47 research outputs found

    The Role Of Nitric Oxide On The Proliferation Of Human Osteoblasts (Hos Cells) Stimulated With Hydroxyapatite

    Get PDF
    Hydroxyapatite (HA) as a ceramic material is widely used for orthopaedic and dental implants, since this biomaterial has ability to stimulate osteoblast functions in vitro and in vivo. However, the exact mechanism by which HA accelerates osteoblast function, thereby stimulating rapid bone formation, remains far from clear. It is well known that bone formation is tightly regulated by nitric oxide (NO) via its effects on osteoblast and osteoclast function. Therefore, the overall aim of the present studies was to elucidate the possible regulation ofNO in HA-stimulated HOS cell proliferation. The present study used a human osteoblast cell line (HOS cells), since this cell line is known to mimic the functions of normal human osteoblasts, thereby representing the biological response of normal osteoblasts in humans. Hidroksiapatit (HA), yang merupakan bahan seramik, digunakan dengan meluas didalam bidang ortopedik dan implantologi pergigian kerana keupayaannya untuk meyebabkan stimulasi fungsi 'in vitro' dan 'in vivo' sel osteoblas. Walaubagaimanapun, mekanisma dimana HA menggalakkan fungsi sel osteoblas, iaitu pembentukkan tulang masih tidak jelas. Nitrik oksida (NO) meregulasi pembentukkan tulang melalui kesannya terhadap fungsi sel osteoblas dan osteoklas. Maka, tujuan keseluruhan kajian terkini adalah untuk mengetahui kemungkina:n regulasi NO tethadap proliferasi sel HOS yang telah distimulasi oleh HA. Kajian ini telah meggunakan sel induk osteoblas manusia (sel HOS) kerana sel-sel ini dapat mewakili respons biologikal sel osteoblas normal manusia

    Penggunaan cu-sil denture sebagai gigi tiruan transisi pada kasus periodontitis kronis

    Get PDF
    Cu-Sil denture merupakan gigi tiruan yang memanfaatkan gasket elastis yang mengelilingi gigi penyangga sebagai retensi gigi tiruan. Gigi tiruan Cu-Sil digunakan pada penderita penyakit periodontal dengan kehilangan gigi, kegoyahan sisa gigi, dan kurangnya dukungan pada gigi untuk ditempatkan cengkram konvensional. Bahan elastis Cu-Sil mengelilingi servikal gigi penyangga, mencegah masuknya cairan dan makanan, sebagai bantalan dan memeganggigi asli dari plat gigi tiruan. Laporan kasus ini mengkaji penggunaan Cu-Sil denture sebagai gigi tiruan transisi pada kasus periodontitis untuk mempertahankan gigi penyangga, mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, penelanan dan estetik. Pasien laki- laki berusia 67 tahun datang dengan keluhan kehilangan banyak gigi rahang atas dan bawah, dan gigi yang tersisa pada rahang atas mengalami kegoyahan yaitu gigi 13, 12, dan 25. Pasien mengeluh kesulitan saat mengunyah makanan dan merasa penampilannya terganggu. Pasien ingin mempertahankan gigi yang masih ada. Tata laksana pasien terdiri dari anamnesa, pemeriksaan klinis, pencetakan model studi, pencetakan model kerja dengan alginat, menentukan relasi maksila-mandibula, penyusunan gigi, try in gigi tiruan Cu-Sil. Insersi menunjukkan retensi dan stabilisasi dan estetik baik. Dilakukan penambahan soft liner pada gigi tiruan ditempat gigi penyangga berada. Pada saat kontrol, gigi tiruan dapat dipakai mengunyah makanan, bicara pasien menjadi jelas, dan penampilan pasien sudah lebih baik. Cu-Sil denture sebagai gigi tiruan transisi pada kasus periodontitis dapat mempertahankan gigi penyangga,menambah retensi dan stabilisasi, mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan, penelanan dan estetik

    The transversal strength comparison between polyethylene and glass fiber as an acrylic resin denture plate repair material

    Get PDF
    Acrylic resin is the most commonly used denture base material. However, it has a shortage of being easily broken. One way to resolve this problem is by adding polyethylene (PE) or glass fibers. The purpose of this research is to compare the transversal strength of PE and glass fibers from denture plate acrylic resin repair material. The experiment involved 32 plates of heat cure acrylic with the dimensions of 65 mm x 10 mm x 2.5 mm. The speciments were prepared to create a 3 mm gap and 45° bevel. Subjects were divided into 2 groups, each group containing 16 plates. Group I was reinforced with PE fiber and Group II was reinforced with glass fiber. All plates were soaked in distillation water for one day at 37 °C. Plates were tested for transverse strength with universal testing machine and all data were analyzed with independent t-tes at 95% confidence level. Macro photo analysis was used to observed the bond failure on fiber and resin. The mean of transverse strength (MPa) denture plate acrylic resin repair material reinforced with PE fiber was (67.38 ± 4.31) MPa, while glass fiber was (93.61 ± 6.14) MPa. Independent t-tes showed that type of fiber had a significant effect (p<0.05). Thus, it is possible to conclude that addition of glass fibers in denture plate acrylic resin repair material increased the transverse strength and made it stronger than those added with PE fibers

    The effect of fiber type and position on the transverse strength of an fiber reinforced composite (FRC) bridge

    Get PDF
    Fixed bridge made of porcelain fused to metal (PFM) is one of the widely used dentures. However, this type of denture is easily broken and cracked. As an alternative, a fixed bridge made of fiber-reinforced composite (FRC) is produced with more benefits since it is more efficient in terms of time and cost. The purpose of this research is to find out the effect of type and fiber position on the transverse strength of an FRC bridge. The experimentinvolved 35 rod of FRC with the dimensions of 25x2x2 mm3. Subjects were divided into seven groups, each of which containing five subjects. Group I, II, III was reinforced with glass fiber on compression side, neutral side, and tension side. Group IV, V, VI were reinforced with polyethylene (PE) fiber on compression side, neutral side, and tension side. Group VII was not reinforced with any fiber. Rods were tested for transverse strength with universaltesting machine and all data were analyzed with two way ANOVA at 95% confidence level. The results showed that type and position of fiber had a significant effect (p0.05). Least significance different post hoc test showed significant difference (p<0.05) for all groups, except between compression and no fiber. The conclusion of this research was that addition of glass fibers on tension side in bridge FRC increased the transverse strength to be higher than that with PE fibers. Fiber placement on tension side might improve the transverse strength than that of the other side

    PEMBUATAN CANTILEVER BRIDGE ANTERIOR RAHANG ATASSEBAGAI KOREKSI ESTETIK

    Get PDF
    Latar belakang. kehilangan gigi anterior rahang atas mengakibatkan gangguan fungsi fonetik dan estetik. Gangguan fungsi estetik menyebabkan pasien menjadi rendah diri. Kondisi ini dapat diatasi oleh dokter gigi, salah satunya dengan pembuatan cantilever bridge. Tujuan. penulisan ini yaitu untuk memberi informasi bahwa pad a kasus kehilangan gigi-gigi anterior rahang atas dengan space yang telah menyempit dan malposisi gigi dapat dibuatkan protesa berupa gigi tiruan cekat dengan desain cantilever bridge. Kasus dan perawatan. laporan kasus ini membahas tentang pasien perempuan umur 39 tahun yang datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Prof.Soedomo, dengan keluhan merasa kurang percaya diri karena gigi depan rahang atas hilang sejak 5 tahun yang lalu akibat kecelakaan. Gigi-gigi anterior rahang atas yang masih ada mengalami malposisi akibat pemakaian gigi tiruan sebagian lepasan yang tidak baik. Perawatan yang dilakukan adalah dengan pembuatan cantilever bridge pada gigi 11,12,13 dan 21,22,23. Kesimpulan. gangguan fungsi estetik pada gigi anterior rahang atas dapat diatasi dengan pembuatan cantilever bridge. Maj Ked GiDesember 201219(2): 167-17

    PENGARUH LAMA PENYINARAN SINAR ULTRAVIOLET TERHADAP PERU BAHAN WARNA PADA JENIS ELASTOMER SILIKON ROOM TEMPERA TURE VULCANIZING DENGAN PIGMENTASIINTRINSIK SEBAGAI BAHAN PROTESA MAKSILOFASIAL EKSTRAORAL

    Get PDF
    Elastomer silikon room temperature vulcanizing sebagai bahan protesa maksilofasial ekstraoral akan menunjukkan perubahan warna setelah beberapa tahun. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh lama penyinaran sinar ultraviolet terhadap perubahan warna pada jenis elastomer silikon RTV dengan pigmentasi intrinsik. Penelitian ini menggunakan 30 balok silikon RTV dimensi 20x15x3mm. Sampel dibagi menjadi 10 sampel per kelompok, yaitu: kelompok silikon RTV-683kelompok silikon RTV-585dan kelompok silikon Elastosil M4503. Warna awal sampel diukur dengan chromameter(Konica Minolta, Jepang), kemudian disinari dengan energi radiasi 1,35 W/m2 sinar ultraviolet buatan dalam 5 waktu pengukuran yaitu: 8, 24, 48, 72, dan 96 jam. Warna akhir sampel diukur tiap selesai penyinaran setelah 8, 24, 48, 72, dan 96 jam. Nilai L*a*b* diperoleh sebelum dan sesudah penyinaran untuk mengetahui perubahan warna, dengan rumus: flE*ab(L *a*b*)= [(flL*)2+(fl a*ab)2+(fl b*ab)2f\u27~. Data dianalisis dengan ANAVA dua jalur dan dilanjutkan uji least significant difference (LSD). Hasil penelitian adalah: 1) terdapat perbedaan signifikan pad a perubahan warna sampel silikon antara lama penyinaran sinar ultraviolet (

    PROTESA MAXILLOFACIALTHERMOPLASTIC NYLON DENGAN HOLLOW BULB PADAKASUS KLAS I ARAMANY PASCAHEMIMAXILLECTOMY

    Get PDF
    Latar Belakang. Operasi pembedahan yang dilakukan pad a daerah wajah akan mengakibatkan cacat wajah, gangguan fungsi bicara, penelanan, pengunyahan, estetik serta kejiwaan penderita dan dapat timbul masalah pada rehabilitasinya. Bahan protesa maxillofacial thermoplastic nylonini digunakan sebagai alat rehabilitasi pasca hemimaxillectomy karena bahan ini selain non toxic juga ringan dan lentur. Tujuan. Penulisan laporan ini untuk menginformasikan bahwa defek atau cacat pada daerah wajah dapat dibuatkan suatu protesa maxillofacial gigi tiruan sebagian dan juga sebagai obturator dengan hollow bulb untuk mengembalikan fungsi bicara, penelanan, pengunyahan, estetik serta kejiwaan penderita. Laporan Kasus. Pasien laki-Iaki berusia 19 tahun datang ke RSGM Prof. Soedomo atas kemauan sendiri karena merasa terganggu dengan adanya cacat wajah akibat operasi pembedahan palatumnya. Operasi hemimaxillectomy dilakukan oleh dokter THT R.S Bethesda dan obturator pasca bedah sudah dipasang setelah operasi. Dua minggu kemudian dibuatkan protesa maksilofasial resin akrilik dengan hollow bulp. Setelah 6 bulan menggunakan obturator resin akrilik pasien merasa sakit dan tidak nyaman karena ada kekambuhan jaringan sehingga dilakukan operasi lagi. Kemudian dibuatkan obturator definitif kerangka logam dengan hollow bulb tetapi hanya bertahan selama 3 bulan pasien merasa kesakitan, dalam pemeriksaan obyektif tampak defek mengalami pengkerutan ada infiltrasi jaringan. Operasi yang ketiga dilakukan kembali kemudian dibuatkan obturator definitif dari bahan thermoplastic nylon dengan hollow bulp. Pembahasan. Bahan Thermoplastic nylon untuk protesa maxillofacial dengan hollowbulp dipilih karena merupakan bahan yang non toxic, ringan dan stabil. Saat insersi diperiksa retensi, stabilisasi, oklusi, estetik dan pengucapan. Kontrol dilakukan 1 minggu dan 1 bulan kemudian tidak tampak iritasi jaringan lunak, pengunyahan lebih stabil karena alat lebih ringan dan tidak goyang, sehingga lebih nyaman. Kesimpulan. Protesa maxillofacial thermoplastic nylon dengan hallow bulb merupakan alat rehabilitasi yang dapat mengembalikan estetik, fungsi bicara, mengunyah dan membantu proses penyembuhan jaringan dari trauma psikologis penderita. Maj Ked Gi: Juni 201118(1): 108-11

    PERBEDAAN KEKUATAN FLEKSURAL FIBER REINFORCED COMPOSITE DENGAN STRUKTUR LENO WEAVE DAN LONG LONGITUDINAL POLYETHYLENE PADA GIG I TIRUAN CEKAT ADHESIF

    Get PDF
    Fiber reinforced composite (FRC) adalah bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan gigi tiruan cekat adhesif, bahan ini merupakan bahan dasar resin yang diperkuat oleh substruktur fiber yang bertujuan untuk meningkatkan sifat mekaniknya. Fiber reinforced dari FRC terdiri dari bermacam-macam struktur serat, perbedaan struktur serat dapat mempengaruhi kekuatan mekanis. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kekuatan fleksural antara fiber reinforced composite dengan sruktur leno weave polyethylene dan fiber reinforced composite dengan struktur long longitudinal polyethylene. Penelitian menggunakan 20 subjek penelitian plat FRC dengan ukuran 2 x 2 x 25 cm yang dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok I, fiber leno weave polyethylene. Kelompok II, fiber long longitudinal polyethylene. Keduanya dilapisi resin komposit flowable pada bagian dasar dan atas fiber dengan tinggi masing-masing 0,5 mm kemudian disinar 40 detik. Bagian atas resin komposit flowable kemudian diberi resin komposit konvensional sampai setinggi mold dan disinar 40 detik. Kemudian subjek penelitian dilakukan uji kekuatan fleksural dengan universal testing machine. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kp-kuatan fleksural FRC dengan sruktur leno weave polyethylene dan FRC dengan struktur long longitudinal polyethylene (

    Penggunaan gigi tiruan untuk rehabilitasi perubahan otot wajah akibat kehilangan gigi

    Get PDF
    Perubahan dimensi jaringan lunak dan tulang paska pencabutan gigi dapat menyebabkan perubahan estetika wajah. Hal ini disebabkan karena gigi berfungsi untuk mendukung otot wajah, tanpa dukungan gigi wajah terlihat berkerutdan lebih tua. Perubahan yang terlihat pada wajah meliputi lipatan nasolabial menjadi lebih dalam, sudut mulut turun, bibir menipis, bibir atas terlihat panjang dan hidung terlihat lebih besar akibat hilangnya dukungan bibir atas. Usaha yang dilakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut adalah pembuatan gigi tiruan yang dapat mendukung kembali otot wajah. Tujuan artikel ini yaitu untuk menginformasikan akibat kehilangan gigi pada perubahan otot wajah dan usaha memperbaikinya menggunakan gigi tiruan. Seorang wanita usia 67 tahun datang ke RSGM Prof Soedomo dengan keluhan merasa rendah diri karena wajah terlihat lebih tua akibat hilangnya seluruh gigi pada rahang atas dan bawah. Tatalaksana kasus 1). Anamnesa, 2). Pemeriksaan klinis dan radiografis, 3). Pencetakan rahang, 4). Pembuatan gigi tiruan lengkap (GTL) kerangka logam untuk rahang atas dan rahang bawah, 5). Insersi GTL. Pembuatan GTL pada rahang atas dan rahang bawah yang sesuai dengan kaidah pembuatan gigi tiruandapat memperbaiki estetika akibat hilangnya dukungan otot wajah. Kesimpulan dari penggunaan GTL konvensional yang dibuat sesuai dengan prinsip prostodontik yang ditetapkan dapat mengembalikan estetika otot wajah akibat kehilangan gigi
    corecore