13 research outputs found
Infestasi Pinjal Dan Infeksi Dipylidium Caninum Linnaeus Pada Kucing Liar Di Lingkungan Kampus Institut Pertanian Bogor, Kecamatan Dramaga
This study was conducted to investigate flea infestation and Dipylidium caninum (Linnaeus 1758) infection on stray cat on Bogor Agricultural University Dramaga. Thirty stray cats were collected from various places around on Bogor Agricultural University Dramaga. The stray cats that showed clinical signs of pruritus and alopecia were collected purposively. The whole body was powdered by gamexan powder, after that the fleas were collected by manual and examined microscopically. The totals of 30 fecal stray cat samples collected and examined toward D. caninum used Mcmaster methode, flotation methode, and saw the existence of proglottid. The result of identification showed that there was found one species of flea, namely Ctenocephalides felis (Bouche 1835), while on faeces was not found D. caninum. Twenty one stray cats were infected by the flea with density average of fleas per cat was 3.8 ± 1.9 individual
Pemanfaatan Ovitrap dalam Pengukuran Populasi Aedes SP. dan Penentuan Kondisi Rumah
Kejadian demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pengamatan selama kurun waktu 20 sampai 25 tahun sejak awal ditemukan kasus DBD menyatakan bahwa angka kejadian luar biasa DBD mengalami peningkatan setiap lima tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mempelajari keanekaragaman nyamuk Aedes di kota Sukabumi, 2) mengukur populasi Aedes sp. berdasarkan jumlah telur dan indeks ovitrap, dan 3) mengetahui hubungan indeks ovitrap dengan kondisi rumah. Telur Aedes sp. dikumpulkan dari 14 kelurahan di Kota Sukabumi yang memiliki angka insiden tertinggi, mulai dari bulan Mei 2015 hingga Agustus 2015. Pengumpulan telur dilakukan dengan cara memasang perangkap telur (ovitrap) sebanyak 230 buah di 115 rumah (di dalam dan di luar rumah). Hasil pengumpulan ovitrap menunjukan jumlah telur yang diperoleh dari ovitrap di dalam rumah 3 kali lebih banyak dibandingkan dengan telur dari ovitrap di luar rumah (1307 banding 429). Nyamuk Ae. aegypti ditemukan pada ovitrap di dalam rumah dan Ae. albopictus pada ovitrap di luar rumah. Indeks ovitrap di dalam rumah mencapai 60%, atau 1,6 kali lebih banyak dibandingkan dengan indeks ovitrap di luar rumah (37%). Rumah dengan ventilasi dan sanitasi buruk berisiko 3,09 kali meningkatkan angka indeks ovitrap. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dasar bagi masyarakat untuk meningkatkan kebersihan lingkungan melalui pengurangan tempat perindukan nyamuk sehingga menurunkan kejadian DBD
Faktor Entomologi terhadap Keberadaan Jentik Aedes SP. pada Kasus Dbd Tertinggi dan Terendah di Kota Bogor
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat. Kasus DBD di Kota Bogor tahun 2015 yang tertinggi berada di Kelurahan Baranangsiang 62 kasus dan terendah di Kelurahan Bojongkerta 0 kasus. Jenis penelitian ini observasi deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study. Sampel 100 rumah di Baranangsiang dan 100 rumah di Bojongkerta. Tujuan penelitianuntuk menentukan kepadatan populasi jentik, mengidentifikasi spesies jentik Aedes sp. dan karakteristik habitat terhadap keberadaan jentik pada kasus DBD tertinggi dan terendah di Kota Bogor. Berdasarkan perhitungan House index, Breteau index, Container index dan Density figure di Baranangsiang (CI:17,4%; HI:33%; BI:42%, DF:5) dan di Bojongkerta (CI:23,2%; HI:42%; BI:54%; DF:6). Hasil analisis denganbinary logistic regression hanya faktor tidak dikuras (sig=0,000;OR=116,44) yang berpengaruh dan berisiko 116,44 kali terhadap keberadaan jentik di Baranangsiang, sedangkan di Bojongkerta faktor jenis (sig=0,000;OR=12,32), letak (sig=0,001;OR=0,25) serta bahan kontainer (0,000;OR=0,24) yang paling berpengaruh (jenis TPA berisiko 12,32 kali, letak di dalam rumah berisiko 0,21 kali, bahan semen/karet/tanah berisiko 0,24 kali) terhadap keberadaan jentik. Kesimpulan penelitian di Baranangsiang mempunyai risiko penularan DBD pada tingkat sedang dan di Bojongkerta mempunyai risiko penularan DBD pada tingkat tinggi berdasarkan kepadatan vektornya
Studi Efikasi dan Perilaku Masyarakat dalam Penggunaan Kelambu Berinsektisida di Desa Sungai Nyamuk, Pulau Sebatik, Kalimantan Utara
In an attempt to eliminate malaria, government tries to control the vector of the disease through the distribution of Long Lasting Insecticide nets. In the process of use, users of this type of mosquito net need to do maintenance to ensure its effectiveness. This study aim to analyze the effectiveness of insecticide treated mosquito net against Anopheles sp. and knowing the knowledge, attitude, behavior of the community on the use and maintenance of the LLiNs. The research was conducted in Sungai Nyamuk Village, Sebatik Sub-district, Nunukan District, North Kalimantan with cross-sectional design. Data on the effectiveness of mosquito nets were obtained by performing Bioassay Cone Test (efficacy test) on insecticide and non-insecticide treated nets in households that have been using mosquito nets for more than 6 months. The community's Knowledge, Attitude, and Practise data were obtained by interviewing selected respondents using questionnaires. Processing and data analysing was done univariat and bivariat. The results showed that the most effective mosquito insecticide was the mosquito net that had been used for 6 months. The bed nets that had been used for 12-24 months had started to be less effective. All respondents (100%) agreed with the distribution of insecticide nets, but only 87% said they were willing to use it. All respondents (100%) did the installation of mosquito nets correctly, and had never washed the mosquito net. Can be concluded that insecticidal nets that have been used for more than 12 months have begun to be ineffective in controlling the vector of Anopheles sp. mosquito. Almost all respondents did not treat/wash the insecticide treated mosquito nets. In order to eliminate malaria in Sungai Nyamuk village there need to be an increase of active community participation (netting treatment) in the effort of vector control (Anopheles sp.)
Karakteristik Habitat Larva Anopheles Spp. Di Desa Sungai Nyamuk, Daerah Endemik Malaria Di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara
A research about Habitat Characteristics of Anopheles spp. larvae was done in Sungai Nyamuk Village, Nunukan District, North Kalimantan Province from August 2010 to January 2012. This research aims to analyse the characteristics of breeding places of Anopheles spp. The larvae taken from various types of habitat with detention and maintained until it was developed into mosquitoes, then later identified. The results showed that there are four types of potential breeding places of Anopheles spp. ie lagoon, ditches, fish ponds and marshes. Anopheles types that are found consist of five species, namely An. vagus, An. subpictus, An. sundaicus, An. indefinitus dan An. peditaeniatus. Types of potential breeding places are dominated by the unused fish pond, with the substrate in the form of mud and water is not flowing, located around settlements surrounded by grasses, shrubs and trees. Breeding places contains of aquatic plants such as grasses and moss. Predators are found in the form of a dragonfly nymph, crustaceans, tadpoles and small fish. Early malaria vector control at the level of the larvae is a critical point of the success of malaria elimination programs in endemic areas
Daya Saing Kawin Nyamuk Jantan Steril (Culex Quinquefasciatus) Skala Laboratorium: Studi Awal Penggunaan Teknik Serangga Mandul Dalam Pengendalian Vektor Filariasis Limfatik Di Kota Pekalongan
Culex quinquefasciatus is the main vector of limfatic filariasis in Pekalongan City. Sterile Insect Tehnique could be an alternative vector control efforts to eliminate filariasis. The success of this technique is depend on the ability of laboratory-reared sterile males with the wild-type females. Indicator of SIT Aplication is determined by the value of the mating competitiveness and sterility to Culex quinquefasciatus (Diptera:Culicidae). The design of the research is an experimental. Gamma irradiation on the pupae (age . 15 hours) with the doses of 0 Gy, 60 Gy, 65 Gy,70 Gy, 75 Gy and 80 Gy in BATAN Jakarta. Male mosquitoes which emerged from the pupa then matting with a normal female. This research observed the mean of females laying eggs ,fecundity, fertility and mating competitiveness. This experimental research was conducted in the laboratory and the data were analyzed by ANOVA.The result showed that irradiation at the trial doses had an effect on fertility of Culex quinquefasciatus, but not had significant effect on fecundity and mating competitiveness . A dose of 70 Gy is the optimum dose with a fertility rate of 1.8% (sterility 98.2%) and C indexs 0,568 can be recommended for futher semi field assays. The number of sterile males were six times compared with the wild population to increase the chances of mating with wild-type females. Culex quinquefasciatus merupakan vektor utama filiriasis limfatik di Kota Pekalongan. Teknik Serangga Mandul dapat menjadi alternatif upaya pengendalian vektor filariasis. Keberhasilan teknik ini tergantung kemampuan jantan mandul untuk kawin dengan betina alam di laboratorium. Indikator aplikasi Teknik Serangga Mandul (TSM) ditentukan dengan nilai daya saing kawin dan sterilitas. Desain penelitian yang digunakan adalah eksperimental. Nyamuk Culex quinquefasciatus berasal dari galur lokal kota Pekalongan. Iradiasi gamma pada pupa (umur >15 jam) dengan dosis uji 0,60,65,70,75 dan 80 Gy di BATAN Jakarta. Nyamuk jantan yang muncul dari pupa kemudian di kawinkan dengan betina normal. Hasil perkawinan diamati jumlah nyamuk betina yang mampu bertelur, fertilitas, fekunditas dan daya saing kawin. Data dianalisis dengan uji ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan iradiasi berpengaruh terhadap fertilitas akan tetapi tidak dengan fekunditas dan daya saing kawin. Dosis 70 Gy merupakan dosis optimum dengan tingkat fertilitas 1,8% (sterilitas 98,2%) dan C indeks 0,586 dapat direkomendasikan untuk uji lanjut semi lapang. Banyaknya jantan steril yang dilepas enam kali dari populasi alam untuk memperbesar peluang kawin dengan betina normal
Keanekaragaman jenis dan karakteristik habitat nyamuk Anopheles spp. di Desa Datar Luas, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh
Malaria merupakan penyakit tular vektor yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Upaya pengendalian telah dilakukan program pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor, tetapi belum bisa maksimal. Penyebab belum maksimalnya upaya pengendalian tersebut antara lain karena kurangnya pemahaman mengenai spesies vektor penyakit ini. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keanekaragaman nyamuk, kepadatan dan perilaku nyamuk Anopheles, dan menganalisis peta karakteristik habitat perkembangbiakan larva Anopheles di Desa Datar Luas, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten Aceh Jaya. Penangkapan nyamuk dilakukan dengan menggunakan metode human landing collection di dalam dan di luar rumah dari pukul 18:00–06:00 WIB. Selain itu, dilakukan pula pengumpulan larva dan penandaan titik koordinat pada habitat perkembangbiakan potensial. Hasil penelitian menemukan 11 spesies Anopheles yang didominasi oleh spesies An. kochi 45,9%. An. kochi merupakan spesies dominan dengan aktivitas mengisap darah tertinggi dan ditemukan pada pukul 00:00–01:00 WIB. Berdasarkan jenis habitat larva Anopheles, spesies tertentu memiliki kecenderungan terhadap tipe habitat tertentu, sebagai contoh An. letifer banyak ditemukan di kolam, An. barumbrosus dan An. kochi ditemukan di genangan air hujan