34 research outputs found

    Pengaruh Biokultur Dan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Kentang Varietas Granola

    Full text link
    . Nurtika, N., E. Sofiari, and G.A. Sopha. 2008. Effect of Bioculture and Anorganic Fertilizer on Growth and Yield of Potato Granola Variety. Experiment was carried out at Margahayu Experimental Garden, Indonesian Vegetable Research Institute (IVEGRI), Lembang on Andisol soil type, 1,250 m asl from March until July 2006. The aim of this experiment was to observe the effect of combination of bioculture and anorganic fertilizer on the growth and yield of potato. The treatments consisted of 8 combinations of chemical fertilizer and bioculture. The chemical fertilizer dosage recommended by IVEGRI was 180 kg N/ha + 92 kg P2O5/ha + 150 kg K2O/ha. Dosages of bioculture i.e. normal 1,750 l/ha, upper 2,000 l/ha, and lower 1,500 l/ha. Dosages of anorganic fertilizers i.e. recommended dosage and half of recommended dosage of IVEGRI. The experiment was laid in a randomized block design with 8 treatments and 4 replications. The results indicated that the combination of bioculture 2,000 l/ha with 180 kg N/ha + 92 kg P2O5/ha + 150 kg K2O/ha (IVEGRI recommendation) gave the highest yield, i.e. 15.30 kg/10.5 m2 or equivalent to 14.57 t/ha and did not significantly different with the application of recommended fertilization by IVEGRI without bioculture with the yield of 13.06 kg/10.5 m2 or equal to 12.43 t/ha

    Aplikasi Jenis Bahan Baku Utama Dan Bahan Aditif Terhadap Kualitas Media Bibit Induk Jamur Shiitake

    Full text link
    . Sumiati, E. and G.A. Sopha. 2009. The Application of Main Raw Materials and Supplementson Mother Spawn Quality of Shiitake. The application of good quality of mother spawn media is an importantrequirement to get faster growth of shiitake mycelium. The experiment was conducted at the Ecophysiology Laboratory,Indonesian Vegetables Research Institute, in Lembang (1,250 m asl.) from August to December 2005. The goal ofthis experiment was to find out the best raw material in combination with the proper supplement of spawn media forshiitake. Criteria of the best quality of spawn media was expressed by the duration needed by shiitake mycelium tofully covered spawn media. A split plot design with 3 replications was set up. The main plot was 7 main raw materialsof mother spawn media, comprised of millet, sawdust of hardwood, rice straw, sugarcane bagasse, millet + sawdust ofhardwood (1:1), millet + rice straw (1:1), and millet + sugarcane bagasse (1:1). While the subplot was 7 supplements,comprised of rice bran, cassava flour, corn flour, red rice flour, wheat flour, wheat bran, and a day old chicken feedwith the dosage of 5% each. Shiitake applied was Lentinus edodes strain No. MES 02089-XR from Applied PlantResearch, The Netherlands. Research results revealed that the best main raw materials for mother spawn media wassugarcane bagasse in combination with all kinds of supplements applied in this research (7 kinds of supplements).It gaves the fastest growth of shiitake mycelium with the shortest duration of maximum mycelium growth (100%)varies from 15 to 17.5 days after inoculation of pure culture to mother spawn media

    Pengaruh Biokultur dan Pupuk Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola

    Get PDF
    ABSTRAK. Penggunaan pupuk buatan dapat meningkatkan hasil panen namun dampak negatifnya menurunkan tingkat kesuburan tanah. Untuk mengatasi hal ini diperlukan teknologi yang dapat menghemat penggunaan bahan agrokimia untuk mempertahankan kesuburan tanah, meningkatkan kualitas produk, dan meningkatkan pendapatan petani. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini yaitu dengan teknologi enzimatis, seperti dengan penggunaan biokultur. Penelitian dilaksanakan di K.P. Margahayu, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa), Lembang pada tanah Andisol, ketinggian tempat 1.250 m dpl, mulai bulan Maret sampai dengan Juli 2006. Tujuan penelitian untuk mendapatkan kombinasi takaran biokultur dan pupuk anorganik yang memberikan pertumbuhan tanaman paling baik dan hasil yang paling tinggi. Perlakuan terdiri dari 8 kombinasi biokultur dan pupuk buatan. Pupuk kimia 180 kg N/ha + 92 kg P2O5/ha + 150 kg K2O/ha adalah dosis rekomendasi Balitsa. Dosis biokultur terdiri dari normal, yaitu 1.750 l/ha, di atas normal 2.000 l/ha, dan di bawah normal 1.500 l/ha. Dosis pupuk anorganik yaitu dosis rekomendasi Balitsa dan setengah dosis Balitsa. Rancangan penelitian yang digunakan adalah acak kelompok dengan 4 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan biokultur dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kentang. Hasil umbi paling tinggi dicapai dengan perlakuan pupuk kimia 180 kg N/ha + 92 kg P2O5/ha + 150 kg K2O/ha (rekomendasi Balitsa) + biokultur 2.000 l/ha, yaitu 15,30 kg/10,5 m2 (14,57 t/ha) tetapi tidak berbeda nyata dengan rekomendasi Balitsa tanpa biokultur yaitu 13,06 kg/10,5 m2 (12,43 t/ha).ABSTRACT. Nurtika, N., E. Sofiari, and G.A. Sopha. 2008. Effect of Bioculture and Anorganic Fertilizer on Growth and Yield of Potato Granola Variety. Experiment was carried out at Margahayu Experimental Garden, Indonesian Vegetable Research Institute (IVEGRI), Lembang on Andisol soil type, 1,250 m asl from March until July 2006. The aim of this experiment was to observe the effect of combination of bioculture and anorganic fertilizer on the growth and yield of potato. The treatments consisted of 8 combinations of chemical fertilizer and bioculture. The chemical fertilizer dosage recommended by IVEGRI was 180 kg N/ha + 92 kg P2O5/ha + 150 kg K2O/ha. Dosages of bioculture i.e. normal 1,750 l/ha, upper 2,000 l/ha, and lower 1,500 l/ha. Dosages of anorganic fertilizers i.e. recommended dosage and half of recommended dosage of IVEGRI. The experiment was laid in a randomized block design with 8 treatments and 4 replications. The results indicated that the combination of bioculture 2,000 l/ha with 180 kg N/ha + 92 kg P2O5/ha + 150 kg K2O/ha (IVEGRI recommendation) gave the highest yield, i.e. 15.30 kg/10.5 m2 or equivalent to 14.57 t/ha and did not significantly different with the application of recommended fertilization by IVEGRI without bioculture with the yield of 13.06 kg/10.5 m2 or equal to 12.43 t/ha

    Pengaruh Komposisi Media Semai Lokal terhadap Pertumbuhan Bibit Bawang Merah Asal Biji (True Shallot Seed) di Brebe

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi media semai lokal terbaik bagi pertumbuhan bibit bawang merah asal biji (True Shallot Seed, TSS). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 10 perlakuan serta 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media semai terbaik dengan persentase pertumbuhan tertinggi adalah media campuran tanah Andisol+pupuk kandang kuda yang merupakan kontrol, namun media ini tidak tersedia di Brebes. Sedangkan, media lokal terbaik adalah media campuran tanah sawah Alluvial, pasir, dan pupuk kandang (1:1:1) dengan persentase pertumbuhan sebesar 46,5%

    Respons Tanaman Bawang Merah Asal Biji True Shallot Seeds Terhadap Kerapatan Tanaman Pada Musim Hujan

    Full text link
    Kerapatan tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi produksi umbi bawang merah asal true shallots seed (TSS) pada musim hujan (off-season). Tujuan penelitian ialah menentukan kerapatan tanaman yang sesuai untuk produksi umbi beberapa varietas bawang merah dari TSS. Penelitian dilakukan di lahan petani di dataran rendah Cirebon, dari bulan November 2010 sampai dengan Februari 2011. Rancangan percobaan yang digunakan ialah acak kelompok pola faktorial, dengan dua faktor dan empat ulangan. Faktor pertama ialah tanaman asal TSS beberapa varietas bawang merah, yaitu Allium ascalonicum cv. Maja, Bima, dan Tuk-Tuk sebagai pembanding. Faktor kedua ialah kerapatan tanaman, yaitu 100 dan 150 tanaman per m2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara varietas dan kerapatan tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah asal TSS. Varietas dan kerapatan tanaman tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah asal TSS, tetapi berpengaruh terhadap jumlah tanaman yang dapat dipanen umbinya. Varietas Tuk-Tuk sebagai pembanding dan kerapatan tanaman yang tinggi (150 tanaman per m2) menunjukkan jumlah tanaman yang dapat dipanen paling sedikit. Hasil umbi kering asal TSS paling tinggi diperoleh pada A. ascalonicum cv. varietas Maja dengan kerapatan 100 tanaman/m2, yaitu sebesar 5,15 t/ha. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengguna untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas umbi bawang merah pada musim hujan

    Efektivitas Pengelolaan Pupuk Organik, NPK, Dan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah

    Full text link
    Efektivitas pengelolaan pupuk organik, NPK, dan pupuk hayati pada budidaya bawang merah telah diteliti pada tanah Alluvial lahan bekas sawah, di Cirebon-Jawa Barat. Tujuannya untuk menetapkan dosis pupuk organik, pupuk NPK, dan pupuk hayati yang efektif untuk peningkatan hasil bawang merah, serta dapat menurunkan besaran emisi GRK (CO). Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai Agustus 2014 menggunakan rancangan petak terpisah dan diulang sebanyak tiga kali. Petak utama adalah dua varietas bawang merah (A), terdiri atas : a1= varietas Bima dan a2= varietas Mentes. Anak petak adalah pengelolaan pupuk (B), meliputi : b1= 1 dosis NPK rekomendasi, b2= 1 dosis NPK rekomendasi + 100 kg/ha NPK Mutiara, b3= 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik, b4= 1 dosis NPK rekomendasi + pupuk organik + pupuk hayati (Biotricho), b5= ½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik, dan b6= ½ dosis NPK rekomendasi + pupuk organik + pupuk hayati. Hasilnya menunjukkan tidak terjadi interaksi antara varietas dan pengelolaan pupuk tersebut terhadap pertumbuhan, serapan hara NPK, dan hasil umbi bawang merah pada tanah Alluvial.Varietas Bima menghasilkan pertumbuhan, serapan hara NPK, dan hasil umbi bawang merah yang lebih tinggi dan lebih baik dibandingkan varietas Mentes. Pengurangan dosis pupuk NPK sampai 50% rekomendasi dengan disertai pemberian pupuk organik/pupuk hayati tidak mengurangi pertumbuhan tanaman, serapan hara NPK, dan hasil umbi bawang merah pada tanah Alluvial. Kombinasi perlakuan varietas Bima dengan pemberian NPK dosis rekomendasi + pupuk organik (Petroganik) menghasilkan bobot umbi segar paling tinggi setara 29,20 t/ha, sedangkan hasil bobot umbi kering bawang merah paling tinggi (setara 14,62 t/ha) diperoleh pada varietas Bima dengan pemberian NPK ½ dosis rekomendasi + pupuk organik (Petroganik) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya dan mampu menurunkan besaran fluks CO2(> 25 %) selama perkembangan tanaman di lapangan. Implikasi dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan organik dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik (NPK) yang sejalan dengan prinsip pertanian berkelanjutan tanpa mengurangi produktivitas hasil bawang merah

    Teknik Penyemaian Benih True Shallot Seed Untuk Produksi Bibit Dan Umbi Mini Bawang Merah

    Full text link
    Budidaya bawang merah dengan menggunakan true shallot seed (TSS) dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (1) penanaman TSS langsung di lapangan, (2) penyemaian TSS terlebih dahulu untuk mendapatkan bibit, dan (3) pembuatan umbi mini, yaitu umbi bibit mini (< 3 g/umbi) yang berasal dari TSS. Tujuan penelitian adalah mendapatkan media semai, cara semai, dan kedalaman semai TSS paling tepat untuk menghasilkan bibit dan umbi mini bawang merah (var. Bima). Penelitian lapangan dilakukan di Kebun Balai Penelitian Tanaman Sayuran Lembang, Jawa Barat (± 1.250 m dpl), dari bulan Juni sampai Oktober 2013, menggunakan rancangan petak terpisah dengan tiga ulangan. Petak utama (A) adalah media semai, terdiri atas : a = tanah + pupuk kandang (1:1), a 2 = tanah + pupuk kandang + arang sekam padi (1:1:1), dan a = tanah + pupuk kandang + cocopit (1:1:1). Anak petak (B) adalah cara semai + kedalaman semai TSS, terdiri atas : b 1 3 = disebar + kedalaman 1 cm, b = disebar + kedalaman 2 cm, b 3 = digarit + kedalaman 1 cm, dan b 4 2 = digarit + kedalaman 2 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media semai campuran tanah + pupuk kandang dengan cara semai TSS disebar rata di bedengan sedalam 2 cm dan bibit dipindahkan ke lapangan pada umur 6 minggu setelah semai merupakan perlakuan yang baik karena dapat menghasilkan jumlah bibit yang tumbuh cukup banyak dan menghasilkan bobot kering eskip paling tinggi, yaitu 1,51 kg/m setara 12,08 t/ha (efisiensi lahan 80%). Kombinasi media semai tanah + pupuk kandang + arang sekam padi dengan cara semai TSS disebar pada garitan sedalam 2 cm menghasilkan umbi mini paling banyak, yaitu 358 umbi setara 1.909.333 umbi mini dengan bobot antara 0,938 g/1,5 m 2 setara 5,003 t/ha (efisiensi lahan 80%). Hasil umbi mini tersebut hanya sekitar 36% dari total bobot umbi kering eskip yang dihasilkan. Persentase umbi mini yang dihasilkan masih rendah, oleh karena itu penanaman bawang merah asal TSS lewat seedling diduga paling menjanjikan

    Efektivitas Pupuk Hayati Unggulan Nasional Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Bawang Merah (Effectivities Trial of National Biofertilizers on Growth and Yield of Shallot)

    Full text link
    Penggunaan pupuk hayati merupakan salah satu cara pengelolaan hara ramah lingkungan untuk mengurangi input pupuk in-organik, meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil, serta melestarikan kesuburan tanah. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan pupuk hayati unggulan nasional (PHUN) paling efektif untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah di tanah Alluvial. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok, dengan 4 ulangan dan 11 perlakuan pengelolaan hara, yaitu kontrol (tanpa pemupukan), pemupukan rekomendasi (2 ton/ha pupuk organik/kompos, 300 kg/ha Urea + 300 kg/ha ZA, 300 kg/ha SP-36, 200 kg/ha KCl), dan 9 PHUN (Beyonic+, Biotrico, PROBIO-New, Super-BIOST, Bio-SRF, Bion-UP, Bio-Padjar, Agrifit, dan BIOPF) dikombinasikan dengan½ pemupukan rekomendasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian PHUN + ½ dosis NPK rekomendasi pada bawang merah di lahan Aluvial (ketersediaan P & K tinggi) dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, serapan N&K, serta hasil umbi bawang, tetapi tidak berbeda nyata dibandingkan pemupukan dosis rekomendasi. Perlakuan PHUN - Biotrico, Beyonic+, PROBIO-New dan BioPF mempunyai efektivitas lebih baik terhadap parameter tanaman tersebut dibandingkan jenis PHUN lainnya. Selanjutnya disarankan uji lanjutan PHUN pada tanah Aluvial yang subur (P & K tinggi) secara parsial tanpa dikombinasikan dengan pupuk NPK dan pemberian pupuk oranik.KeywordsAllium ascalonicum; NPK; PHUN; Serapan hara NPK; Hasil bawang mera

    Teknik Penanaman Benih Bawang Merah Asal True Shallot Seed Di Lahan Suboptimal

    Full text link
    Keberhasilan produksi umbi bawang merah dengan menggunakan TSS (True Shallot Seed) di lahan sub optimal tergantung banyak faktor, antara lain umur benih, kerapatan tanaman dan dosis pupuk N. Tujuan penelitian adalah menghasilkan umur benih, kerapatan tanaman, dan dosis pupuk N yang tepat untuk pertumbuhan tanaman dan hasil umbi bawang merah asal TSS yang optimal. Penelitian lapangan dilakukan di lahan sub optimal Subang-Jawa Barat (100 m dpl) dengan jenis tanah Latosol Merah Kuning, dari bulan Juli sampai Oktober 2013. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial, dengan tiga ulangan dan tiga faktor perlakuan. Faktor pertama (A): Umur benih di persemaian, terdiri atas: a, = 4 minggu setelah semai, a2 = 5 minggu setelah semai, dan a3 = 6 minggu setelah semai. Faktor kedua (B): Kerapatantanaman, terdiri atas: b1 = 150 tanaman/m2 dan b2 = 100 tanaman/m2. Faktor ketiga (C): Dosis pupuk N, terdiri atas: Cl = 150 kg N/ha, C2=225 kg N/ha, dan C3 = 300 kg N/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman dan jumlah daun) dipengaruhi oleh umur benih, tetapl tidak dipengaruhi oleh kerapatan dan dosis pupuk N. Umur benih 6 minggu setelah \u27sernat memberikan tinggi tanaman paling tinggi dan jumlah daun paling banyak. Bobot umbi basah per tanaman tidak dipenqaruhi oleh umur benih, kerapatan tanaman dan dosis pupuk N. Namun bobot umbi basah per petak dipengaruhi oleh kerapatan tanaman. Makin rapat tanaman (150 tanaman/m2) makin tinggi hasil bobot umbi basah per petak. Bobot umbi kering eskip per tanaman dan bobot umbi kering esktp per petak, serta susut bobot umbi dipengaruhi oleh interaksi umur benih dan kerapatan tanaman. Umur benih 6 minggu dengan kerapatan 150 tanaman/rrr menghasilkan bobot umbi kering eskip per tanaman (11,417 g/tanaman) dan bobot umbi kering eskip per petak (2,433 kg/2.4 rrr\u27) paling tinggi, serta susut bobot umbi paling rendah (33,63%). Kombinasi umur benih, kerapatan tanaman dan dosis pupuk N yang menghasilkan bobot umbi basah dan bobot kering eskip tertinggi adalah umur biblt 6 minggu setelah semai, kerapatan tanaman 150 tanarnan/m\u27 dan dosis 225 kg N/ha, yaitu masing­masing sebesar 4,195 kg/2,4m2 dan 2,80 kg/2,4 m2. Penggunaan benih asal TSS dapat digunakan sebagai alternatif dalam budidaya bawang merah

    Restoration of R117H CFTR folding and function in human airway cells through combination treatment with VX-809 and VX-770

    Get PDF
    Cystic fibrosis (CF) is a lethal recessive genetic disease caused primarily by the F508del mutation in the CF transmembrane conductance regulator (CFTR). The potentiator VX-770 was the first CFTR modulator approved by the FDA for treatment of CF patients with the gating mutation G551D. Orkambi is a drug containing VX-770 and corrector VX809 and is approved for treatment of CF patients homozygous for F508del, which has folding and gating defects. At least 30% of CF patients are heterozygous for the F508del mutation with the other allele encoding for one of many different rare CFTR mutations. Treatment of heterozygous F508del patients with VX-809 and VX-770 has had limited success, so it is important to identify heterozygous patients that respond to CFTR modulator therapy. R117H is a more prevalent rare mutation found in over 2,000 CF patients. In this study we investigated the effectiveness of VX-809/VX-770 therapy on restoring CFTR function in human bronchial epithelial (HBE) cells from R117H/F508del CF patients. We found that VX-809 stimulated more CFTR activity in R117H/F508del HBEs than in F508del/F508del HBEs. R117H expressed exclusively in immortalized HBEs exhibited a folding defect, was retained in the ER, and degraded prematurely. VX-809 corrected the R117H folding defect and restored channel function. Because R117 is involved in ion conductance, VX-770 acted additively with VX-809 to restore CFTR function in chronically treated R117H/F508del cells. Although treatment of R117H patients with VX-770 has been approved, our studies indicate that Orkambi may be more beneficial for rescue of CFTR function in these patients
    corecore