will be covered by somekind of binder material, such as cement. This experiment is used to observe the potential state of reusing solidification product as paving block. The wastes is used to replace fine and coarse aggregates as in a concrete mixture. As the substitute of fine aggregates; molesieve, sand blast and clay have similar physical characteristics as sand. The waste of ceramic ball will be used as the substitute for coarse aggregates. Both aggregates fill 40% - 70% of concrete's volume and take an essential rule for its characteristic and strength. The combination and amount of wastes and cement in every concrete are taken as the experiment variations. The proportions of waste and cement are 1:3, 1:4 and 1:5. The solidification product is block-shaped concrete sized 8 x 8x 6 cm. Every solidification product was  observed for a month and the subjects for observation are compressive strength, leachate toxicity and durability. The experiment result showed that product's compressive strength increased by the increase of cement and lowered by the increase of specific kind of waste. The product version of 13V5 has the compressive strength of 117.2 kg/cm2.. The product version of 14V6 has the compressive strength of 129.7 kg/ cm2. Both versions have become the chosen proportion for hazardous waste solidification reuse as grade D and C paving block.Keywords: aggregates, encapsulation, paving block, reuse, solidification

    STUDI AWAL PEMANFAATAN LIMBAH SANDBLASTING SEBAGAI KOAGULAN

    Get PDF
    Abstrak: Limbah sandblasting merupakan sisa hasil kegiatan dari kegiatan sandblasting di industri. Berdasarkan lampiran 2 Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999, limbah sandblasting ditetapkan sebagai limbah B3 dari sumber spesifik dengan sumber pencemar berupa logam dan logam berat. Kandungan Al dan Fe yang tinggi pada limbah sandblasting berpotensi untuk di manfaatkan menjadi koagulan berbasis logam. Pemanfaatan limbah sandblasting menjadi koagulan merupakan upaya berarti dalam pencegahan pencemaran limbah B3 dan penghematan sumberdaya alam. Dalam penelitian ini, limbah sandblasting diolah secara kimia menggunakan asam klorida menjadi cairan dengan kandungan Al dan Fe yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai koagulan dalam pengolahan air/ air limbah. Kondisi optimal pembentukan koagulan dicapai dengan penambahan 310.25 kg HCl/ ton limbah sandblasting pada 110°C dengan waktu pelindian selama 3 jam. Hasil analisis ekstrak cair limbah sandblasting pada kondisi optimal menunjukkan perolehan kembali logam Al sebesar 57.86 % dan Fe sebesar 97.28 %.  Abstract: Sandblasting waste is a by-product material from sandblasting activity in industry. Based on lampiran 2 Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999, sandblasting waste is regarded as hazardous wastes from specific source with heavy metals as main pollutant. Sandblasting waste contains high amount of Al and Fe, which are potential to be utilized as metals based coagulant. Utilization of sandblasting waste as coagulant is not only prevents hazardous waste pollution but also can save natural resources. In this study sandblasting waste is chemically treated using hydrochloric acid addition into liquid containing high amount of Al and Fe that can be used as coagulant for water/wastewater treatment plant. Optimal condition for the production of coagulant achieved by acid treatment using 310.25 kg HCl/ ton sandblasting waste at 110°C for 3 hour leaching period. Under these condition final extraction and recovery yields of 57.86%Al and 97.28% Fe.  Key words: Sandblasting waste, Coagulant, Aluminum, Iro

    ANALISA KERUSAKAN PIPA AIR PENGUMPAN BOILER

    Get PDF
    Abstrak: Pipa air pengumpan boiler adalah suatu sistem pengumpan air ke boiler. Untuk pelindungan dari serangan korosi pada pipa disuntikkan inhibitor. Kerusakan terjadi  pada pipadi ujung pipa injeksi  inhibitor setelah 7 tahun operasi. Lokasi pipa inhibitor adalah 800 mm setelah swing check valve. Untuk mencari akar penyebab dilakukan analisa kerusakan. Untuk mendukung analisa kerusakan dilakukan pengujian dan pemeriksaan komposisi kimia, fraktografi, metalografi, kekerasan, produk korosi, polarisasi, simulasi aliran dan rasio Na dan PO4 dalam inhibitor. Hasil pemeriksaan komposisi kimia menunjukkan bahwa material pipa adalah sesuai standar. Hasil pemeriksaan fraktografi menunjukkan kerusakan berupa penipisan lokal berbentuk cekungan sepatu kuda. Hasil pemeriksaan metalografi menunjukkan struktur mikro material pipa adalah ferit dan perlit normal. Hasil pemeriksaan produk korosi menunjukkan kandungan oksigen yang sangat tinggi. Hasil pengujian polarisansi dengan inhibitor adalah 19,991 mpy. Hasil simulasi aliran menunjukkan di lokasi pipa injeksi inhibitor adalah zona aliran diam. Hasil pemeriksaan kandungan inhibitor menunjukkan bahwa rasio Na dan PO4 dibawah 2,85:1. Dari hasil pemeriksaan dan pengujian tersebut dapat dikerucutkan bahwa akar penyebab kerusakan pipa air pengumpan boiler adalah serangan korosi akibat konsentrasi oksigen.Kata kunci: Pipa Air Pengumpan Boiler, Baja Karbon, Inhibitor, Aliran Diam, Caustic Gouging, Konsentrasi Oksigen

    RECOVERY MINYAK DARI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) SPENT BLEACHING EARTH DENGAN METODE EKSTRAKSI PELARUT

    Get PDF
    Abstrak: Spent bleaching earth (SBE) adalah limbah padat yang dihasilkan dari proses penyulingan minyak dari  industri oleokimia. Spent bleaching earth yang sudah terpisah dengan minyak murni mengandung gums dan kotoran serta sejumlah besar minyak. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, kandungan minyak yang terdapat dalam spent bleaching earth berkisar antara 20%-30% berat spent bleaching earth. Residu minyak spent bleaching earth tersebut di-recovery dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut. Metode ekstraksi yang digunakan yaitu soxhlet dan maserasi. Pelarut yang digunakan yaitu n-heksan dan aseton. Rendemen minyak terbesar dihasilkan dari metode soxhlet dengan menggunakan pelarut aseton dengan kadar 24,14 %. Sedangkan rendemen minyak terkecil dihasilkan dari metode maserasi dengan pelarut n-heksan yaitu sekitar 15,37 %. Kualitas minyak berdasarkan parameter viskositas dan warna minyak terbaik secara menurun yaitu maserasi n-heksan> soxhlet n-heksan> maserasi aseton > soxhlet aseton. Densitas minyak tertinggi yaitu ekstrak minyak metode maserasi dengan pelarut aseton sebesar 0,8838 gr/cm3 dan densitas paling kecil yaitu ekstrak minyak metode soxhlet dengan pelarut aseton yaitu sebesar 0,875 gr/cm3. Persentase asam lemak bebas tertinggi yaitu soxhlet aseton 39,77% atau sama dengan 23,35 mg NaOH/mg minyak dan terendah yaitu 14,27%  atau sama dengan 11,49 mg NaOH/mg minyak berasal dari  metode maserasi dengan pelarut n-heksan. Minyak yang menggunakan pelarut aseton memiliki kualitas kurang baik dibandingkan dengan minyak yang menggunakan pelarut n-heksanKata kunci: Ekstraksi, maserasi, minyak, soxhlet, spent bleaching earth Abstract : Spent bleaching earth (SBE) is a solid waste generated as part of the refining process in the oleochemical industry . The spent bleaching earth thus separated from the oil contains gums and impurities along with significant amount of oils. Based on several previous studied, the content of the oils contained in spent bleaching earth ranged from 20% - 30 % by weight of spent bleaching earth. Spent bleaching earth resisdual oils was recovered by using solvent extraction method. Extraction method used is soxhlet and maceration. While the solvent used are n-hexane and aceton. Yield of oils from soxhlet method using acetone solvent has a highest content oils of 24.14 %. While the lowest yield of oil produced from maceration method using n-hexane solvent is about 15.37 %. Oil quality parameter based on viscosity and color from high  to bad quality is maceration n-hexane>soxhlet n-hexane>maceration acetone>soxhlet acetone. The highest density of oil extract is about 0,8838 gr/cm3, produced by maceration method using acetone solvent. While the lowest is about 0.875 gr/cm3, produced by soxhlet method using acetone solvent. The highest percentage free fatty acid (FFA) is about 39.77 % or same with 23.35 mg NaOH/ mg oil  from soxhlet method using acetone and the lowest is about 14.27% or same with 11.49 mg NaOH/ mg oil  from maceration method using  n-hexane. Extract oil produced from acetone solvent has a less good quality than extract oil from n-hexane solvent.  Key words: Extraction, maceration, oil, soxhlet, spent bleaching eart

    SOSIAL KAPITAL MASYARAKAT DALAM OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI KRUENG ACEH

    Get PDF
    xii, 96hlm.; 29 cm

    STUDI PEMANFAATAN LIMBAH B3 SLUDGE PRODUCED WATER SEBAGAI BAHAN BAKU REFUSE DERIVED FUEL (RDF)

    Get PDF
    Abstrak: Kebutuhan sumber energi terbarukan semakin penting mengingat kebutuhan akan energi yang terus meningkat. "Waste to Energy" adalah konsep yang sesuai untuk memecahkan masalah ini. Refuse derived fuel (RDF) sebagai salah satu aplikasi dari konsep tersebut yang menggunakan residu memiliki nilai kalor yang tinggi sebagai bahan bakar. Sludge produce water merupakan salah satu limbah industri minyak dan gas bumi kategori limbah bahan berbahaya dan beracun yang memiliki karakteristik kandungan C-organik mencapai 52,03%, total petroleum hidrokarbon sebesar 32,216% dan nilai kalor mencapai 4.100,39 kal/gr yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif aplikasi waste to energi dengan metode RDF. Sementara biomassa seperti kompos, serbuk gergaji, dan tandan kelapa sawit mudah ditemukan namun belum banyak dimanfaatkan juga berpotensi menjadi bahan campuran RDF dalam upaya meningkatkan nilai kalor. Sludge produced water dan biomassa dapat dimanfaatkan menjadi RDF dengan kombinasi yang tepat sehingga menghasilkan nilai kalor yang optimum untuk bahan bakar. Penelitian ini meninjau karakteristik dan nilai kalor bahan dengan proximate analysis dan bom kalorimeter. Penelitian dilakukan dengan mencampurkan biomassa dan sludge produced water dengan rasio 1:3, 2:2, dan 3:1 serta menambahkan bahan perekat berupa tepung kanji dengan konsentrasi 1%, 2%, dan 5%.  Nilai kalor paling baik yang dihasilkan adalah dari kombinasi sludge produced water dan serbuk gergaji perbandingan 1:3 dengan konsentrasi perekat 5% yang menghasilkan nilai kalor sebesar 4.933,95 kal/gram. Waste to energi dalam bentukan RDF ini dapat dijadikan alternatif pemanfaatan limbah B3 sludge produced water

    UJI PENDAHULUAN PEMANFAATAN LIMBAH SLUDGE CPO (CRUDE PALM OIL) SEBAGAI BAHAN BAKU RDF (REFUSED DERIVED FUEL)

    Get PDF
    Abstrak : Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan industri minyak kelapa sawit terbesar, bahkan akan menjadi produsen utama dunia 2010, yang akan memiliki sumber daya yang belum tersentuh lebih dari 50 juta ton pertahun. Oleh karena itu, Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam memanfaatkan produk samping biomassa berupa limbah sludge dari sisa pengolahan kelapa sawit yaitu sebagai sumber energi dalam bentuk briket arang. Kebun dan pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah padat dan cair dalam jumlah besar yang belum dimanfaatkan secara optimal. Pertumbuhan produksi CPO (Crude Palm Oil) sebesar 5-6 % per tahun berarti pula peningkatan ketersediaan produk samping berupa limbah sludge dari sisa pengolahan kelapa sawit. Pertumbuhan areal kebun kelapa sawit di Indonesia akan terus meningkat sehingga meningkatkan sumber produk samping berupa limbah sludge dari sisa pengolahan kelapa sawit. Ini berarti bahan baku untuk membuat bio-bahan bakar akan tersedia dalam jumlah yang lebih besar. Dari produksi minyak kelapa sawit tahun 2004 dapat diperkirakan produksi POME (Palm Oil Mill Effluent) sebanyak 32.257 "“ 37.633 juta ton. Jumlah ini sangat melimpah dan berpotensi besar sebagai sumber energy terbarukan. Oleh karena itu, Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan produk samping dari kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan. Jenis-jenis sludge yang dapat termanfaatkan yaitu biosludge, spent bleaching earth, first aid cake, glycerin, dan scum cake. Pada penelitian ini dilakukan variasi pencampuran untuk mencapai nilai kalor yang optimum.Abstract: Indonesia is a country with the growth of the largest palm oil industry, even going to be a major world producer in 2010, which will have the untapped resources of more than 50 million tons per year. Therefore, Indonesia has huge potential in using biomass byproducts from the remaining sludge in the form of palm oil as a source of energy in the form of charcoal briquettes. Gardens and palm oil mills produce solid and liquid wastes in large numbers that have not been used optimally. Production growth of CPO (Crude Palm Oil) at 5-6% per year will also mean increasing the availability of sludge byproduct from the remaining mills. The growth of oil palm plantation acreage in Indonesia will continue to increase thereby increasing source of sludge byproduct from the remaining mills. This means the raw material for making bio-fuels will be available in larger quantities. From the production of palm oil production in 2004 can be estimated POME (Palm Oil Mill Effluent) counted 32.257-37.633 million tons. This amount is very gorgeous and huge potential as a source of renewable energy. Therefore, Indonesia has great potential to utilize by products from the oil palm as a source of renewable energy. The types of sludge that can be utilized ie biosludge, spent bleaching earth, first aid cake, glycerin, and Scum cake. In this study the variation of mixing has been  done to achieve optimum heating value. Key words: biomass, sludge, heating value, crude palm oi

    PEMANFAATAN BIOMASSA DAUN PECAH BELING (Strobilanthes crispus) TERMODIFIKASI TANIN SEBAGAI SORBEN UNTUK LOGAM ORGANOLEAD

    Get PDF
    Abstrak: Pb-organik atau senyawa organolead merupakan logam turunan dari Pb yang tingkatan toksisitasnya empat kali lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa logam Pb murni dan Pb ionik. Dalam penelitian ini, modifikasi tannin dari biomassa daun Strobilanthes cripus dimanfaatkan sebagai biosoben untuk mengurangi konsentrasi senyawa organolead. Biosorben yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis: biosorben dari biomassa tanpa perlakuan (BTP), biosorben polimerisasi dari biomassa daun (BDP), dan biosorben polimerisasi ekstrak tannin dari biomassa (BEP). y Scanning Electron Microscopy (SEM), kadar air, kadar abu, kadar volatil, dan kadar karbon terikat dilakukan untuk menentukan karakteristik fisik dan kimia biosorben yang dibandingkan dengan SNI 06-3730 dan SII 0258-79. Untuk memperkirakan kapasitas penyerapan logam organolead, maka dilakukan percobaan secara sistem batch, dengan parameter yang mempengaruhi proses adsorpsi terdiri dari variasi ukuran biosorben, dosis biosorben, waktu kontak, serta konsentrasi awal limbah artifisial organolead. Mekanisme penyerapan organolead dianalisis melalui uji isoterm adsorpsi berdasarkan model Langmuir dan model Freundlich)  Kata kunci: organolead, biosorpsi, pecah beling (Strobilanthes cripus), polimerisasi tannin Abstract : Organic-Pb or organolead compound is a derivative of Pb metal which have toxicity levels four times higher than the pure metal Pb and Pb ionic. In this research, the modification of tannin from the Strobilanthes crispus  leaves biomass was utilized as an adsorbent material for the removal of organolead  from artificially contaminated solution. Biosorbent used in this study consists of three types: biosorbent from biomass without treatment (BTP), biosorbent treatment polymerization from the biomass (BDP), and biosorbent treatment polymerization from the tannin extract from biomass (BEP). The Scanning Electron Microscopy (SEM), moisture content, ash content, volatile content, and fixed carbon content was conducted to determine the physical and chemical characteristics of biosorbent compared to SNI 06-3730 and SII 0258-79. Batch experiments were used to predict the adsorption capacity of lead ion. Different parameters affecting the adsorption process were tested including initial adsorbent particle size, adsorbent dose, contact time and adsorbate dose.  The adsorption process of organolead was tested with Langmuir and Freundlich model. Key words: organolead, biosorption, pecah beling leaves, polymerization of tanni

    IDENTIFIKASI KEBERAGAMAN BAKTERI PADA LUMPUR HASIL PENGOLAHAN LIMBAH CAT DENGAN TEKNIK KONVENSIONAL

    Get PDF
    Abstrak: Biodegradasi dengan metode lumpur aktif dilakukan dengan memanfaatkan bakteri yang digunakan selama proses pengolahan yang kemudian diresirkulasi kembali ke proses setelah mengalami pengendapan. Pengolahan ini dapat juga diterapkan pada pengolahan limbah cat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bakteri pendegradasi limbah cat dari lumpur hasil pengolahan serta membandingkannya dengan keberagaman bakteri yang ada pada commercial seed. Bakteri yang dihasilkan dari identifikasi pada lumpur terdiri dari lima jenis, yaitu Bacillus subtilis, Bacillus licheneformis, Bacillus cereus, Bacillus megaterium, dan Pseudomonas flourescens. Keberadaan bakteri-bakteri tersebut menunjukkan proses pengolahan menggunakan bakteri konsorsium yang setiap bakterinya memiliki pola perumbuhan yang berbeda. Hal itu ditunjukkan oleh perbedaan waktu generasi(g) dan konstanta laju pertumbuhan (k). Nilai waktu generasi dan konstanta laju pertumbuhan adalah 44,67 menit dan 0,93 jam-1 untuk Pseudomonas flourescens; 45,04 menit dan 0,92 jam-1 untuk Bacillus subtilis; 35 menit dan 1,17 jam-1 untuk Bacillus licheniformis; 18 menit dan 2,27 jam-1 untuk Bacillus cereus, 19 menit dan 2,18 jam-1 untuk Bacillus megaterium, serta 53 menit dan 0,79 jam-1 untuk kultur campuran. Bakteri commercial seed yang digunakan pada saat pengolahan dan kembali terdapat di lumpur hasil pengolahan menandakan bahwa bakteri tersebut mampu menggunakan limbah sebagai sumber karbon dan berperan dalam pengolahan limbah.Abstract : Biodegradation with activated sludge method is done by using bacteria that are used during treatment process, which was then returned to the treatment process after had been settled. This process can be applied to liquid waste paint treatment. The objectives of this research are to identify the paint waste degradation bacteria of sludge and to compare them with the bacterial types in the commercial seed. The result of bacteria identification from sludge obtained five species. They are Bacillus subtilis, Bacillus licheneformis, Bacillus cereus, Bacillus megaterium, and Pseudomonas flourescens. The presence of five kinds bacteria indicates that the biological process used a consortium bacteria, that has different growth pattern. It was shown by the difference of generation time(g) and growth rate constant of (k) both pure cultures and mixed culture. Value of generation time (g) and growth rate constant (k) for each bacteria were 44.67 minutes and 0.93 hour-1 for Pseudomonas flourescens; 45.04 minutes and 0.92 hour-1 for Bacillus subtilis; 35 minutes and 1.17 hour-1 for Bacillus licheniformis; 18 minutes and 2.27 hour-1 for Bacillus cereus, 19 minutes and 2.18 hour-1 for Bacillus megaterium, and 53 minutes and 0.79 hour-1 for mixed culture. Commercial seed bacteria used during the treatment process and then present in the produced sludge indicates that the bacteria are able to use waste as a source of carbon, and indeed a role in waste treatment process.  Key words: paint waste sludge, identification, generation time, growth rate constan
    corecore