99 research outputs found

    THE EFFECTS OF CONTROLLED SKIDDING TECHNIQUE ON RESIDUAL STAND DAMAGE AND GROUND EXPOSURE IN SWAMP FOREST LOGGING

    Get PDF
    The case study was carried out at a swamp forest company in Riau in 2001. The aim of the study was to determine the effect of controlled skidding technique to residual stand damage and ground exposure. Data collected includes: felled trees, poles, trees with the diameter 20 cm up, damaged poles, damaged trees and ground exposure. The data was analyzed with t-test. The study showed the following results: The average of residual stand damage caused by controlled skidding technique was 29.05% for poles and 19.8% for trees. The average of residual stand damage caused by conventional skidding technique was 34.2% for poles and 24.9% for trees. The difference of 5.1% (poles) and 5.1 % (trees) were significant at 95%. The average of ground exposure caused by controlled skidding technique and conventionalskidding technique was respectively 16.06% and 18.4%. The difference of 2.34% was significant at 95%

    Kajian Luas Petak Tebang Optimal Di Hutan Tanaman Rawa Gambut: Kasus Di Satu Perusahaan Hutan Di Riau

    Full text link
    Kegiatan pemanenan kayu yang efektif dan produktif umumnya dilakukan pada petak tebang. Hal iniberarti bahwa pembuatan petak tebang di hutan tanaman rawa gambut secara ideal ditentukan olehluasan optimal. Untuk itu perlu dilakukan kajian luas petak tebang optimal di hutan tanaman rawagambut. Penelitian dilaksanakan di PT Arara Abadi, Riau pada bulan Juni 2011. Tujuan penelitian untukmengetahui luas petak tebang optimal di hutan tanaman rawa gambut. Data lapangan dari beberapaalternatif luas petak tebang berupa produktivitas dan biaya penyaradan dan pemeliharaan/pembuatankanal diolah ke dalam bentuk tabulasi. Hasil penelitian menunjukkan: Berdasarkan aspek teknis danfinansial petak tebang ukuran 150mx 350mmerupakan petak tebang optimal

    ANALYSIS OF USING EFFICIENT LOGGING TOOLS AT PT. PURWA PERMAI IN CENTRAL KALIMANTAN

    Get PDF
    A high log demand that often exceeds its supply capability should be overcome by using appropriate logging tools. Numerous kinds and types of logging tools require a well planning in their utilization. Number of tools which are greater or fewer than what is actually needed can be disadvantageous for a company. In relevant to these aspects, a study was carried out at a timber estate in Central Kalimantan in 2007. The aim of the study was to find out an efficient number of tools used for logging in a timber estate. The analysis was based on the target and realization of the company’s log production. The result revealed that: (1) Optimum number of logging tools depended on production target, i.e. 41 units of chainsaws for felling, 42 units of farm tractors for skidding, 9 units of loaders for loading and unloading, and 36 units of trucks for transportation; (2) Number of logging tools as obtained from all activities in the field was fewer than that from the analysis based on production target and realization. This condition indicated that number of logging tools used in the company was not yet efficient

    Pengaruh Waktu Kupas dan Volume Kayu Terhadap Produktivitas dan Biaya Pengupasan Kulit Kayu Hutan Alam

    Get PDF
    Debarking is the activities in the loading point after bucking. The purpose of debarking is to clean wood from bark and reduce the wood moisture content to be easier for further handling. The research method was carried out by selecting the location of 2 loading points where debarking was done, measuring the debarking time and the log volume, and then analyzing the effect of debarking time and log volume on the productivity of debarking with multiple regression analysis. The results showed that: 1)  The average debarking produkctivity in loading point 1 was 21.12 m3/hr an average debarking time of 25.49 minutes and log volume of 9.16 m3; 2) The average productivity of debarking in the second loading point was 20.77 m3/hr with an average debarking time of 19.45 minutes and a log volume of 6.81 m3; 3)The average of debarking cost at loading point #1 is lower than at loading point#2; 4) The resulting regression equation model is Y = 20,931.001 – 49,516.314 X1 + 2.324 X2; and 5)The log volume is significant to debarking productivity, while the debarking time is negativ

    Skill of Skidding Equipment Operator in Relation to Productivity, Skidding Cost and Subsidence in Peat Swamp Forest Plantation

    Get PDF
    Skidding in peat swamp plantation forest requires high skill and alertness, particularly in relation to peat damage, which includes subsidence as such a damage. The objective of this research is to analyze the effect of skidding operator’s skill on productivity, skidding cost and subsidence in peat swamp plantation forest. The method of this research comprised the skidding operation conducted by two different skidding operators with different working experience, followed by measuring the average productivity and skidding cost, measuring the elevation of water table at various points in the peat soil, in the location of logging compartment for 3 years, namely from 2018–2020 (measured every month), and measuring the effect of working skill of the two skidding operators on productivity and cost of skidding and the occurring subsidence rate. Research results show that the average skidding productivity of operator A was higher than that of operator B due to longer working experience of operator A, which was more than 5 years. This high average productivity caused low production cost, namely IDR 28,022 m-3 or EUR 1.653 m-3. Wood volume, skidding distance and operators’ skidding skill affect the average skidding cycle time and cycle time affects the average skidding productivity. Subsidence in 2018 was higher than that in 2019 and 2020, namely 2.8 cm year-1. Wood skidding performed by skidding operators with higher skill can increase skidding productivity and suppress skidding cost

    Tingkat Pemahaman Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Kegiatan Pemanenan Kayu Jati Di KPH Cianjur

    Full text link
    Pemanenan kayu merupakan pekerjaan yang beresiko kecelakaan kerja tinggi. Kondisi areal hutan yang sulit, ketidakseimbangan antara alat yang digunakan dengan kondisi lapangan dan keterampilan pekerja dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Penelitian dilaksanakan di KPH Cianjur, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat pada bulan Oktober 2010. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui tingkat pemahaman pekerja pemanenan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di KPH Cianjur. Penelitian dilakukan melalui wawancara kepada sejumlah pekerja di lapangan. Hasil wawancara kemudian dianalisis menggunakan skala Likert. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata pemahaman pekerja terhadap K3 di KPH Cianjur memiliki skor “baik”; Pemahaman pekerja terhadap K3 belum mendapat dukungan penyediaan kelengkapan pakaian kerja, jalan angkutan dan kondisi kendaraan angkut dari pihak Perusahaan; dan Pemahaman terhadap K3 selayaknya tidak hanya ditujukan kepada pekerja tetapi juga kepada pihak Perusahaan

    Efisiensi Pemanfaatan Kayu Mangium pada Berbagai Teknik Penebangan, Sikap Tubuh dan Kelerengan Lapangan: Studi Kasus di Satu Perusahaan Hutan di Kalimantan Selatan

    Full text link
    Teknik penebangan yang tepat guna dengan memperhatikan sikap tubuh penebang serta kondisi kelerengan diduga berpotensi dapat menghasilkan produktivitas dan efisiensi pemanfaatan kayu yang tinggi serta biaya produksi yang rendah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2007 di satu Perusahaan hutan di Propinsi Kalimantan Selatan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dari kelerengan (≤ 15% dan > 15%), sikap tubuh (jongkok, membungkuk dan berdiri), dan teknik penebangan (konvensional dan serendah mungkin) terhadap peningkatan pemanfaatan kayu mangium. Untuk menetapkan teknik penebangan yang disarankan kedua teknik penebangan dibandingkan dengan menggunakan analisis rancangan acak lengkap faktorial petak terbagi (split plot) 2x2x3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Dengan menerapkan teknik penebangan serendah mungkin pada kelerengan ≤ 15% dan > 15% dengan sikap tubuh jongkok dan membungkuk dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu sebesar 14,5% yang setara dengan Rp 5.140.642.080/tahun/ Perusahaan dengan realisasi tebangan per tahun sebesar 633.084 m3 dan menurunkan tinggi tunggak sebesar 2,6 cm di mana tinggi tunggak terendah yang dapat dicapai adalah 10,1 cm; dan (2) Dilihat dari aspek produktivitas dan biaya produksi, penerapan teknik penebangan konvensional dengan sikap tubuh membungkuk pada kelerengan ≤ 15% adalah lebih baik daripada teknik serendah mungkin. Namun demikian dengan memperhatikan butir 1, terbuka peluang bagi Perusahaan untuk menerapkan teknik penebangan serendah mungkin

    Penggunaan Peralatan Pemanenan Kayu Yang Efisien Pada Perusahaan Hutan Tanaman Di Kalimantan Selatan

    Get PDF
    Permintaan kayu yang semakin meningkat, tenaga kerja yang kurang serta kemajuan teknologi yang pesat, merupakan faktor yang mempercepat penggunaan peralatan mekanis dalam pemanenan kayu. Dengan banyaknya jenis dan tipe peralatan pemanenan kayu, perlu adanya perencanaan yang matang dalam penggunaannya. Penelitian dilaksanakan di satu Perusahaan hutan tanaman industri (HTI) di Kalimantan Selatan pada tahun 2007. Tulisan ini mengetengahkan penggunaan peralatan pemanenan kayu yang efisien yang dianalisis berdasarkan batasan tebang tahunan maksimum yang diibolehkan (AAC), rencana produksi, dan realisasi produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Penggunaan peralatan pemanenan kayu yang efisien sebaiknya berdasarkan rencana produksi yang baik, yaitu untuk penebangan sebanyak 10 unit chainsaw, penyaradan 20 unitforwarder, muat bongkar 19 unit excavator, dan pengangkutan 61 unit truk; dan (2) Jumlah peralatan yang digunakan di lapangan untuk penebangan berlebih, sedangkan untuk penyaradan, muat bongkar, dan pengangkutan kurang. Kondisi ini mengindikasikan bahwa penggunaan peralatan pemanenan kayu di Perusahaan tak teroganisir dengan baik terutama dalam hal jumlah untuk tipe operasi tertentu, sehingga tidak efisien

    Efisiensi Penggunaan Chainsaw pada Kegiatan Penebangan: Studi Kasus di PT Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur

    Full text link
    Dewasa ini, untuk kegiatan penebangan di hutan tanaman industri (HTI) telah menggunakan chainsaw, tetapi belum diketahui secara pasti jumlah chainsaw yang sebaiknya digunakan agar hasilnya efisien. Oleh karena itu informasi mengenai penggunaan chainsaw ditinjau dari jumlah kebutuhannya perlu disampaikan. Dalam tulisan ini disajikan hasil penelitian penggunaan chainsaw untuk menebang tanaman mangium dan gmelina dan hasil tersebut selanjutnya digunakan untuk mengetahui jumlah kebutuhan penggunaan chainsaw yang tepat dan efisien dalam penebangan pohon mangium dan gmelina.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penentuan jumlah kebutuhan chainsaw yang efisien adalah berdasarkan rencana produksi Perusahaan, yaitu 21 unit untuk penebangan mangium dan 5 unit untuk penebangan gmelina. Penggunaan chainsaw sesuai jumlah yang ada di lapangan akan mempersingkat waktu pekerjaan. Cepatnya waktu ini mengakibatkan alat tersebut tidak beroperasi lagi pada bulan berikutnya sehingga mengakibatkan tingginya biaya untuk menutupi semua biaya tetap
    • …
    corecore